Jika seseorang telah jatuh cinta, bisa membuat orang tersebut lupa diri, dan tidak perduli akan kekurangan orang yang ia cintai. Bahkan terkadang, tidak perduli, apakah orang yang ia cintai itu membalas cintanya atau tidak.
Aleena Catherine mencintai Alan Anderson, sejak mereka duduk di sekolah menengah pertama, hingga akhirnya mereka menikah.
Tapi, tiga tahun usia pernikahan mereka, Aleena di ceraikan Alan. Ternyata Alan tidak mencintai Aleena.
Setelah menceraikan Aleena, Alan melemparkan Aleena kepada pria miskin, bernama Alfred Stewart.
Aleena tidak menyangka, ternyata ia memiliki kisah dengan Alfred, yang tidak pernah Aleena sadari, sewaktu ia duduk di bangku sekolah menengah pertama dulu.
Pernikahan Aleena dengan Alfred yang di anggap semua orang, pria miskin dan pria sampah, menjadi pernikahan yang tidak terduga bagi Aleena.
Aleena di manjakan bak ratu, dan menjadi Nyonya Stewart, yang sangat mendominasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22.
Esoknya, Mansion Stewart.
Aleena begitu terkejut melihat jam di atas meja kecil, di samping tempat tidur, sudah menunjukkan jam sembilan pagi.
"Jangan panik, kenapa terkejut? kamu sudah menjadi Nyonya Stewart sekarang, mau bangun jam berapa tidak masalah!"
Terdengar suara dari depan pintu kamar mandi, tampak Alfred telah selesai mandi, hanya memakai handuk melilit seputar pinggulnya.
Aleena sontak memalingkan wajahnya, tiba-tiba raut wajahnya seketika memerah. Ia tanpa sengaja melihat tubuh Alfred.
Ia tidak menduga, Alfred memiliki tubuh yang sangat bagus. Perut rata, dengan bahu yang lebar, memperlihatkan dadanya yang kekar, dan begitu juga dengan bisep pada lengannya.
Dada Aleena tiba-tiba berdebar, wajahnya terasa panas.
"Kalau kamu malas bangun, bisa memanggil Pelayan untuk mengantar sarapan ke dalam kamar!"
Tiba-tiba Alfred sudah berdiri di samping tempat tidur, membuat Aleena terkejut, karena kembali tanpa sengaja melihat tubuh Alfred.
Dengan cepat Aleena memalingkan wajahnya, agar jangan sampai melihat tubuh Alfred.
Alfred tersenyum lucu melihat Aleena, yang terlihat menghindari pandangannya memandang kepadanya.
Alfred meletakkan bokongnya di dekat Aleena berbaring, tangannya meraih dagu Aleena, dan tatapan mereka pun bertemu.
"Kenapa? apakah aku menyeramkan tanpa memakai pakaian?" tanya Alfred tersenyum, semakin lucu melihat wajah Aleena yang merona.
"Bu.. bukan begitu, a.. aku... !" Aleena tidak dapat berkata, karena tangannya tiba-tiba telah berada dalam genggaman tangan Alfred.
"Tidak perlu malu, kita sudah menjadi suami istri, aku tidak akan membuat kamu merasa tidak nyaman bersamaku, katakan saja kalau ada yang membuat kamu tidak ingin aku lakukan di depanmu!" kata Alfred dengan hati-hati.
"Ma.. maaf, aku tidak bermaksud.. bu.. bukan begitu, aku belum pernah melihat seorang pria ti.. tidak berpakaian" Aleena menunduk malu, mengatakan apa yang diucapkannya.
Alfred nyaris tertawa mendengar nada pelan Aleena, yang sembari tertunduk malu.
Dengan lembut, Alfred menepuk punggung tangan Aleena, yang berada dalam genggamannya.
"Siang ini, pergilah berbelanja pakaian, aku akan merekomendasikan sebuah butik pakaian padamu, butik biasa aku memesan pakaian!" Alfred berdiri menuju meja kecil, di samping tempat tidurnya.
Alfred meraih dompetnya dari atas meja, dan kembali lagi ke sisi tempat tidur, di mana Aleena masih berbaring.
Alfred mengeluarkan kartu hitam dari dalam dompetnya, "Ini kartu tanpa batas, kamu berbelanjalah sesuka hatimu, belilah beberapa stel pakaian, jangan hiraukan harga setiap stel pakaiannya!"
Alfred meletakkan kartu hitam tersebut, ke atas telapak tangan Aleena, "Mulai sekarang, kamu harus memanjakan dirimu, jangan terlalu capek, kamu akan memiliki dua asisten, yang akan selalu berada di sampingmu, kalau kamu bepergian!"
Aleena menatap kartu hitam, yang diberikan Alfred tersebut, ia bagaikan bermimpi, bisa memiliki sebuah kartu tanpa batas.
Cup!
Alfred dengan lembut mendaratkan kecupannya ke pipi Aleena, "Aku akan suruh Pelayan membawa sarapanmu ke dalam kamar, istirahat lah kalau masih mengantuk!"
"Tidak, aku sudah tidak mengantuk lagi, aku mau sikat gigi dan mandi!" lagi-lagi raut wajah Aleena memerah.
Ia tersipu malu, mendapatkan ciuman dari Alfred.
"Baiklah, Ayo!" Alfred menyingkirkan selimut yang menutup tubuh Aleena.
"Aowww...!" Aleena terkejut.
Alfred tanpa mengatakan apa pun mengangkat tubuh Aleena, dan membopongnya masuk ke dalam kamar mandi.
Dengan erat Aleena memeluk leher Alfred, "Aku bisa jalan sendiri"
Alfred dengan lembut, meletakkan Aleena ke atas lantai kamar mandi.
"Mandilah" Alfred mengelus puncak kepala Aleena dengan lembut, setelah itu ia pun keluar dari dalam kamar mandi.
Seperti apa yang di katakan Alfred, tidak lama kemudian, setelah ia selesai mandi dan berpakaian, sarapannya sudah tersedia di meja sofa, dalam kamar Alfred.
Aleena berdiri memandang meja, baru kali ini ia merasakan di layani.
Ternyata seperti inilah menjadi seorang Nyonya rumah, tinggal menikmati, dan tidak perlu repot lagi untuk pergi ke ruang makan.
Selama ia menjadi istri Alan, tidak pernah merasakan menjadi istri Alan, karena ia yang menjadi pelayan, melayani keluarga Alan.
Sekarang ia baru merasakan, menjadi seorang istri yang sebenarnya.
Baru saja ia masuk ke istana suaminya, ia sudah di perlakukan sangat istimewa, dan juga sangat di manjakan.
Bersambung....