NovelToon NovelToon
Secret Of Paralyzed Husband

Secret Of Paralyzed Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Tukar Pasangan
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Qaeiy Gemilang

Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽

Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingin memulai

Asher masuk ke dalam Gereja menggunakan kursi roda, wajahnya tampak tertutup topeng. Tapi, hanya bagian matanya saja. Kini semua sorot mata para tamu undangan, menatap pria yang duduk di atas kursi roda itu dengan pandangan sinis mencemooh.

“Ibu, lihat! Untung saja aku tidak menikah dengan laki-kaki cacat itu. Bagaimana bisa kaya? Kesehariannya saja hanya duduk di kursi roda,” bisik Callie kepada Ibunya.

“Hmm... Kau benar. Ibu rasa, Audrey memang pantas mendapatkan suami seperti Asher.”

Di atas altar, degup jantung Audrey seakan meloncat dari dalam dada ketika Asher pria cacat yang dikenal dingin dan kejam itu menghampirinya.

Entahlah, perasaan apa yang kini dirasakan oleh Audrey. Yang dia tahu, dia sedih dan kecewa. Karena selama ini, Dia tidak pernah melihat pria yang akan menjadi mempelainya, hal tersebutlah yang membuat Audrey semakin kecewa.

“Bagaimana? Apakah kalian berdua sudah siap untuk berjanji di depan Tuhan?” tanya seorang tokoh agama.

“Lakukan saja pernikahan ini dengan cepat,” jawab Asher dingin kepada tokoh agama yang berdiri di hadapannya.

Tokoh agama tersebut tersenyum kecil, menerima keinginan Asher. “Baiklah, kita akan memulai,” katanya.

Mereka berdiri di hadapan altar, dengan tatapan semua tamu kepada mereka. Audrey menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang masih berdebar dengan kencang.

“Pertama, Callie Barnes Colvin, apakah kamu bersedia menerima Asher Eadric sebagai suami, untuk saling mencintai dan menghormati, dalam suka maupun duka, hingga maut memisahkan kalian?” tanya tokoh agama tersebut kepada Audrey.

Audrey menelan ludah yang menggumpal di tenggorokannya, menatap Asher yang kini duduk di kursi roda di hadapannya dengan wajah tanpa ekspresi. “Ya, aku ... Aku bersedia,” jawab Audrey lirih. Dia tahu, jika dirinya kini sedang menggunakan nama adik tirinya yang sebenarnya, ini adalah pernikahan adiknya.

Tokoh agama kemudian mengalihkan pandangannya kepada Asher. “Asher Eadric, apakah kamu bersedia menerima Callie Barnes Colvin sebagai istri, untuk saling mencintai dan menghormati, dalam suka maupun duka, hingga maut memisahkan kalian?”

Asher menatap Audrey tanpa ekspresi. “Ya, aku bersedia,” jawab Asher dengan suara yang datar.

Setelah doa selesai dibacakan, Asher dan Audrey saling melepas janji di hadapan altar dan para tamu. Mereka berdua saling memasangkan cincin pernikahan di jari mereka sebagai tanda perjanjian yang baru saja mereka buat.

“Kini, dengan kuasa yang diberikan kepada saya oleh Tuhan, aku menyatakan kalian sebagai suami istri. Kalian berdua boleh melakukan ciuman pengantin,” ujar tokoh agama dengan senyuman.

Audrey yang melihat Asher yang sudah menjadi suami itu duduk di kursi roda memaksanya untuk membungkuk dan mendekatkan wajahnya yang hendak memberikan ciuman di bibir Asher.

Namun, “jangan menyentuhku, Callie. Menjauhlah! Aku menikahimu karena aku tidak ingin membayar denda,” pekik Asher, suaranya berbisik penuh penekanan.

Mendengar ucapan Asher seperti itu, langkah Audrey tiba-tiba mundur ke belakang. Tubuhnya menjadi tegang. Asher, segera memutar kursi roda otomatisnya kemudian berlalu begitu saja.

“Hei ... Tu---tunggu!” Audrey berteriak.

Audrey dengan cepat menyusul Asher. Dengan susah payah, Ia berlari sambil menyeret gaun pengantinnya.

“Ck, lihatlah pria lumpuh itu. Sepertinya, apa yang beredar memang benar adanya. Dia begitu tidak peduli dengan istrinya.”

“Benar, begitu angkuh dan sombong. Padahal hanya pria cacat!”

Para tamu di pernikahan tersebut mulai bergosip. Mereka tidak bisa menyembunyikan rasa tidak suka dan kekecewaan mereka terhadap Asher.

“Selamat, Tuan Asher dan Callie, semoga pernikahan kalian bahagia!” Brianna datang menghadang kursi roda yang tengah melaju ke arah pintu keluar.

Asher melirik sinis. “Tidak perlu berbasa-basi, Nyonya Brianna!” ucap Asher sinis, dia melirik ke arah Audrey. “Apa kamu hanya akan berdiri di situ?” tanya Asher.

Audrey yang gugup segera membungkuk. “ I---iya, aku akan ikut denganmu,” jawab Audrey.

Asher menekan tombol kursi rodanya dan berlalu. Audrey, kembali mengimbangi laju kursi roda suaminya.

“Cih, Ibu lihatlah pria itu. Begitu angkuh dan sangat sombong. Untung saja aku tidak jadi menikah dengan pria itu! Kenapa pria arogan seperti itu tidak mati saja? Haaa! Merepotkan orang saja!” pekik Callie.

Dax menepuk pundak Callie. “Sudahlah, sekarang kita biarkan Audrey hidup bersama suaminya itu. Setidaknya, kita sudah membuang satu beban dalam keluarga kita,” ucap Dax.

“lya, Sayang. Kamu harus bersyukur, jika si bodoh Audrey mau menggantikanmu,” timpal Brianna.

Callie tersenyum puas. “lya, Yah, Bu. Sekarang, hanya aku yang akan menjadi penerus dan anak kesayangan Ayah dan Ibu,” ucap Callie kepada orang tuanya.

Asher dan Audrey segara pergi meninggalkan gereja. Mereka pun menaiki mobil yang akan mengantarkan mereka pulang, suasana hening dan tegang kini memenuhi udara di dalam mobil yang tengah melaju.

“Asher, kita perlu bicara. Kenapa sikapmu seperti ini? Aku tahu kita menikah karena alasan tertentu, bukan karena cinta. Tapi, setidaknya, kita bisa mencoba menjalani. Tapi, setidaknya kita bisa mencoba menjalani kehidupan sebagai suami istri,” Audrey membuka obrolan dengan hati-hati, tidak ingin memancing amarah Asher lebih jauh.

Asher menoleh ke arah wanita yang duduk di sampingnya itu, sorot matanya menatap dengan tajam. “Apa yang ingin kau bicarakan, Callie? Aku tidak tertarik menjalani kehidupan dengan wanita yang bahkan tidak aku kenal, apalagi mencintainya. Aku hanya menikahimu demi menghindari denda dan mematuhi perjanjian mengenai perjodohan, bukan berarti aku akan mulai menjalani kehidupan seperti pasangan normal.”

Audrey menundukkan kepalanya, merasakan air mata mulai menggenang di matanya. Meskipun dia tahu pernikahan mereka hanya formalitas, namun Audrey tidak pernah menyangka jika sikap Asher akan sejauh ini. Dan kini mobil kembali hening.

Asher, melirik ke arah Audrey. “ Seharusnya kau tidak menikah denganku, Callie,” ujar Nathaniel tiba-tiba, menghancurkan keheningan. “Ini jebakan yang kamu ciptakan untuk dirimu sendiri. Aku tidak akan menjadi suami yang baik bagimu. Maka dari itu, jangan pernah berharap apa-apa dari pernikahan ini. Apa kau paham, Callie?”

Audrey mengangguk lemah, tetes air mata jatuh membasahi gaun pengantinnya. “ Aku mengerti, Asher,” ucap Audrey dengan suara tercekat. “Aku hanya berharap ... mungkin ... mungkin suatu hari nanti, kita bisa menemukan cara untuk saling mengenal dan saling memahami.” Meskipun sekarang air matanya telah habis, Audrey tetap mencoba untuk menyimpan tetes-tetes air mata berikutnya agar tidak jatuh.

Asher mengedarkan pandangannya ke luar jendela, seakan tidak ada kehidupan yang menarik di hadapannya. “Aku tidak ingin berpura-pura, Callie. Aku mengikuti peraturan dan kewajiban yang dipaksakan oleh perjanjian keluarga, bukan karena aku ingin memperbaiki hubungan kita.” Suara Asher terdengar dingin, dan Audrey merasakan getaran kesepian di balik setiap kata yang diucapkan suaminya.

“lya, aku tidak akan memaksa. Aku hanya akan menjadi Istri yang baik untukmu. Walaupun, kita sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini,” ucap Audrey.

Kini perjalanan menuju rumah Asher terasa berat. Hening yang menyelimuti mereka menguatkan kekosongan dalam hati Audrey. Kekecewaan dan kesedihan yang terjalin dalam relung hatinya semakin dalam, tetapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan ketidak bahagiaan tersebut.

“Kita sudah sampai!”

Dalam hening, Asher berucap. Audrey menatap ke luar jendela saat tiba di sebuah rumah kecil.

1
Salbiah
semangat author..
Qaeiy Gemilang🌟: makasih
total 1 replies
Jihan Hwang
hai aku mampir...
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Marifatul Marifatul
🤔🤔
Qaeiy Gemilang🌟
cerita baru yg sangaaattt menariiikkk😍😍😍
Delita bae: salam kenal. semangat ya😇👍🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!