Namaku Delisa, tapi orang-orang menyebutku dengan sebutan pelakor hanya karena aku berpacaran dengan seseorang yang aku sama sekali tidak tahu bahwa orang itu telah mempunyai pacar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Besoknya Delisa dikejutkan oleh kabar yang tak terduga. Kabar tersebut adalah kabar tentang Galih dan Ajeng yang baru putus. Delisa bingung mengapa itu semua bisa terjadi. Dengan putusnya hubungan mereka tentunya akan banyak orang yang berspekulasi bahwa keduanya putus karena aku.
Rasanya jantungku berdebar kencang karena melihat tatapan dari anak-anak kelas yang kemungkinan menuduh kalau aku yang menghancurkan hubungan Galih dan Ajeng.
"Ca, gimana dong? mereka pasti berpikir kalau aku penyebabnya."
"Kamu tenang aja. Kalau orang-orang menuduh kamu seperti itu, kamu tinggal tunjukkan aja bukti chat kamu sama Kak Galih."
Ting!
Ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Lalu aku membaca isi pesannya dan ternyata itu adalah pesan dari Kak Galih.
Galih memberitahukan bahwa dirinya dan Ajeng telah putus dikarenakan Galih sudah lelah menghadapi tingkah laku Ajeng.
Anehnya, aku heran mengapa Kak Galih memberi kabar tentang hubungannya yang berakhir kepadaku. Seolah-olah memang dia ingin aku tahu tentang kabar ini.
"Ca, Kak Galih kirim pesan ke aku," bisik Delisa.
Caca langsung mengambil ponsel Delisa dan membaca pesan dari Kak Galih.
"Sa, pokoknya kalau Kak Galih menyatakan perasaannya lagi sama kamu, lebih baik kamu tolak aja. Dia ini kayaknya sengaja memberitahu kamu, supaya kamu tahu bahwa dia udah putus."
"Iya, aku juga tahu. Pasti nantinya dia akan dekati aku lagi."
Tiba-tiba dua temanku datang dan mereka menunjukkan fotoku dan Kak Galih saat berada di rooftop.
"Ini kamu sama Kak Galih, kan?" tanya kedua temanku.
Delisa terdiam sejenak, sepertinya orang yang waktu itu memotretnya diam-diam yang menyebarkan foto tersebut ke orang-orang.
"Iya, itu aku."
"Berarti benar ya rumor itu?"
"Bukan. Itu cuma salah paham. Kemarin aku ketemu Kak Galih itu supaya Kak Galih menjelaskan bahwa sebenarnya dia yang mendekati aku. Jadi aku minta tolong ke dia supaya menjelaskan yang sebenarnya dan minta maaf ke Kak Ajeng."
Karena aku tidak mau dituduh, akhirnya aku menunjukkan chat-chat aku bersama Kak Galih dari awal chat hingga akhir.
"Tapi setelah Kak Galih chat, harusnya kamu jangan terus bales chatnya. Karena Kak Galih kan udah punya pacar, jadi harusnya kamu jaga batasan."
"Aku mana tahu kalau Kak Galih punya pacar. Lagian waktu itu Kak Galih bilang kalau dia gak punya pacar."
Delisa keluar dari kelas karena ia merasa teman sekelasnya tidak mempercayainya. Padahal sudah jelas mereka melihat chat tersebut.
"Sa!" panggil Azka.
Delisa menoleh kearah orang yang memanggilnya. Ternyata dia Azka, mantan pacar di masa kecilku.
"Kenapa?" sewot Delisa.
"Biasa aja kali, Sa."
"Ini udah biasa kali."
"Oh iya! aku mau kasih ini. Kemarin orang tua aku habis pulang dari Bali, jadi mereka titipkan ini untuk kamu."
"Makasih." Delisa yang tadinya badmood, kini sudah tidak badmood lagi lantaran diberikan oleh-oleh oleh orang tua mantan pacarnya.
Waktu kecil, Delisa memang sering main di rumah Azka karena orang tua Azka dan orang tua Delisa merupakan teman dekat. Nah dari seringkali Delisa ke rumah Azka, akhirnya waktu itu Azka menyatakan perasaannya dan tentunya Delisa menerima karena namanya anak kecil pastinya akan terbawa perasaan jika ada yang menyukainya.
"Oh iya, gimana kabar orang tua kamu?"
"Baik kok. Oh iya, Mamah menyuruh kamu untuk datang ke rumah, katanya dia kangen sama kamu."
"Mamah yang kangen atau kamu yang kangen?"
"Ya Mamah lah."
"Ya udah nanti aku kesana kalau ada waktu."
Karena keasikan mengobrol, tak terasa bel berbunyi. Dengan begitu Delisa pergi menuju lapangan karena upacara bendera akan segera dimulai.
...****************...
Delisa tidak fokus mendengarkan materi yang disampaikan guru karena saat ini hidupnya tidak tenang akibat Kak Galih.
Andai saja waktu itu Delisa tahu kalau Kak Galih mempunyai pacar, tentunya Delisa tidak akan melayani chatnya.
"Itu apa?" tunjuk Caca pada bingkisan oleh-oleh pemberian orang tua Azka.
"Oleh-oleh dari orang tua Azka."
"Dari orang tua Azka atau Azka?" tanya Caca sambil meledek.
"Orang tuanya Azka, Ca."
Aku menatap datar kearah Caca sebab Caca terus-menerus meledekku. Harusnya waktu itu aku tidak usah cerita saja tentang aku yang pernah menjalin hubungan dengan Azka.
"Delisa! Caca! kalau mau mengobrol itu diluar, jangan didalam kelas!" tegas Bu Ani.
Seketika jantungku rasanya ingin copot saat Bu Ani memanggil namaku. Aku hanya diam karena aku mengakui bahwa aku salah sebab aku dan Caca malah mengobrol.
"Cepat keluar! kalian hanya mengganggu saja!" tegas Bu Ani.
"Maaf, Bu." Setelah meminta maaf, Delisa dan Caca segera pergi keluar karena jika masih berada didalam kelas nantinya Bu Ani tidak akan mau mengajar lagi.
"Gara-gara kamu sih. Ngapain coba mengajak gue mengobrol."
"Ya maaf. Lagian kamu juga salah, suara kamu terlalu besar."
Seketika Delisa dan Caca terdiam karena menyadari bahwa mereka sama-sama bersalah. Untuk itu daripada berdebat, mereka lebih memilih diam.
"Ke kantin aja yuk!" ajak Caca.
"Kalau ke kantin nanti dimarahin lagi sama guru lah. Ini kan belum waktunya istirahat."
"Ya udah kalau gitu ke perpustakaan aja gimana? disana kita bisa tiduran atau baca-baca buku."
"Ya udah ayok!" Lalu Delisa dan Caca pergi ke perpustakaan.
Saat diperjalanan menuju perpustakaan, mereka berpapasan dengan Kak Galih. Tiba-tiba saja tangan Kak Galih memegang tanganku.
"Aku mau bicara sesuatu," kata Kak Galih
Delisa melirik kearah Caca. "Ya udah bicara aja."
"Bicaranya jangan disini," kata Kak Galih sambil menarik tanganku.
"Ca, kamu duluan aja. Nanti aku nyusul ke perpustakaan."
Delisa dan Kak Galih pergi menuju rooftop karena itu merupakan tempat yang sepi. Entah apa yang ingin Kak Galih bicarakan, namun sepertinya ini menyangkut dengan kabar putusnya Kak Galih dan Kak Ajeng.
"Mau bicara apa, Kak?"
"Aku waktu itu udah bilang sama kamu. Aku benar-benar suka sama kamu. Bahkan kamu bisa lihat sendiri kalau aku udah putuskan Ajeng demi kamu."
"Kok gitu sih. Padahal kan aku sama sekali gak menyuruh Kak Galih buat putusin Kak Ajeng."
"Iya, kamu memang gak menyuruh. Tapi karena aku suka sama kamu, makanya aku putusin dia."
Aku tidak habis pikir dengan Kak Galih. Perkataannya membuatku benar-benar diposisi yang membingungkan. Dia memutuskan Kak Ajeng seolah-olah disuruh olehku, padahal aku sendiri tidak menyuruhnya melakukan hal tersebut. Hanya karena dia menyukaiku, dia rela putus dengan pacarnya.
"Aku suka sama kamu, Sa. Kamu mau kan jadi pacar aku?"
"Enggak. Aku gak mau."
"Tapi kan aku udah putuskan Ajeng, Sa."
"Cara Kak Galih itu salah. Mentang-mentang udah putus, jadi Kak Galih seenaknya aja pacarin orang lain." Setelah berkata seperti itu, Delisa bergegas pergi karena sudah muak dengan tingkah laku Kak Galih.