Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan
Bab 5 -
Dengan jarak sedekat ini, setidaknya sudah cukup mampu menjalin ikatan antara bayi dengan Ayahnya. Meskipun saat ini Rere tidak bisa mengarahkan pandangannya dengan benar kepada Arion.
Pria itu tampak lebih tampan, sorot matanya yang tegas dan dingin tampak berbeda dengan sebelumnya. Dimana hanya ada sorot mata hampa yang kosong.
Sejujurnya pikiran Rere sedang kalut. Semua seolah-olah terjadi begitu saja tanpa bisa dicegah. Rere masih memiliki banyak pertanyaan yang ingin sekali dia ketahui jawabannya.
"RAJA DAN RATU MEMASUKI RUANGAN."
Refleks Rere ikut bangun ketika yang lainnya bangkit. Begitu juga Arion yang berdiri di seberang sana, jaraknya cukup jauh, namun karena mereka di ruangan yang sama, Rere bisa merasakan aliran mana penghubung antara si bayi dengan Ayahnya, membuat perutnya terasa hangat dan melegakan.
Raja dan Ratu, bukankah itu berati orang tua dari Arion? Rere cukup penasaran dengan kedua orangtua Arion. Dia mendongakkan pandangannya sekilas, dan dapat memastikan ketampanan Arion memang turunan dari sang Raja.
"Saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada anda semua karena sudah datang kemari untuk memberikan selamat pada putra saya karena berhasil melewati prosesi Maros." Tiba-tiba Raja Arthur berdiri mengangkat cawan emas yang ada di tangannya.
"Bersulang!"
"Mari bersulang!"
Suara riuh tawa terdengar setelahnya. Mereka tampak menikmati sampanye yang disediakan, meskipun Rere sama sekali tidak menikmatinya. Pandangannya selalu tertuju pada Arion dan mencuri-curi pandang setiap ada kesempatan.
"Saya melihat utusan bangsa peri terlalu pendiam hari ini, apakah ada yang sedang dipikirkan?" Suara itu membuat Rere menoleh dan segera menggelengkan kepalanya.
Raja Arthur bertanya padanya, padahal Rere sudah sebisa mungkin untuk menghindari mereka semua. Rere tidak tau harus berkata apa? Dia masih belum bisa beradaptasi dengan dunia ini, jika nanti dia salah bicara, Rere bisa-bisa akan dipenggal, jadi lebih baik untuk menjawab dengan gerakan kepala.
"Itu karena utusan bangsa peri sepertinya terlalu pemalu, benar begitu?" Pria paruh baya yang ada disampingnya seolah sengaja membantu Rere, sehingga Rere menganggukkan kepalanya.
Dia masih diam, namun tatapan matanya selalu mengamati gerak-gerik Arion. Pria itu tampak tidak begitu nyaman berada di antara orang-orang tua yang sedang memuji dan menyanjung-nyanjungnya.
Tanpa mengetahui apa yang sudah dilalui Arion. Rere benar-benar merindukan pria itu, namun dia sadar kalau saat ini mereka jelas punya jarak yang besar.
Setelah perjamuan makan malam yang memuakkan itu selesai. Rere hendak pergi ke tempatnya lagi, namun saat melihat Arion, dia mendadak punya ide untuk mengikuti Arion.
Dia pelan-pelan menyelinap untuk mengikuti kemana Arion pergi. Padahal Rere belum familiar dengan istana yang besar ini.
Tiba-tiba saja Arion menghentikan langkahnya. Hal itu lantas membuat Rere mencari tempat untuk sembunyi. Rere tidak mau ketahuan kalau dia sedang mengikuti kemana Arion pergi.
Pria itu tampaknya sadar kalau ada yang sedang mengikutinya, sehingga dia berbalik dan melihat siapa yang mungkin sedang mengikutinya dari belakang.
"Keluar, atau ketika aku menemukanmu, aku akan membunuhmu."
Rere membulatkan matanya terkejut. Kata-kata yang begitu kejam dan dingin. Rere akhimya keluar dari persembunyiannya kemudian menunduk.
"Utusan bangsa peri?"
"Apa yang kamu lakukan disini?"
Rere menelan ludahnya gugup, "Sa-saya tersesat."
Arion benar-benar menatap Rere dingin. Sampai rasanya tatapan itu seolah menembus tubuh Rere, namun dia senang karena semakin dekat Rere dengan Arion, maka semakin hangat perutnya.
"Kamu bercanda?"
Tidak lama setelah itu seorang pria datang menghampirinya, "Tuan muda mobil sudah menanti, kita bisa pergi sekarang."
Arion melirik Rere yang masih menunduk, "Antar dia ke ruangannya, utusan bangsa peri ini tersesat." Suara yang begitu dingin dan tidak bersahabat.
"Kenapa harus saya tuan muda? Pinta saja pada pengawal."
"Victor."
Akhirnya pria itu menurut, setidaknya Rere bisa menebak kalau pesona Arion memang tidak main-main. Sangat pantas jika menjadi seorang putra mahkota.
"Mari Nona, anda bisa ikut dengan saya."
Rere menganggukkan kepalanya, meskipun agak berat rasanya meninggalkan Arion. Rere bertanya-tanya, apakah Arion benar-benar sudah melupakannya?
Rere tersenyum miris, "Cinta yang singkat, namun disini hanya aku yang mencintaimu dengan besar secara sepihak."
Dalam perjalanan menuju paviliun tempat Rere tinggal, dia bisa mendengar kalau Victor adalah tangan kanan Arion, dari suaranya Rere merasa bukan dia yang datang ke rumah kayu untuk menjemput Arion saat itu.
"Saya meminta maaf mewakili Putra Mahkota, jika tadi anda mungkin sempat tersinggung dengan perilakunya."
Rere dengan cepat menggeleng, "Itu bukan sesuatu yang perlu disalahkan. Mungkin memang sifat beliau seperti itu."
"Iya, anda benar. Orangnya memang terkadang dingin dan kejam," balas Victor sembari bergidik.
Kemudian ingat kalau dia harus mendampingi Arion pergi menuju area perbatasan, untuk mengetahui banyaknya korban yang terdampak atas perang perebutan wilayah beberapa hari sebelum Arion datang.
"Kalau begitu, saya pamit Nona."
"Terima kasih banyak."
"Sama-sama."
Setelah masuk ke dalam ruangannya, barulah Rere bisa merasa lega dan melepaskan cadar yang menutup sebagian wajahnya.
"Lory."
"Lory disini nona."
"Rasanya lega karena melihat dia baik-baik saja. Menurutmu, haruskah aku terlibat dengannya?"
Lory yang tidak mengerti maksud ucapan Rere, hanya memiringkan kepalanya kemudian mengernyitkan dahinya bingung.
"Apa yang sebenarnya Nona sedang bicarakan?"
"Ah tidak ada, aku hanya senang karena bisa bertemu lagi dengan Ayahnya bayi ini."
Lory mengangguk.
"Nona, saya sudah menyiapkan air hangat agar anda bisa menggunakannya sekarang."
"Terimakasih Lory."
Rere tidak pernah menyangka kalau saat ini, dia dilayani dengan baik oleh Lory. Bahkan ketika mandi. "Ah ternyata seperti ini rasanya menjadi majikan." Rere terkekeh.
Begitu juga Lory yang tersenyum saat mendengar ucapan Rere. "Lory, menurutmu, apa putra mahkota akan menyadari siapa aku?"
Lory dengan cepat menggeleng, "Setiap wilayah, pasti memiliki prosesi Maros yang berbeda. Sejak lama Bangsa Taewon menjalin hubungan dengan dunia manusia, sehingga prosesi Maros bangsa Taewon berkaitan dengan dunia manusia."
Rere tersenyum kecut, "bahkan kehadiranku hanya sebuah prosesi untuk dia."
"Disaat aku benar-benar mencintainya."
Saat itu juga Rere menangis, "Huh! Sialan! Kenapa hanya aku yang mencintainya secara sepihak. Aku tidak bisa dengan mudah menghapus apa yang sudah terjadi ini!"
"Ah menyebalkan!"
"Awas saja, aku akan membuatnya jatuh cinta padaku, aku akan membuatnya merasakan perasaan yang sama padaku!" Kesal Rere
meskipun saat ini dia malah menangis sesenggukan.
"Heup, Nak Ayahmu jahat sekali ya. Kalau kamu lahir, Ibu harap kamu tidak seperti dirinya heup!"
Lory sang pelayan hanya bisa mendengarkan dengan perasaan iba. Mau bagaimanapun, Lory bukan bangsa serigala, namun bangsa yang diberikan tugas oleh Raja peri, melindungi Rere.
"Saya tidak menemukan jejak wanita itu lagi yang mulia."
Raja dan Ratu tampak cemas, mereka benar-benar takut apa yang pernah dilakukan oleh mereka, justru akan terulang kembali, dan mereka terlambat menyadarinya.
"Baiklah."
"Kamu bisa kembali pada tugasmu semula. Tolong jangan katakan apapun pada Putra Mahkota."
Pria bernama Calix itu menganggukkan kepalanya kemudian memberikan salam sebelum akhirnya pamit undur diri.
"Semoga gadis itu baik-baik saja. Aku takut, dia juga merasakan apa yang pernah aku rasakan dulu," ungkap Ratu Liliana dengan raut wajah khawatirnya.
Raja Arthur dengan cepat menggenggam tangan sang istri, "Aku percaya gadis itu baik-baik saja. Dan, aku memutuskan untuk tidak menjodohkan putra kita dengan siapapun. Aku belajar dari diriku di masa lalu, kalau aku tidak menyukai perjodohan," ucap Raja Arthur seraya berbisik pelan di telinga Ratu Liliana.
"Iya, biarkan Arion mencari cintanya sendiri."
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?