> "Dulu, namanya ditakuti di sudut-sudut pasar. Tapi siapa sangka, pria yang dikenal keras dan tak kenal ampun itu kini berdiri di barisan para santri. Semua karena satu nama — Aisyah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Harapan Baru
Bab 18: Harapan Baru
"Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
(QS. Al-Mu’minun: 60)
---
Pertemuan Tak Terduga
Hari itu, matahari terbenam dengan cahaya kemerahan yang memantul di langit biru, seolah memberikan tanda bahwa hari baru akan segera dimulai. Fahri sedang duduk di sudut halaman pesantren, termenung, merenung tentang perjalanan hidup yang semakin membuka banyak pelajaran. Di tengah kesendirian, tiba-tiba ia mendengar langkah kaki mendekat.
Fahri menoleh dan melihat seorang wanita muda yang mengenakan jilbab putih. Wanita itu tampak familiar. Ternyata, itu adalah Aisyah.
Aisyah? Fahri terpaku sejenak. Hatinya berdebar. Apa yang dia lakukan di sini? Bukankah dia sudah menikah?
"Aisyah?" Fahri memanggilnya dengan suara ragu.
Aisyah menatapnya dengan senyum lembut. "Iya, Fahri, itu aku. Maafkan aku jika kedatanganku membuatmu terkejut."
Fahri tersentak. "Kenapa kamu datang kemari? Bukankah... kamu sudah menikah?"
Aisyah mengangguk. "Benar, aku sudah menikah, Fahri. Tetapi ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu."
Fahri menatap Aisyah, perasaan campur aduk. Ada rasa rindu yang sulit diungkapkan, tetapi ada juga rasa sakit yang membekas. Aisyah mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Aku tahu kamu masih memikirkan masa lalu kita," kata Aisyah dengan suara lembut. "Aku datang ke sini untuk memberitahumu bahwa meskipun aku telah menikah, aku selalu mendoakanmu. Aku tahu kamu berjuang di sini, dan aku ingin kamu tahu bahwa kamu tak pernah sendiri."
Fahri terdiam. Ada campuran antara kebingungan dan perasaan yang sulit dijelaskan. "Tapi, kenapa sekarang? Kenapa datang setelah semua yang terjadi?"
Aisyah menghela napas, dan matanya mulai berkaca-kaca. "Fahri, aku tahu kita tidak bisa bersama, tetapi aku ingin kamu tahu bahwa keputusan untuk menikah dengan orang lain bukanlah hal yang mudah. Aku melakukan ini karena keluargaku dan takdir yang harus kujalani. Namun, hatiku tetap mengingatmu."
Mendengar itu, Fahri merasa hatinya remuk. Kenapa perasaan ini begitu sulit untuk dibuang? Kenapa masih ada ruang bagi Aisyah di hatinya meskipun ia tahu bahwa hubungan mereka sudah berakhir?
Namun, di tengah rasa sakit itu, Fahri juga mulai merasakan hal yang berbeda. Ia merasa bahwa pertemuan ini adalah kesempatan untuk melepaskan beban yang selama ini ia pikul. Ia sudah cukup merenung, cukup terlarut dalam masa lalu. Ini saatnya untuk melangkah maju.
---
Perjalanan Menuju Keikhlasan
Setelah pertemuan singkat itu, Fahri kembali ke kamarnya. Malam itu, ia merasa terombang-ambing antara harapan dan kenyataan. Meskipun Aisyah telah mengungkapkan perasaannya, ia tahu bahwa mereka tidak bisa bersama. Ada banyak alasan yang menghalangi, dan yang paling penting adalah takdir yang telah menuntun mereka ke jalan yang berbeda.
Fahri menyadari bahwa hatinya masih terbebani oleh perasaan terhadap Aisyah, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Dengan penuh tekad, ia berdoa kepada Allah, memohon agar diberikan kekuatan untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidupnya dengan lebih baik.
"Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk melepaskan Aisyah dan menerima takdir-Mu. Aku tahu Engkau lebih mengetahui apa yang terbaik untukku. Aku hanya ingin menjadi pribadi yang lebih baik."
Fahri merasa hati kecilnya mulai tenang. Ia tahu bahwa keikhlasan bukanlah hal yang mudah, tetapi ia juga tahu bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya berjalan sendirian. Dalam doanya, ia berharap agar Allah memberi jalan terbaik untuk masa depannya.
---
Penuh Harapan Baru
Keesokan harinya, Fahri bangkit dengan semangat baru. Meskipun perasaan terhadap Aisyah masih ada, ia mulai menyadari bahwa perjalanan hidupnya tidak hanya berputar pada satu orang atau satu peristiwa. Allah telah memberikan jalan untuknya, dan ia harus terus berjalan dengan penuh harapan.
Di pesantren, Fahri semakin aktif dalam kegiatan belajar. Ia merasakan betapa pentingnya ilmu yang ia pelajari, bukan hanya untuk dunia, tetapi juga untuk kehidupan akhiratnya. Di sana, ia menemukan kedamaian yang selama ini ia cari.
Ilham, sahabat baiknya, juga terus mendukung Fahri. Ilham sering mengajak Fahri untuk berdiskusi tentang berbagai hal, tidak hanya tentang agama, tetapi juga tentang hidup dan bagaimana menghadapi setiap ujian dengan sabar.
Fahri merasa beruntung memiliki teman seperti Ilham. Sahabat sejati yang selalu ada untuk memberi nasihat dan dukungan. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang impian, dan tentang bagaimana menjadi orang yang lebih baik.
Fahri tahu bahwa hidupnya tidak hanya soal Aisyah. Ada banyak hal lain yang lebih penting, dan Allah telah memberinya kesempatan untuk menemukan arti sejati dari hidup ini. Ia berjanji untuk terus berjuang, untuk menjadi lebih baik, dan untuk tetap mengharap ridha Allah dalam setiap langkahnya.
---
Dengan tekad yang semakin kuat, Fahri melangkah maju. Ia tahu bahwa masa depan yang cerah menunggunya, dan meskipun ada banyak hal yang belum terjawab, ia percaya bahwa Allah memiliki rencana terbaik untuk dirinya. Dalam doa, harapan, dan usaha, Fahri menemukan kebahagiaan yang lebih dalam—kebahagiaan yang datang dari keikhlasan hati dan keteguhan dalam iman.