Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 7
Di rumah Zeline, Arhan mengetuk pintu.
“Amora! Tuan muda, mari masuk,” sapa Zeline dengan ramah.
“Aku titip Amora di sini. Dia ingin menginap,” ujar Arhan sambil tersenyum tipis.
“Baik, Tuan muda.”
Sebelum pergi, Arhan mencium kening Amora. “Jaga dirimu. Kalau ada apa-apa, hubungi aku.”
Amora tersipu. “Kak Arhan, malu tahu…”
“Aku pamit,” ujar Arhan, melangkah pergi.
Di dalam kamar, Zeline menatap Amora dengan mata berbinar.
“Ra, gue nggak salah dengar, kan? Tuan muda nyium lo?”
Amora tersenyum malu. “Iya, Zel. Lo nggak salah dengar.”
“Jadi dia udah nembak lo?”
“Begitulah.”
“Apa gue bilang? Tuan muda emang cinta sama lo!”
Amora hanya tersipu. Tapi senyumnya menghilang perlahan.
“Tapi kayaknya mamanya nggak suka sama gue, Zel.”
“Yang penting kan tuan mudanya suka, Ra,” jawab Zeline mencoba menenangkan.
“Entahlah…” ujar Amora pelan, tenggelam dalam pikirannya..
Amora telah menunggu selama seminggu tanpa kabar dari Arhan. Kegelisahan dan rasa khawatir terus menghantuinya hingga akhirnya terdengar ketukan di pintu apartemen.
“Tok...tok...”
Amora membuka pintu dengan harapan. “Kak Arhan?”
Namun yang muncul adalah Galang.
“Maaf, Nona,” ujar Galang sopan.
“Galang? Kak Arhan ke mana? Seminggu ini dia nggak ada kabar sama sekali,” tanya Amora, suaranya terdengar panik.
Galang menunduk, ragu sejenak sebelum menyerahkan sebuah undangan. “Tuan muda sedang mengurus pernikahannya yang akan dilaksanakan besok, Nona. Ini, saya disuruh mengantarkan undangan untuk Anda.”
Amora memandang undangan itu dengan tangan bergetar. “Menikah?” bisiknya, nyaris tak terdengar.
Galang hanya membungkuk sopan sebelum pergi. “Saya permisi.”
Amora membuka undangan itu dengan tangan gemetar. Di sana tertulis jelas: Arhan Saskara & Kinanti Atmajaya. Dunia Amora seakan runtuh. Air matanya tumpah, membasahi pipinya.
“Kamu jahat, Kak…” lirihnya di antara isak tangis. “Kamu janji bakal menikah denganku, tapi sekarang kamu memilih wanita lain. Hiks… hiks…”
Tak lama kemudian, Zeline masuk dan langsung terkejut melihat keadaan sahabatnya.
“Amora! Ya Allah, Ra, lo kenapa?” Zeline segera memeluk Amora yang terisak.
“Dia jahat, Zel! Dia jahat!” Amora menangis semakin keras.
Zeline mengepalkan tangan, geram. “Dasar tuan muda kurang ajar! Mentang-mentang kaya, seenaknya nyakitin hati wanita!”
Amora menatap sahabatnya dengan mata sembab. “Kenapa, Zel? Kenapa mencintai itu sesakit ini?”
Zeline mencoba menenangkan. “Lo sabar, Ra. Kalau lo mau, gue temenin lo datang ke pernikahannya besok.”
Hari pernikahan.
Arhan bersanding di pelaminan bersama Kinanti, meskipun hatinya terasa berat. Ia tahu ada alasan yang memaksanya untuk menikah, namun perasaan itu tak kunjung reda. Tatapannya sendu ketika melihat seseorang yang ia rindukan muncul.
“Amora…” bisiknya.
Amora mendekat dengan langkah goyah, memaksakan senyum yang justru tampak penuh luka.
“Selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian bahagia selalu,” ucapnya, suaranya bergetar.
Kinanti tersenyum angkuh. “Amin, terima kasih atas doanya. Kami yakin kami akan bahagia karena kami saling mencintai.”
Kata-kata Kinanti bagai petir yang menyambar hati Amora. Ia tersenyum pahit lalu berbalik, berjalan menuju toilet untuk menyembunyikan air matanya.
Arhan mengejarnya. Melihat Amora yang terisak di sudut ruangan, ia tanpa ragu memeluknya dari belakang.
“Maafkan aku, Amora,” bisiknya penuh penyesalan.
Amora meronta. “Lepas, Kak!”
“Tidak. Aku tidak akan melepaskanmu sampai kamu memaafkanku.”
Plakkk...
Tamparan Amora mendarat di pipi Arhan.
“Jangan mentang-mentang kamu seorang CEO terkaya, jadi kamu bisa seenaknya mempermainkan hati wanita!” seru Amora, air matanya mengalir deras. “Kamu sudah beristri, jadi jaga sikapmu, Tuan Muda!”
Amora melemparkan sesuatu ke tangan Arhan. “Ini, aku kembalikan semuanya. Termasuk luka yang sudah kamu berikan. Terima kasih untuk segalanya.”
Amora melangkah pergi, meninggalkan Arhan yang berdiri terpaku.
“Amora, jangan pergi! Amora!” Arhan berteriak, tetapi langkah Amora tak terhenti.
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁