Ji An Yi adalah seorang gadis biasa yang mendapati dirinya terjebak di dalam dunia kolosal sebagai seorang selir Raja Xiang Rong. Dunia yang penuh dengan intrik, kekuasaan, dan cinta ini memaksanya untuk menjalani misi tak terduga: mendapatkan Jantung Teratai, sebuah benda mistis yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan sekaligus membuka jalan baginya kembali ke dunia nyata.
Namun, segalanya menjadi lebih rumit ketika Raja Xiang Rong-pria dingin yang membencinya-dan Xiang Wei, sang Putra Mahkota yang hangat dan penuh perhatian, mulai terlibat dalam perjalanan hidupnya. Di tengah strategi politik, pemberontakan di perbatasan, dan misteri kerajaan, Ji An terjebak di antara dua hati yang berseteru.
Akankah Ji An mampu mendapatkan Jantung Teratai tanpa terjebak lebih dalam dalam dunia penuh drama ini? Ataukah ia justru akan menemukan sesuatu yang lebih besar dari misi awalnya-cinta sejati yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Sejak kejadian malam itu, Ji An duduk sendirian di mejanya,menatap kosong kearah gulungan kertas dan tinta didepannya, Pikirannya dipenuhi strategi. Ia harus mendekati Raja Xiang Rong dengan hati-hati, tanpa menimbulkan kecurigaan lebih lanjut. Tapi bagaimana caranya?
Apa ia terus menyelesaikan misinya atau ia mencari cara lain untuk bisa membuat Raja Xiang Rong jatuh hati padanya.
Tiba-tiba dada Ji An kembali lagi sakit benar-benar seperti menggerogoti bagian dalam tubuhnya.
Kenapa tubuh ini menjadi semakin lemah?
Entah mengapa suara misterius itu kembali berbisik lembut, seolah datang dari dalam dirinya sendiri, "Hati Raja... adalah kuncinya"
Ji An tertegun. Kata-kata itu semakin membebani pikirannya. Apa maksudnya hati Raja? Apakah itu berarti ia harus cepat mendapatkan jantung teratai itu?
Ia meremas tangannya yang dingin, Ji An seperti kehabisan nafas.
Namun perlahan sakitnya mulai redah.
Jian mencoba memikirkan langkah berikutnya. Meskipun Raja Xiang Rong membencinya, ia tahu pria itu adalah seseorang yang tidak bisa didekati dengan cara biasa.
"Aku harus memulai dari sesuatu yang sederhana, ia benar benar harus mendapatkan jantung teratai itu " gumam Ji An pada dirinya sendiri.
Ia kemudian memanggil Lin Li.
"Lin Li bantu aku untuk mencari tahu apa kesukaannya dan apa keseharian Raja Xiang Rong di istana,aku akan memulai dengan hal kecil ini "
"Baik Nona hamba akan melakukan tugas ini " Lin Li menatap wajah Ji An,terlihat pucat dan lesu "Nona apakah Nona baik baik saja? Nona terlihat pucat?"
"Tidak...tidak.. Lin Li ,cepatlah kau pergi kita harus segera menyelesaikan semua ini "
Dengan gerakan anggukkan Lin Li segera bergegas melakukan tugasnya.
Lin Li pergi dengan cepat, meninggalkan Ji An sendirian di kamarnya. Ji An memegang dadanya yang masih terasa sesak. Ia tahu tubuhnya semakin lemah, dan waktu yang dimilikinya untuk menemukan jantung teratai itu semakin sedikit. Namun, ia tidak bisa menyerah begitu saja. Ada terlalu banyak yang dipertaruhkan, termasuk nyawanya sendiri.
Keesokan harinya, Lin Li kembali dengan membawa informasi yang cukup berharga.
"Yang Mulia Raja Xiang Rong sangat menyukai latihan pedang di taman bambu setiap pagi, Nona. Selain itu, ia juga sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya untuk membaca dokumen kerajaan. Tapi yang paling menarik adalah... katanya beliau sangat menyukai masakan sederhana seperti bubur kacang hijau yang dibuat oleh ibunya dulu."
Ji An mengangkat alis. "Bubur kacang hijau? Sesederhana itu?"
Lin Li mengangguk. "Benar, Nona. Tapi beliau hampir tidak pernah memakan makanan itu lagi setelah ibunya wafat. Hamba pikir, mungkin ini bisa menjadi awal untuk mendekatinya."
Ji An berpikir sejenak. Membuat bubur kacang hijau tidak sulit, tapi yang menjadi tantangan adalah bagaimana ia menyampaikan niatnya kepada Raja Xiang Rong tanpa membuat pria itu curiga.
---
Pagi itu, Ji An memutuskan untuk pergi ke dapur istana dan membuat bubur kacang hijau sendiri. Ia memastikan semua bahan segar, menyiapkan takaran dengan teliti, dan memasaknya dengan penuh perhatian.
"Lin Li, kau tahu tugasmu," katanya setelah selesai memasak.
Lin Li mengangguk, membawa nampan berisi bubur ke taman bambu tempat Raja Xiang Rong berlatih.
Di taman, Raja Xiang Rong sedang berlatih pedang. Gerakannya cepat dan presisi, setiap tebasan mencerminkan kedisiplinan dan kekuatan yang luar biasa. Ketika ia selesai, seorang pelayan mendekatinya dengan nampan makanan.
"Apa ini?" tanyanya dingin.
Lin Li membungkuk dalam-dalam. "Yang Mulia, ini adalah bubur kacang hijau. Nona Ji An yang membuatnya sendiri untuk Yang Mulia."
Raja Xiang Rong menatap mangkuk bubur itu dengan ekspresi tidak terbaca. "Dia membuat ini untukku?"
"Benar, Yang Mulia. Nona berharap Yang Mulia dapat menikmati hidangan ini."
Raja Xiang Rong duduk di salah satu bangku taman, mengambil sendok, dan mencicipi bubur itu perlahan. Rasa bubur yang lembut dan manis membangkitkan kenangan masa kecilnya, saat ibunya sendiri membuatkan bubur serupa untuknya.
Namun, ia menahan diri untuk tidak menunjukkan emosinya. Wajahnya tetap dingin. "Katakan pada Ji An, aku menghargai usahanya. Tapi ini tidak akan mengubah apa pun."
Lin Li membungkuk sekali lagi. "Baik, Yang Mulia."
Ketika Lin Li kembali dan menyampaikan pesan Raja, Ji An merasa sedikit kecewa. Namun, ia tahu ini adalah awal yang kecil dan penting.
"Aku tidak berharap dia langsung menerimaku, Lin Li. Yang penting aku menunjukkan bahwa aku tulus," katanya, meski dadanya kembali terasa nyeri.
Lin Li mengkhawatirkan kondisi Ji An. "Nona, hamba yakin Yang Mulia akan mulai melihat niat baik Nona. Tapi tolong, jangan terlalu memaksakan diri. Hamba takut kondisi Nona semakin memburuk."
Ji An tersenyum lemah. "Aku tidak punya pilihan, Lin Li. Jika aku gagal, segalanya akan berakhir, untukku."
Malam harinya, Ji An sedang duduk di taman kecil di dekat kamarnya, menikmati ketenangan sambil mencoba mengatur napasnya yang terasa berat. Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki yang mendekat.
Ketika ia mendongak, Raja Xiang Rong berdiri di sana, memandangnya dengan tatapan tajam.
"Jadi, kau berpikir bubur kacang hijau bisa membujuk ku ? Kau gagal dalam misi yang aku berikan,bagaimana aku bisa percaya padamu lagi"
Ji An berdiri perlahan, membungkuk hormat. "Hamba tidak bermaksud demikian, Yang Mulia. Hamba hanya ingin menunjukkan bahwa hamba tulus dalam usaha untuk menebus kesalahan."
Raja Xiang Rong mendekat, membuat jarak di antara mereka semakin kecil. "Tulus, katamu? Kau pikir aku bisa percaya pada seorang wanita yang pernah menghancurkan kepercayaanku?"
Ji An menggigit bibirnya, menahan diri untuk tidak terintimidasi. "Yang Mulia, hamba tidak meminta maaf demi kepercayaan. Hamba hanya ingin membuktikan bahwa hamba tidak seperti yang Yang Mulia pikirkan."
Untuk sesaat, Raja Xiang Rong hanya memandangnya, seolah-olah mencoba membaca isi hatinya. Namun, tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan pergi, meninggalkan Ji An dengan perasaan campur aduk.
"Langkah kecil," gumam Ji An pada dirinya sendiri, mencoba menguatkan hati. Ia tahu jalan ini tidak akan mudah, tetapi ia tidak akan menyerah