Amira Khairunissa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10.
Perpustakaan MUSTIKA, adalah perpustakaan tempat Amira bekerja part-time, malam hari ini sangat menyajikan suasana yang sangat berbeda, hangat dan nyaman, dengan aroma buah serta penenang yang mengharumi seluruh perpustakaan yang besar itu.
Dia yang sudah siap bekerja seperti biasa, kini langsung melangkah masuk ke dalam perpustakaan.
Begitu dia masuk dia kini langsung di sajikan oleh pemandangan perpustakaan yamg kini sedang sangat ramai.
Amira sebenarnya orang yang tidak suka berada di dalam keramaian apalagi dikelilingi oleh banyak orang, namun, perpustakaan dia bekerja sudah menjadi tempat pengecualian.
Karena tidak ada suara orang mengobrol yang menganggu kenyamanan di perpustakaan, yang ada hanyalah suara instrumen musik yang diputar yang semakin menambah kenyamanan dan juga ketenangan.
Inilah tempat impian dan tempat yang selalu Amira rindukan di perpustakaan ini.
" Masih ada waktu." batin Amira, sambil melirik sebuah jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangannya.
Dia masih memiliki sisa sedikit waktu sebelum jam kerjanya dimulai.
Sisa waktu itu, dia gunakan untuk mampir terlebih dahulu ke sebuah Cafe yang tersedia juga di perpustakaan itu.
" Kamu baru datang?, mau minum dulu, teh atau kopi?" tanya seorang pria, selaku barista di cafe itu.
Dia adalah lelaki yang bernama Faisal, Mereka memang sudah saling kenal sejak awal Amira bekerja disana, namun, Faisal lebih dulu masuk sebelum Amira, jadi secara tidak langsung, Faisal adalah seniornya.
" Aku mau pesen seperti biasa." jawab Amira, dengan cepat kembali menundukan pandangan nya.
" Baik, pesanan akan segera siap!" ucap Faisal yang langsung mengangkat tangannya, memberikan hormat kepada Amira.
Amira langsung tersenyum tipis melihat tingkah dari Faisal yang selalu ceria setiap saat.
" Makasih, Is."
Selagi menunggu pesanannya selesai, Amira melirik para pengunjung lain yang tengah menikmati secangkir kopi, teh, atau bahkan coklat panas yang menjadi teman mereka selama membaca buku.
" Mau sekalian sama, cookies nya enggak?" tawar Faisal.
Amira pun yang di tawar itu, langsung menggeleng pelan.
"Gak, itu aja."
" Oke."
*******
"Pesanan sudah jadi." ucap Faisal menyerahkan minuman hangat berupa susu hangat itu dengan menyimpannya di meja tempat tunggu para customer.
" Makasih, Is."
Amira pun langsung menunjukkan layar ponselnya sebagai bukti bahwa teh itu sudah dia bayar menggunakan pembayaran online.
" Sudah dibayar, ya."
" Sip." balas Faisal, sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.
Setelah pembayaran usai, Amira langsung meraih segelas teh hangat itu, lengkap dengan piring kecil di bawahnya.
Setelah itu, dia langsung pergi meninggalkan cafe itu, kemudian naik ke lantai dua perpustakaan, dimana tempat dia bertugas di lantai itu.
Setelah berada dilantai dua, Amira langsung menempati meja kerja nya.
Dia meletakkan gelas teh itu disamping komputernya, kemudian meletakkan tas sekolahnya di bawah meja kerjanya.
" Amira, ada buku baru yang baru saja dikirim penerbit, tolong kamu data, ya."
Ucap seseorang perempuan paruh baya menghampiri Amira dengan sebuah iPad ditanganya dan beliau adalah merupakan kepala perpustakaan di sini.
Amira yang mendapati perintah itupun langsung mengangguk.
" Baik, Bu."
" Jumlah buku yang sekarang lumayan cukup banyak, jadi laporannya tidak perlu kamu serahkan malam ini." ucap kepala perpustakaan itu dengan ramah.
Dan Amira kembali menjawabnya dengan mengangguk paham.
" Semangat!" ucapnya, memberi semangat kepada Amira.
" Makasih, Bu!" ucap Amira, kembali tersenyum dibalik cadarnya.
Setelah kepala perpustakaan itu meninggalkannya, dia mulai mendata buku-buku itu, sekaligus merapihkan buku-buku yang sudah dia susun di jejeran rak buku.
Amira pun kini langsung memulai aktifitasnya untuk mendata dan merapihkan kembali buku-buku yang sempat ia tertunda, buku-buku itu beraneka ragam, mulai dari novel, komik dan juga buku pelajaran/referensi yang harus dia kirim.
TO BE CONTINUE.