Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 MASALAH BARU
"Heh, mau ke mana kamu? Ibu masih mau ngomong sama kamu cepat hubungi Danu untuk meminta uang!"
Brak ...
Dengan keras Rahma menutup pintu kamar, membuat Siti kaget.
"Anak kurang ajar! Berani dia tutup pintu keras-keras di depan ibunya. Awas kamu ya, ibu kutuk kamu jadi batu. Sudah mulai banyak bangkang kamu jadi anak. Kalau bukan karena ibu, mana mungkin kamu bisa menikah sama Danu. Harusnya kamu berterima kasih sama ibu! Anak si**an kamu!" Di dalam kamar, Rahma menutup telinganya dengan kedua tangannya. Ia sudah jengah mendengar kata umpatan dari mulut ibunya setiap kali keinginan nya tidak bisa dikabulkan.
Hati Rahma begitu hancur, apalagi suaminya tidak bisa dihubungi. Padahal ia butuh bantuan tapi tidak ada yang peduli.
...****************...
Pov Danu.
"Mah, kamu dari mana saja? Kenapa jam segini kamu baru pulang? Aku sudah berkali-kali loh hubungi kamu. Tapi enggak kamu respon. Kamu dari mana?"
"Aku lelah, tolong jangan ganggu aku dulu." Siska melewatiku begitu saja, tak ingin menyerah. Kutahan tangannya. Sayangnya ia langsung melepaskannya. Padahal aku begitu merindukan dia.
"Mah, kenapa sikap kamu seperti ini? Aku khawatir loh sama kamu, biasanya kamu selalu kasih tahu aku, kalau mau pergi ke luar. Kenapa sekarang kamu enggak pernah kasih tahu aku?"
"Memangnya penting kalau aku kasih tahu kamu aku ada di mana?"
"Sayang."
"Dari pada kamu peduli dengan keadaanku. Lebih baik kamu urusi saja istri keduamu itu. Saat ini dia lagi butuh sandaran kamu."
"Ma ... Maksud kamu?" Tanpa menjawab pertanyaanku, ia memilih pergi ke lantai atas. Aku masih bingung dengan ucapan dia barusan. Memang benar sudah seminggu ini aku belum datang ke rumah Rahma atau memberi dia uang. Saat ini aku tidak mau diganggu. Tapi karena penasaran dengan perkataan Siska. Aku mencoba menghubungi Rahma.
Baru saja berdering 1 detik, tiba-tiba terdengar suara tangisan Rahma begitu memekik telinga.
"Kamu kenapa?"
"Kamu jahat, Mas? Berkali-kali aku hubungi kamu, tapi ponselmu tidak aktif. Kenapa baru sekarang hubungi aku, Mas. Padahal aku butuh batuan kamu."
"Maaf, untuk saat ini aku enggak bisa diganggu." Memang benar, ada ratusan panggilan dan pesan. Tapi aku abaikan, aku yakin pasti isinya keluhan semua.
"Kamu tega sama aku, Mas. Gara-gara kamu, aku jadi kacau."
"Kacau bagaimana? Kalau ngomong yang jelas, jangan nangis dulu." Kupingku terasa sakit mendengar suara Rahma beradu dengan suara tangisannya. Aku tidak paham kenapa dia menjadi seperti ini.
"Mbak Siska, Mas."
"Siska kenapa? Ayo jelaskan, jangan nangis terus!" Aku yang sudah kesal dengan suara tangisan, langsung membentaknya.
"Mas, kenapa aku dibentak? Kamu enggak kasihan sama aku?"
"Maaf, aku enggak sengaja. Tolong kamu tenang dulu, jelaskan pelan-pelan. Ada apa dengan Siska?"
"Mbak Siska, tadi pagi datang ke sini."
"Apa! Siska datang ke mana?" tanyaku lagi memastikan. Mungkin aku salah dengar.
"Istri tuamu datang ke rumahku, Mas." Mulutku terbuka lebar, aku begitu syok mendengar Siska datang ke rumah Rahma. Ternyata telingaku tidak salah dengar.
"Untuk apa Siska datang ke rumah? Kok dia tahu rumah kita?"
"Aku enggak tahu, Mas. Mbak Siska datang ke sini membawa--"
klik
Tiba-tiba saja ponselku mati total.
"Halo ... Halo ...!"
Aagh ...
Sialan ternyata batrai ponselku habis, padahal aku belum mengetahui, alasan Siska datang ke rumah istri keduaku. Tapi dari mana dia mengetahui rumah Rahma. Lalu tujuan dia apa?
Dari pada penasaran, lebih baik aku menemui Siska di kamar, aku takut akan terjadi sesuatu yang besar. Dengan langkah besar, aku langsung berlari ke lantai atas.
"Siska ... Buka pintunya, ada yang mau aku bicarakan sama kamu, Siska!" Tanganku terus menggedor pintu kamar. Hingga akhirnya Siska membuka pintunya.
"Ada apa, Mas? Kenapa kamu ketuk pintu keras-keras?" jawabnya ketus, namun bukannya malah bertanya. Aku justru memperhatikan wajah dia yang semakin cantik dan anggun. Ternyata dia habis mandi, aku bisa mencium aroma sabun yang begitu wangi. Membuat jiwa ragaku meronta-ronta. Sudah lama sekali aku belum menerima hakku sebagai seorang suami. Semenjak dia tahu aku menikah lagi. "Kamu lihat apa, Mas?" Lamunanku tiba-tiba buyar begitu saja.
"Ee ... Itu, tadi aku--"
"Aku kenapa?"
"Aku ... "
"Kalau tidak ada yang mau dibicarakan, pintu kamar mau aku tutup!"
"Tunggu!" Aku langsung menahan pintunya, kenapa aku bisa gugup begini ya di depan Siska? Padahal dia istriku sendiri. "Aku mau ngomong sama kamu, ini tentang Rahma."
"Hoh, dia sudah ngadu sama kamu?"
"Dia belum berbicara apa pun, jadi aku tidak tahu kenapa dia menangis saat aku menghubunginya. Saat aku mau bertanya ponselku mati."
"Terus kamu mau nanya apa?"
"Begini, hmm. Apa benar ka ... Kamu ke rumah--"
"Ke rumah istri muda kamu?" Aku mengangguk pelan. "Kamu pasti mau bertanya kan kenapa aku bisa datang ke rumah gundikmu? Kamu pasti bertanyakan dari mana aku mengetahui alamat rumah yang kamu belikan untuk dia?" Tiba-tiba saja, hatiku merasa tidak enak mendengar ucapan Siska. Hatiku menjadi resah, tak kala ia mengetahui aku memberikan rumah untuk Rahma.
"Hebat ya jadi gundikmu? Setelah berhasil merebut suami orang, dia bisa menikmati segalanya tanpa harus bersusah payah untuk mendapatkan itu semua, bahkan bisa mendapatkan barang perabotan yang sangat bagus. Beda dengan diriku. Yang harus menikmati kepahitan selama beberapa tahun, bahkan aku sampai merasakan kelaparan saking tidak punya uangnya saat itu."
"Sa ... Sayang aku--"
"Mau berapa kali kamu membuatku hancur, Mas? Mau seperti apa lagi kamu mau membuatku hancur!" teriaknya, membuatku tak mampu berkata-kata. "Harus seperti apa lagi kamu melakukan ini semua, Mas! Apa aku harus mati dulu biar kamu puas? Bisa-bisanya kamu menikah, tapi malah menipu semua orang yang menjadi saksi pernikahan kalian. Dengan cara aku mengizinkan kamu menikah lagi! Padahal kalian berdua telah melakukan perzinaan."
"Sayang, tolong jangan seperti ini. maafkan aku, aku salah, aku salah. Tolong jangan berkata seperti itu padaku." Aku mencoba memeluk tubuhnya, tapi Siska langsung mendorongku.
"Pergi, Mas. aku muak melihat wajahmu!"
Brak
"Sayang, tunggu ... Sayang, buka pintunya, sayang." Kusenderkan punggung ini di pintu yang sudah tertutup rapat. Kututup wajahku dengan tanganku. Kenapa semua ini harus terjadi, andai aku tidak melakukan perselingkuhan. Mungkin rumah tanggaku dengan Siska akan baik-baik saja.
Sejak kejadian itu, sikap Siska benar-benar sudah berubah. Tidak ada lagi kehangatan di sini. Kita berdua memang tinggal bersama, tapi hidup seperti orang asing. Dia tidak lagi mengurus diriku sebagai seorang suami. ia juga enggan memberikan hakku. Tapi aku bisa apa, aku hanya pasrah dengan keadaan. Jika aku meminta, itu adalah sesuatu yang sangat tidak tahu diri. Sudah menyakiti hatinya, masih juga meminta hakku sebagai suami.
Ketika kamu bertiga tengah menikmati sarapan pagi, aku melihat ada ART baru di rumah ini tengah mencuci piring. Dahi berkerut, sejak kapan ada art? Jujur saja aku tidak suka jika ada orang asing di rumah ini. Termasuk Art.
"Mah, kamu sewa ART?"
"Iya!"
"Tapi kenapa?"
"Ada masalah kalau aku sewa ART di rumah ini?"
"Ka.. Kamu tahu, kan aku tidak suka dengan kehadiran orang asing di rumah ini."
"Hoh, jadi kamu enggak suka kalau ada orang asing di rumah ini. Tapi kamu bisa memasukkan orang asing ke dalam rumah tangga kita?" Mulutku seketika terkunci, jika dia sudah menyindirku, aku tidak bisa berkutik. "Kamu enggak perlu ikut campur untuk masalah ini, Mas. Aku saja tidak ikut campur dengan pernikahan keduamu!"
Dobel up, Thoor /Pray//Pray/