***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 AKU SUKA.
Aku baru tahu jika saat itu Ternyata ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan dokter Rafandra tersebut dan sesaat kemudian terdengar pintu terbuka lalu tertutup kembali aku merasa begitu lega karena orang itu sudah keluar dari ruangan tersebut. namun aku tidak yakin Apakah orang itu benar-benar sudah keluar dari sana aku masih menunggu beberapa saat di dalam toilet itu hingga kedua kakiku rasanya begitu kaku karena kesemutan, dan benar saja aku mendengar suara pintu yang terbuka kemudian tertutup kembali tanda ada seseorang yang masuk lagi aku hanya bisa diam di tempatku seolah aku benar-benar sudah kepalang basah berada di sana Aku hanya bisa menunggu di dalam toilet bersembunyi di tempat itu tempat yang benar-benar menjijikan sama seperti statusku yang juga menjijikan menurutku bahkan aku sering kali merutuki apa yang sudah aku lakukan.
"Dia meminta tolong pada kakek untuk mengatur acara makan malam dengan dokter Rafandra? semudah itu? apakah yang datang kemari itu adalah istri Dokter Andra? Apakah benar seperti itu?" belum habis rasa terkejutku dan pertanyaan yang memenuhi isi kepalaku aku dikejutkan dengan kedatangan seseorang ke arah toilet itu seolah membuat jantungku berdegub kencang dan hampir meledak.
"Akh!" Aku memekik tertahan ketika aku melihat pintu toilet itu terbuka dari luar dan ada seseorang yang masuk ke dalam toilet itu. namun buru-buru salah satu tangan lelaki itu terangkat kemudian membekap mulutku ia tidak mengizinkan aku untuk bersuara.
"dokter Kenapa kau mengejutkanku," aku mendengus kesal ketika tangan lelaki itu sudah tidak membekapku lagi aku melihat wajah lelaki itu merona merah sembari tersenyum menatap ke arahku seolah ia begitu senang karena aku begitu terkejut karena ulahnya.
"Kenapa kau bersembunyi di sini? kau sengaja sembunyi dariku?" aku mendengar bisikan dokter itu dengan kedua tangan yang menekan di kedua sisi lengan tanganku. wajahnya begitu dekat dengan wajahku bahkan aku bisa merasakan hembusan nafas hangat lelaki itu menerpa wajahku saat ia berbicara. hanya dengan ucapannya tersebut sudah mampu membuatku begitu terengah-engah karenanya.
"Aku tidak mengerti maksud dokter, aku bersembunyi karena tadi ada seseorang yang mengatur dari luar pintu dan wanita itu masuk begitu saja ke dalam Ia juga sepertinya begitu dekat denganmu dokter Aku bahkan berpikir wanita itu adalah istrimu Aku hanya tidak ingin," ucapanku yang tertahan saat itu karena bibir dokter Andra langsung menukik dan menyambar bibirku begitu saja. menciumnya dengan gemas dan memagutnya dengan Rakus seolah ia tidak ingin aku mengatakan apapun lagi apa Lagi mengatakan dan menyebut wanita lain di hadapannya.
"sepertinya kau ingin mendapatkan pelajaran di sini," aku merasakan kedua tangannya yang mulai menekan meraih kedua sisi belahan milikku dan memerasnya. Remasan itu seirana dengan pagutan bibirnya yang langsung membuat darahku berdesir hebat. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku untuk tidak menggeliat. Aku tidak bisa mengendalikan bibirku untuk tidak mendesis karena pagutannya.
"Oh Dokter... cukup! jangan di sini aku mohon... ini di tempat yang tidak aku inginkan," ucapanku terlontar begitu saja ketika aku menyadari apa yang sudah aku lakukan di sana dan aku seolah mendukung apa yang dokter itu lakukan padaku karena aku tidak menolaknya.
dokter Rafandra kemudian melepaskan tubuhku secara perlahan ia untuk beberapa saat menatap ke arahku dengan tatapan Iba.
"baiklah kalau begitu ayo kita pulang," aku lalu mendengar dokter Andra mengajakku pulang aku tidak bisa untuk menolaknya aku berusaha mengikutinya karena saat itu kakiku begitu berat karena kram dan kesemutan akhirnya aku hampir ambruk sembari meraih tubuh bagian belakang Dokter Andra dan memeluknya.
"Siapa tadi yang bilang kalau tidak mau melakukannya di sini. Lalu apa ini maksudnya?" ucap lelaki itu sembari berbalik menghadap ke arahku dengan kedua tangan yang sudah meraih kedua lengan tanganku di kedua sisi.
"Dokter maaf... tapi kakiku kelam aku tidak bisa melangkahkan kaki sekarang," Aku mengatakan jujur di depan lelaki itu hingga akhirnya lelaki itu meraih tubuhku dan membawaku menuju ke arah sofa di mana tadi tempat itu aku pakai untuk istirahat.
"Kenapa bisa kakimu kram?" dia mulai bertanya padaku karena ia telah tahu kaki keram itu dihakikatkan karena berdiam diri lumayan lama.
"bukankah sudah kubilang tadi Kalau ada seseorang yang masuk kemarin aku menunggunya sampai ia keluar dan pintunya tertutup lagi ternyata dokter yang datang," Aku mengatakan semuanya jujur padanya.
"kau ingin aku menggendongmu sampai ke tempat parkir?" tawaran begitu menggiurkan dari dokter Rafandra yang langsung aku tolong begitu saja karena aku tidak ingin sesuatu yang lebih buruk terjadi.
"Tidak-tidak! aku akan istirahat sebentar di sini dokter Jangan khawatir," akhirnya lelaki itu hanya bisa mengangguk tanda mengerti.
dan setelah beberapa saat ketika aku sudah merasa kedua kakiku jauh lebih baik dari sebelumnya dan lelaki itu tampak bersantai di kursi kerjanya. Aku memutuskan untuk segera kembali pulang.
"dokter tidak bisakah aku keluar terlebih dahulu dan tunggu sampai 15 atau setengah jam baru dokter keluar dari ruangan ini, aku hanya khawatir Kalau sampai ada yang melihat kita keluar bersama-sama dari sini," lalu aku melihat lelaki itu menganggukkan kepala ia menyetujui apa yang aku katakan tersebut. akhirnya aku keluar dari ruangan itu terlebih dahulu dan setelah 15 menit berlalu dokter Rafandra keluar dari ruangan itu namun sebelum ia pergi ia berbincang-bincang dengan seseorang di sana. aku juga tidak ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
aku memilih untuk menunggu dokter Andra di luar rumah sakit Aku sengaja tidak menuju ke area parkir mobilnya. dan dari kejauhan aku bisa melihat mobil dokter itu yang perlahan menghampiriku dan setelah mobil itu berhenti tepat di sampingku aku langsung masuk ke dalam mobil tersebut.
"aku akan menurunkan Kamu di apartemen dan aku akan pergi. nanti malam kau tidak perlu menungguku untuk makan malam Kalau kau mau makan pesan antar Kau boleh memesannya dan jangan tunggu aku kembali mungkin aku kembali tengah malam," aku hanya mengangguki ucapan dokter Rafandra itu tanpa ingin tahu apa yang akan lelaki itu lakukan di luar sana. karena aku jelas tahu apa yang akan lelaki itu lakukan ia pasti akan makan malam bersama dengan wanita yang tadi masuk ke dalam apartemen mungkin itu adalah istrinya atau keluarganya dan aku tidak peduli.
setelah mobil itu berhenti aku pun segera keluar dari dalam mobil itu tanpa ingin memesan makanan aku memilih untuk memasak makanan itu sendiri dan waktuku sore itu aku habiskan untuk memasak hingga tiba waktunya makan malam aku menikmati makan malam Yang aku siapkan itu sendiri tidak lupa aku menyisakan sedikit makanan di atas meja makan karena aku tidak bisa menghabiskan seluruh masakan yang aku buat tadi aku juga tidak berharap dokter Rafandra akan mencicipi masakanku itu karena sudah pasti di luaran sana ia makan malam dengan menu atau lauk yang luar biasa tidak seperti yang aku buat saat ini. hanya tumis buncis dan telur, sosis serta tumis daging slice yang ada di dalam lemari pendingin. aku menumisnya secara terpisah.
tepat pukul sepuluh malam aku tidak bisa untuk memejamkan mata meskipun aku berusaha dengan kuat untuk tidur malam itu rasa-rasanya pikiranku terus terbayang apa yang akan dokter Rafandra lakukan bersama dengan istrinya tersebut di sana bahkan dalam hatiku merasa begitu sedih ketika aku harus membayangkannya. aku tidak sadar jika aku harusnya tidak boleh memiliki perasaan seperti itu perasaan memiliki lelaki itu.
"Apa yang sedang dokter Rafandra lakukan sekarang? kalau untuk makan malam harusnya sudah selesai ini sudah bukan waktunya untuk makan malam apakah dia tidur dengan wanita itu? Apakah dia bermain liar dan panas di atas ranjang? ataukah di atas meja bar dapur? atau di dalam kamar mandi?" bayangan-bayangan itu terus mengusik di kepalaku bahkan aku marah tidak tahu penyebabnya aku merasa bosan sendirian tetapi aku tidak bisa untuk menghubunginya aku tidak bisa untuk meneleponnya Aku hanya bisa menunggu ia sampai kembali.
"Aku tidak tahu julukan sebagai wanita simpanan juga bisa merasakan gelisah dan sedih begini. Haruskah aku merasakan ini? bukankah aku setuju untuk menjadi simpanannya karena uang saja? lalu apa ini? apa yang aku rasakan ini?"
dan tempat pukul satu dini hari aku mendengar suara pintu apartemen terbuka kemudian tertutup kembali. lumayan lama seseorang yang ada di luar sana tidak masuk ke dalam kamar membuatku begitu penasaran.
"aku jelas mendengar suara pintu terbuka lalu tertutup lagi tanda dokter Rafandra sudah pulang, tapi kenapa dia belum masuk kemari? atau jangan.jangan itu..." aku lalu terjaga kemudian mengambil ponselku untuk melihat sudah pukul berapa saat itu dan ternyata sudah pukul 01.00 dini hari aku lalu meletakkan ponsel itu kembali ke atas laci yang ada di samping ranjangku aku menyibakkan selimut yang menutupi sebagian tubuhku lalu turun dari atas ranjang tersebut untuk keluar dari ruang kamar. saat itu hatiku benar-benar merasa khawatir dan juga was-was, aku khawatir jika seseorang yang masuk ke dalam itu ternyata bukan Dokter Rafandra sudah pasti itu adalah pencuri.
Dengan mengendap-endap Aku berusaha untuk meraih pintu kamar kemudian aku perlahan membuka pintu itu. dan ketika aku membukanya aku mengintip perlahan dari celah pintu yang terbuka itu di meja makan aku melihat dokter Andra Tengah menikmati makanan di sana. rasa lega langsung menyelimuti perasaanku ketika aku mengetahui ternyata yang pulang itu adalah dokter Rafandra aku pun kemudian berjalan mendekat menuju ke arahnya.
"kau sedang makan apa?" ia kemudian menoleh dan menatap ke arahku sekilas lalu memperlihatkan isi piringnya di sana ternyata yang tengah ia nikmati adalah makanan yang tadi aku buat.
"mulai malam ini aku akan makan malam di rumah," aku tertegun dan terdiam sesaat di tempat ketika mendengar apa yang lelaki itu katakan aku seolah tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja aku dengarkan.
"Dia suka makanan yang aku buat? artinya dia tadi belum makan malam? atau... dia tidak jadi makan malam dengan wanita itu? atau dia kelelahan karena tenaganya terkuras habis sampai-sampai ia kelaparan tengah malam?"
kakak othor yg baik...maaf tanda bc nya jgn kelewat y... kadang titik koma nya sk ngilang.. 🤭🤭🙏🙏