"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Setelah mempercantik dirinya, Karina lalu memesan taksi. Dia meminta supir langsung menuju ke rumah. Sampai di kediaman dirinya dan Mario, dia tak langsung masuk. Karina menarik napas dalam. Dia mencoba meredakan semua perasaan yang ada dalam dirinya.
Karina lalu melangkah masuk ke rumahnya, mata memandang sekeliling. Kenangan masa lalu terukir di setiap sudut. Dia menghela napas dalam-dalam, merasakan keputusannya sudah tepat.
"Aku kembali," katanya pada diri sendiri, "aku tidak akan menyerah. Aku akan mempertahankan apa yang sudah menjadi milikku."
Dia memandang foto Mario dan dirinya di dinding. Senyum mereka berdua tampak semringah.
"Aku kembali. Aku akan mengambil semua yang menjadi hakku," katanya, "aku tidak akan membiarkan Zoya merebut semuanya."
Karina berjalan ke jendela, memandang langit senja. Cahaya merah menyinari wajahnya, membangkitkan semangat. Mario belum pulang. Dia akan bersiap-siap menyambut kedatangan sang suami.
"Aku kuat," katanya, "aku tidak akan kalah. Aku akan memperjuangkan apa yang memang menjadi milikku."
Dia menutup mata, merasakan kekuatan dari dalam. Karina siap menghadapi apa pun. Zoya tidak akan bisa menghancurkannya.
**
Setelah berpakaian yang cukup rapi dan seksi, Karina duduk di tepi ranjang. Dia sudah siap menyambut kedatangan suaminya. Mulai hari ini, tak akan dia biarkan ada celah bagi Zoya untuk mendekati suaminya lagi.
Tepat jam tujuh, dia mendengar suara mesin mobil. Karina yakin itu suaminya yang datang. Dia bersiap-siap menanti kehadiran Mario di kamar.
Mario membuka pintu kamar dengan hati yang berdebar. Dia tak tahu mengapa tiba-tiba merasa gugup.
"Ada apa, ini? Kenapa dadanya berdebar dan berdetak lebih cepat?" tanya Mario pada dirinya sendiri.
Mario kembali melangkah dengan pelan. Membuka pintu dengan perlahan. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan mata. Di depannya, Karina berdiri dengan senyum manis. Dia langsung memeluknya erat.
"Karina! Kamu kembali, Sayang!" Mario berseru, gembira.
"Aku kembali, Mas," Karina menjawab dengan tersenyum.
Mario menarik napas dalam-dalam, merasakan kebahagiaan. "Aku tidak percaya kamu kembali begitu cepat. Aku pikir aku akan kehilangan kamu selamanya."
Karina memandangnya dengan mata basah. "Aku tidak bisa meninggalkan kamu, Mas. Aku tak bisa begitu saja melupakan cinta kita."
Walau dengan perasaan berat, Karina berusaha meyakinkan Mario jika dia memang masih sangat mencintai pria itu. Dia akan membuat suaminya tak bisa berpaling darinya.
Mario memeluknya lebih erat. "Aku janji, Karina. Aku tidak akan menyakitimu lagi. Aku akan menjadi suami yang jauh lebih baik."
Karina menangis, bukan karena kembali ke pelukan Mario. Tapi dia menangis untuk melepaskan rasa sakit . "Aku percaya kamu, Mas. Kita mulai dari awal lagi, ya?"
Mario mengangguk. "Kita mulai lagi dari awal. Aku cinta kamu, Karina."
"Aku juga mencintai kamu, Mas." Karina menjawab, tersenyum.
Mereka berdua berpelukan, merasakan kebahagiaan yang hilang beberapa hari ini. Pandangan Karina mengedari ruangan seperti sedang mencari sesuatu.
"Kamu sedang mencari apa?" tanya Mario saat melihat istrinya celingukan.
"Aluna ... Dimana Aluna, Mas?" tanya Karina.
Karina memandang Mario dengan mata penuh harapan. "Bagaimana kabar Aluna? Aku sangat merindukannya, aku merasa bersalah karena telah meninggalkannya!"
Mario gugup, mengalihkan pandangan ke lantai. "Aluna ... dia baik-baik saja," jawabnya, terlalu cepat.
Karina curiga. "Di mana dia sekarang, Mas? Aku ingin bertemu dengannya."
Mario berhenti sejenak, mencari kata-kata tepat untuk menyembunyikan kebenaran. "Dia ... sedang bermain di ... rumah teman'ku. Tadi aku titipkan di sana."
Karina mengerutkan kening, merasakan ada sesuatu yang tidak beres. "Teman kamu? Siapa? Kenapa aku tidak tahu?"
Mario terjebak dalam kebohongannya sendiri. "Aku ... aku tadi ke rumah temanku dan Aluna tak mau pulang. Bermain dengan anaknya. Aku janji, Karina, Aluna baik-baik saja."
Karina memandangnya tajam, mencari tanda-tanda kejujuran. "Mas, apa yang kamu tersembunyi? Ceritakan yang sebenarnya. Aku merasakan ada sesuatu yang salah."
Karina yakin sekarang kalau ada yang suaminya sembunyikan. Dalam hatinya berkata, pasti Aluna bersama ibunya Zoya. Namun, jika itu benar, kenapa Mas Mario tidak menginap di sana saja. Bukankah dia tahu aku sedang di luar kota?
Mario menarik napas dalam-dalam, berusaha menyembunyikan kebenaran. "Tidak ada apa-apa, Karina."
Karina berdiri, mendekati Mario. "Aku ingin tahu kebenarannya, Mas. Jangan sembunyikan apa pun dari aku."
Mario terjepit antara kejujuran dan kekhawatiran. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia takut Karina akan salah paham dan kembali meninggalkan dirinya.
"Aku sudah pernah mengatakan padamu, Mas. Jika aku tak suka dibohongi!" seru Karina dengan suara tegas.
"Maaf, Karina. Aku takut kamu akan salah paham," jawab Mario.
"Katakan saja, Mas. Tak perlu di tutupi lagi. Apa Zoya kembali dan kamu telah mengembalikan Aluna dengannya?" tanya Karina.
Karina memandang Mario dengan mata tajam. "Katakan saja, Mas. Tak perlu ditutupi lagi. Apa Zoya kembali dan kamu telah mengembalikan Aluna kepadanya?" tanyanya dengan suara stabil, namun bergetar di dalam.
Mario gugup, mengalihkan pandangan. Dia merasakan beratnya kejujuran. "Karina ... aku ...," katanya, terputus.
Karina mendekati Mario, mata mereka bertemu. "Jawablah, Mas! Aku ingin tahu kebenarannya!"
Mario menarik napas dalam-dalam, memutuskan untuk berbicara jujur. "Ya, Karina ... Zoya kembali. Aku terpaksa mengembalikan Aluna kepadanya. Aku tidak punya pilihan."
Karina terkejut, wajahnya pucat. "Mengapa kamu tidak memberitahuku? Mengapa kamu menyembunyikannya, apa salahnya jujur?"
Mario menunduk, merasa bersalah. "Aku takut kehilangan kamu, Karina. Aku takut kamu akan pergi lagi. Aku tak mau. Aku mohon jangan tinggalkan aku!"
Karina memandang Mario dengan sedih. "Aku lebih sakit karena kebohonganmu, Mas. Aku ingin kita menghadapi semuanya bersama. Aku tak akan meninggalkan kamu, asal kamu mau menuruti keinginanku!"
Mario merasa menyesal, berharap bisa memperbaiki kesalahan. "Maaf, Karina. Aku janji, aku tidak akan menyembunyikan apa pun lagi. Katakan saja apa yang kamu inginkan, Karin!"
"Aku mau kamu pisah dengan Zoya dan kamu ambil hak asuh putrimu. Aku telah memikirkan ini selama pergi dari rumah. Aku bersedia jadi ibu sambung untuk Aluna. Tinggalkan Zoya dan jangan pernah berhubungan dengannya lagi. Kita bisa jemput Aluna berdua. Apakah kamu setuju, Mas?" tanya Karina.
Karina berharap Mario akan menuruti keinginannya. Karena dengan begitu, Zoya pasti akan merasa diabaikan dan sakit. Dia akan rebut kembali suaminya bahkan putri Zoya. Dia akan tetap meminta hasil tes DNA yang kemarin sempat diabaikan. Ingin tahu apa Aluna memang darah daging suaminya atau bukan.
Kamu harus mengatakan kebenaran ini ke Mario , biar bagaimana pun Mario harus tahu kebeneran ini
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya