NovelToon NovelToon
Dia Anakku

Dia Anakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Anak Genius / Ibu Pengganti / Kehidupan di Kantor / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:416.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.

Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.

“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.

“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.

“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Kenyataan Yang Menyakitkan

 

“Boleh saya duduk di sini?” Suara bariton yang tak dikenal menyapa gadis yang sedang sibuk berhadapan dengan laptopnya.

Gadis itu lantas mendongakkan wajahnya, tatapannya langsung terhenyak melihat sosok pria yang begitu tampan dan jelas terlihat dewasa.

“Tidak boleh ya? Atau sedang menunggu pacarnya?” tanya pria itu sembari mengerjapkan mata hitam kelamnya.

Bagi Naura ini untuk pertama kalinya melihat sosok pria yang begitu tampan bagai aktor Turki dan menyapanya, biasanya model mas-mas yang mengajak ia kenalan.

“Maaf Mas-nya mau cari siapa ya? Takutnya salah orang?” Naura balik bertanya dengan tatapan awasnya.

Pria itu malah justru tersenyum hangat. “Saya sejak tadi duduk di sebelah sana dan melihat kamu sejak tadi sendirian. Boleh berkenalan, nama saya Irfan,” ujar Irfan sembari mengulurkan tangannya. Naura lantas mengedarkan pandangan bingungnya, kenapa bisa tiba-tiba ada yang mengajaknya berkenalan.

“Bolehkan berkenalan sama kamu? Atau tidak boleh ya?” Irfan masih menunggu sebuah jawaban dari gadis itu.

“Eh, boleh kok Mas. Saya Naura,” balas Naura tanpa membalas uluran tangan pria yang tidak dikenal. Bukannya kenapa-napa ia takut jika mendadak dihipnotis, ini pikiran buruknya, sementara ia duduk di cafe itu hanya seorang diri sedang mengerjakan papernya sembari menikmati wifi gratis yang ada di cafe tersebut.

Irfan tersenyum kecut saat Naura menolak uluran tangannya, tapi tidak masalah baginya. “Saya hanya ingin berkenalan denganmu, tidak ada niatan untuk menculikmu kok,” goda Irfan.

“Hah!” Naura mendadak tambah terkejut, kemudian pandangannya beralih ke kursi yang kosong di hadapannya.

“Boleh duduk di sini, ‘kan, Naura?” tanya Irfan masih berusaha.

“Eh, si-silakan Mas Irfan,” jawab Naura agak meragu. Akan tetapi dari perkenalan lima tahun yang lalu itu membawa Naura menjadi istri Irfan yang mengaku jatuh cinta pada pandang pertama dan pria itu juga mengaku sebagai karyawan biasa yang baru saja diterima bekerja di salah satu perusahaan kecil di Jakarta. Belum lagi saat menikah pria itu juga tidak ditemani kedua orang tuanya dikarenakan telah meninggal dunia alasannya, dan hanya beberapa orang yang katanya saudara untuk mendampingi Irfan saat acara pernikahan mereka berdua.

Tetapi kenyataan yang di hadapi oleh Naura saat ini, mantan suaminya adalah pewaris perusahaan besar dan suprise tambahannya adalah sosok istri dan anak yang mendampinginya.

Naura tersenyum miris ketika Damar memperkenalkannya, luka yang sudah lama ia kubur dalam-dalam tiba-tiba saja menyeruak ke permukaan tanpa permisi. “Dasar penipu ulung!” Ingin sekali Naura memakinya saat itu juga, sayangnya bibirnya terkatup dan hanya bisa membatin saja.

“Irfan kenalkan ini sekretaris Papa yang sangat handal namanya Naura Arashya.” Kini Damar bergantian memperkenalkan wanita itu pada Irfan.

Ekspresi wajah Irfan tampak dingin dan datar, tidak ada sedikit pun keterkejutan yang terlukiskan di wajah pria itu. Sungguh sikap dingin yang ditunjukkan pada Irfan bagaikan tamparan yang begitu keras, seakan menyadari jika dirinya terlalu bersikap berlebihan menyambut kedatangan pria itu. Lantas, Naura segera menyadarkan dirinya sendiri, kedua kakinya ia kuatkan untuk berdiri tegak seperti semula.

“Selamat datang Pak Irfan, perkenalan saya Naura Arashya siap membantu Pak Irfan,” ujar Naura, tegas dan lembut, sembari mengulurkan tangannya pada pria itu.

“Semoga kita bisa bekerja sama, Naura,” balas Irfan dengan ekspresi dingin, bukannya menyambut uluran tangan Naura untuk berjabat tangan justru pria itu menggandeng tangan wanita berhijab itu yang kini tersenyum padanya.

Naura menarik tangannya perlahan-lahan dan berusaha untuk tersenyum tipis, layaknya orang asing yang tidak saling mengenal. “Baiklah, memang harus seperti itu sikapnya,” batin Naura meringis pedih.

Wanita itu lantas mengalihkan pandangannya ke arah Damar. “Kalau begitu mari saya antar ke ruang auditorium, Pak Damar, Pak Irfan," ajak Naura dengan sopannya.

“Baiklah.” Damar menyetujuinya, lantas Naura beserta asisten pribadi Damar berjalan memandu mereka semua.

Naura berusaha bersikap tenang dan profesional, serta menekan kenangan lama yang mulai bermain-main di ingatannya. Sementara itu, Irfan sepertinya juga terlihat tenang dan tidak terpengaruh dengan pertemuan yang tidak terduga tersebut setelah empat tahun tidak bertemu.

Ketika mereka semua masuk ke dalam lift, Naura melirik bocah kecil yang masih berada di dalam gendong Damar. Melihat Noah yang begitu serupa dengan Irfan membuat perasaannya sangat sakit, dan mengingatkan dunianya hancur saat itu. “Ya Allah, andaikan anakku masih ada ... aku bisa memeluknya dan mengobati rasa sakitku ini,” batin Naura kembali bersedih.

“Noah, ayo sini sama Papa kasihan Opa kalau lama-lama gendong kamu,” pinta Irfan merasa tidak nyaman saat Naura menatap termangu pada anaknya.

Seketika Noah menggeleng pelan dengan tangannya melambai. “No Papa, Noah auna cama Opa,” tolak Noah seraya menyipitkan bola mata mungilnya saat beradu pandang dengan Naura. Wanita itu tersenyum tipis kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pintu lift, tak lama kemudian pintu lift terbuka. Rasa sesak yang sempat mengimpit dada wanita itu selama di lift serasa bisa bernapas lega kembali.

Ya, inilah yang selalu Naura rasakan jika melihat sosok anak laki-laki, hatinya ngilu dan amat sesak, ujung-ujungnya ia berandai-andai anaknya masih hidup.

Naura kembali berjalan dengan cepat mendahului mereka yang ada di belakangnya. Dilla, Elva dan beberapa karyawan lainnya sudah dalam posisi stand by di luar ruangan auditorium menyambut sang pemilik perusahaan kemudian bersama-sama membungkukkan punggung sebagai tanda hormat.

“Menantunya Pak Damar makin cantik aja, apalagi sekarang udah pakai hijab,” celetuk Sri pelan yang kebetulan berdiri di samping Naura.

Naura menolehkan kepalanya perlahan-lahan menatap karyawan yang termasuk lama bekerja di Grup Mahesa, hatinya tergelitik untuk mengulik tentang mantan suaminya.

“Bu Sri, memangnya anak dan menantunya Pak Damar sebelumnya pernah ke sini? Maklum saya kan baru dua tahun kerja di sini?” tanya Naura dengan santainya.

“Empat tahun yang lalu Pak Irfan dan istrinya sering ke sini sebelum Pak Irfan pindah tugas ke Australia. Mereka itu kalau tidak salah udah lama menikahnya dan baru dapat anak yang ganteng itu pas usia pernikahan mereka jalan tiga tahun,” terang Bu Sri, bagi karyawan lama pasti tahu cerita tentang Irfan.

Tangan Naura langsung bertopang ke salah satu tepi kursi, tubuhnya kembali terhantam dengan kenyataan yang selama ini tidak ia ketahui. Lagi, dunianya terasa ingin hancur lembur seketika.

“Ja-jadi waktu itu a-aku sudah jadi pelakor dalam rumah tangga orang lain dan istri kedua!  Ya Allah, kenapa aku terjerembap ke sana! Kenapa aku begitu bodoh!” batin Naura sangat sesak dan tak sanggup mendampingi Damar dan Irfan dalam acara penyambutan.

 Bersambung ... ✍️

 

 

1
Tutiks
lanjut lagi up nya
Cicih Sophiana
mantap ada malihat pasti cemburu lah... krn biasa nya mertuanya gak seperti itu ke dia
Cicih Sophiana
oh jadi Deri itu asisten bermuka seribu yah... baru ada tuh asisten bermuka lucknat... biasa nya asisten di novel itu rela mati demi bos nya... ini malah sebalik nya..🤭
Cicih Sophiana
nama nya jg ibu tiri oma... mana mau ikhlas biar dia mau anak jg... kan Noah hasil dari wanita lain🤭
Cicih Sophiana
mirip dong Alma, Noah kan anak Naura...😁
Dhani Tiwi
kasihan Noah.. cepet sembuh ya.., lanjut Thor..
Cicih Sophiana
VOTE meluncur thor... tetap semangat💪🏻
Cicih Sophiana
semoga aja Naura gak mau balikan lg dgn Irfan... walau udah tau klo Noah anak kandung nya... gak rela
Cicih Sophiana
ok thor aq ganti bintang 1234 dgn bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ meluncur.. cerita nya bagus kok👍 semangat thor💪🏻
Wiek Soen
tuh nyesel kan Irfan...demi membela ular sampai menyakiti orang yg tidak bersalah
Nar Sih
semoga semua segera terungkap biar ank dan ibu yg di pisahkan kmbli bersama
K4RL4
lanjut mom...
❤️ mamah kanay ❤️
Alhamdulillah....
semangat mom😍😍😍
Sugiharti Rusli
mungkin dulu kontak batin Naura sama Noah belum kuat karena belum pernah ketemu yah, sekarang malah sangat kuat kontak batinnya,,,
Faizin Al Abi
aduuh lagi baca ayooo cepat di lanjut
𝐙⃝🦜wit𒈒⃟ʟʙᴄ🌹🌹
q slu mendukungmu momm🥰
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
giliran noah sakit menghubungi naura
Soraya
lanjut lagi thor
Bunda Wati
sewa jet , ajak noah ketemu ibunya di jigya
Elvi Mareni
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!