Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 8
Sabtu malam ...
Mina sudah berdandan secantik mungkin untuk menarik
perhatian seniornya, Paul. Malam ini adalah acara tahunan kampus mereka. Selama dua tahun berturut-turut Paul selalu dinobatkan sebagai pangeran kampus dan Novia adalah putrinya. Anak-anak kampus selalu menjodoh-jodohkan mereka karena keduanya adalah artis kampus tersebut. Tapi Mina yakin Paul dan Novia hanya berteman. Karena ia tahu Novia punya pacar. Ia pernah lihat.
Malam ini Mina memang tidak bermaksud berdandan cantik untuk mengalahkan Novia, ia hanya ingin Paul seniornya itu melihatnya. Karena semakin lama Mina merasa ia malah makin jatuh hati pada seniornya tersebut.
Dan di kesempatan malam ini, Mina berharap sang senior akan kepincut hatinya saat melihat penampilannya yang pangling dari biasanya. Malam itu, Mina mengenakan dress berwarna merah setengah lengan yang memperlihatkan bahu dan tulang selangkanya yang indah. Juga belahan rok setengah paha yang memperlihatkan kaki putih dan jenjangnya. Ia bangga karena dirinya dikaruniai wajah cantik dan tubuh seksi oleh sang pencipta. Tidak semua orang bisa memiliki tubuh dan wajah seperti dirinya.
Mina terlihat stunning dan berbeda pada malam itu. Banyak teman-temannya yang pangling dan memuji kecantikannya.
"Kamu udah kayak artis aja Mina! Kamu cantik sekali seperti dewi!" Puji salah satu temannya berdecak kagum.
"Kamu terlalu berlebihan Ria," balas Mina merendah.
Pandangannya mulai menelusuri di mana keberadaan seniornya. Ia ingin menunjukkan kecantikannya pada sang pujaan hati. Mudah-mudahan seniornya itu tertarik pada penampilannya malam ini. Mina sudah bertekad kalau Paul bicara padanya, dia tidak akan mencoba kabur lagi seperti biasa. Tapi akan menanggapinya dengan baik, tidak akan gugup lagi dan pura-pura cuek seperti yang biasanya dia lakukan.
Gadis itu pun menuruni tangga dengan hati-hati karena dress-nya yang sedikit menjuntai juga high-heels runcingnya. Jangan sampai tersandung, bisa-bisa ia mengalami kejadian memalukan. Jangan sampai terjadi! Dia harus ekstra hati-hati.
Suasana kampus malam ini semakin ramai, ruangan aulanya dibuat ala-ala cafe. Pihak kampus sudah memberi ijin mereka untuk berpesta sampai pagi. Apalagi ini adalah acara tahunan sekaligus tempat mencari jodoh bagi siapa saja yang ingin punya pasangan.
Mina duduk di kursi kosong bersama sahabatnya Dira, juga teman lainnya yang duduk melingkar. Ia sesekali mencuri-curi pandang ke Paul. Pria itu sedang bersama teman-temannya. Juga di meja itu kursi sudah terisi penuh jadi tidak ada ruang untuknya.
Acara pun dimulai dengan meriah. Mina semakin terhibur dan senang dengan acara ini. Jamuan makan ala table manner dengan menu masakan khas Eropa menambah suasana semakin berkesan.
Namun tiba saat di akhir acara, sang senior yang sedari tadi menjadi incarannya mengumumkan perihal serius. Dan iringan musik romantis pun semakin membuat para hadirin menebak-nebak penasaran.
"Teman-teman sekalian. Malam yang spesial ini, aku ingin menyampaikan sesuatu, ada seseorang di sini yang sudah lama aku incar," entah kenapa Mina merasa tatapan Paul tertuju padanya. Bukannya terlalu percaya diri atau geer, ia memang merasa Paul menatapnya dari tadi. Jantungnya berdetak kencang. Apa jangan-jangan yang pria itu maksud adalah dia?
"Wuuuuu !!! Siapa? Siapa?" Seru semuanya kompak penasaran. Paul lalu melangkah mendekati meja tempat Mina dan teman-temannya berada. Mina menahan napas. Astaga kenapa dia jadi gugup begini? Belum tentu dia, tapi dalam hati dia berharap itu adalah dirinya. Dan Paul memang berhenti tepat didepannya. Antara dia dan Dira. Bahkan Paul menatapnya sambil mengeluarkan setangkai mawar merah dari belakang jasnya.
"Dira, kamu mau jadi pacar aku?"
detik itu juga Mina langsung merasa jantungnya seperti ditikam. Sakit, sangat sakit rasanya. Ternyata dia yang terlalu percaya diri. Siapa juga yang tidak akan tertipu kalau cara Paul menyatakan cintanya seperti itu? Menatapnya seperti dia adalah gadis yang pria itu maksud, tapi malah menyebutkan nama lain. Tapi Mina rasa hanya dia yang menyadarinya. Karena setelah Dira berdiri dan mengambil mawar dari Paul dengan malu-malu, semua orang langsung bersorak gembira. Memberi mereka ucapan selamat.
Mata Mina panas, ia ingin menangis, tapi tidak mungkin menangis di sini kan? Pupus sudah harapannya untuk mendekati pria itu. Malah Dira sahabatnya yang menjadi gadis paling beruntung. Untuk sesaat, Mina lebih setuju Paul jadian dengan Novia daripada sahabatnya, jujur dia merasa sakit hati.
Mina berusaha tegar. Dia tidak boleh menunjukkan kekecewaannya. Dia harus ikut bahagia dan senang melihat sahabatnya ditembak. Mina tersenyum getir dan menggeser badannya ke kiri, memberi ruang ke Paul untuk duduk disamping Dira.
Saat melihat pasangan itu saling tukar senyum kebahagiaan, semakin sakit
dan kecewa hati Mina.
Sakit hati yang amat begitu dalam. Dia ingin segera beranjak pergi dari acara tersebut. Dan melampiaskan kesedihannya tanpa ada seorang pun dari mereka yang tahu.
Setelah mengucapkan selamat pada sahabatnya, Mina pergi secepatnya dari acara itu. Sesak di dada ketika melihat dua sejoli itu. Cintanya memang tak berpihak. Hancurlah hatinya yang sempat berbunga. Saat gadis itu beranjak keluar, Paul mengamatinya dengan senyum misterius.
Mina memutuskan untuk pergi ke sebuah club yang dekat dengan kafe tadi. Ia butuh minum sesuatu yang bisa menjernihkan pikirannya yang sedang kacau. Ia pernah mencoba minum sekali dengan temannya yang lain. Meski waktu itu ia tidak suka minum dan berjanji tidak akan pernah minum-minum lagi, nyatanya hari ini dia butuh minum.
"One shot Tequila dan dua bottles of beer," ujar Mina begitu sampai dimeja bar. Dia menghapus air matanya yang sedari tadi jatuh mengalir.
Tak butuh waktu lama, tiga minuman beralkohol itu pun habis diminumnya. Kepala Mina mulai pusing dan pandangan matanya sedikit kabur. Tapi ia masih ingin minum lagi. Rasa sakit dan momen menyesakkan tadi masih terus terngiang di kepalanya. Dia merasa sangat galau.
"Satu lagi, tolong." ujar Mina sambil mengangkat gelas sloki Tequila pada bartender. Dan dalam sekejap, minuman itu pun tandas juga di tenggorokannya.
"Paul sialan, kenapa harus melihatku sedalam tadi kalau yang akan dia tembak adalah perempuan lain! Aku kan jadi berharap, hwaaa ..." maki Mina pada dirinya sendiri, masih tidak terima. Lalu menangis keras hingga sih beberapa orang didekat situ keheranan. Namun mereka mahklum karena gadis itu keliatan mabuk berat.
"Pokoknya aku harus mendapatkan laki-laki yang jauh lebih dari dia, titik!" serunya lagi dalam keadaan mabuk
"Wahai jodohku, dimana kamu?"