Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
"Tinggal 6 bulan lagi kalian akan lulus sekolah. Arsen, kalau kamu berhasil lulus dengan baik, kamu boleh pulang ke rumah dan seluruh fasilitas kamu akan Papa kembalikan dan tentu kamu juga harus bisa menjaga istri kamu dengan baik." kata Pak Tama saat mengantar putranya ke rumah yang akan ditempatinya.
Naya dengan terpaksa mau menerima pernikahan itu. Tidak ada pilihan lain, karena Papanya terus memaksanya. Satu kesalahan, tidak akan bisa dimaafkan. Setelah prosesi ijab qabul, mereka langsung diantar ke rumah yang akan mereka tempati. Kedua orang tua mereka tidak main-main dengan pernikahan itu. Hanya dalam waktu setengah hari buku nikah mereka sudah jadi. Tentu saja karena suruhan Pak Aji yang seorang walikota, dan Pak Tama yang seorang presdir di perusahaan transport semua sangat mudah mereka lakukan. Dengan uang, semua beres meskipun umur mereka masih 18 tahun.
"Naya, baik-baik di sini." kata Bu Nita.
Naya hanya terdiam. Dia terus mendumel dalam hatinya. Tega sekali Mamanya pada dia. Dia merasa sudah tidak disayangi lagi oleh kedua orang tuanya. Merasa telah dibuang hanya karena kesalahan yang sebenarnya tidak dia lakukan.
"Naya, kamu sudah berumur 18 tahun. Kamu harus menanggung akibat dari apa yang kamu lakukan. Papa akan tetap biayai sekolah dan kuliah kamu, untuk kebutuhan hidup kamu sekarang sudah menjadi tanggung jawab suami kamu."
"Papa, dia mana bisa cari uang!" kata Naya sambil menunjuk Arsen.
"Eh, lo pikir gue mau nanggung hidup lo!"
"Arsen!" bentak Pak Tama lagi. "Sebagai seorang lelaki kamu harus berani bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan. Kamu harus menafkahi Naya. Entah dengan cara apapun. Kamu bisa kerja part time setelah pulang sekolah. Banyak restoran, kafe, atau bengkel yang mau menerima kerja part time." Sebenarnya Pak Tama juga tidak tega dengan Arsen, tapi kali ini dia harus memberi pelajaran pada putranya agar dia bisa berubah. "Di sini aman karena ini kawasan tempat tinggal karyawan Papa, teman-teman kalian tidak akan ada yang tahu kawasan ini. Papa juga sudah bilang pada RT dan RW kalau kalian sudah menikah."
Mereka berdua tak menjawab lagi. Sudah pasrah dengan keputusan kedua orang tua mereka.
"Ya sudah kita pulang dulu. Kalian hanya boleh menghubungi kita saat ada masalah emergency saja."
Naya mencium tangan kedua orang tuanya. Arsen juga melakukan hal yang sama. Setelah orang tua mereka keluar, Arsen duduk di sofa ruang tamu sedangkan Naya menyeret kopernya masuk ke dalam kamar.
"Kamarnya cuma satu!"
Mendengar hal itu Arsen berdiri dan berlari masuk ke dalam kamar lalu merebahkan dirinya di atas ranjang. "Ini kamar gue, karena ini rumah bokap gue."
"Terus gue tidur dimana?"
"Terserah lo!"
Naya menghentakkan kakinya lalu dia membuka koper dan memindah bajunya ke dalam lemari.
"Punya gue sekalian!"
"Ogah!" Naya terus menggerutu. Dia juga mengeluarkan buku-bukunya.
Tinggal besok aja libur sekolah. Duh, sengsara banget hidup gue. Bisa-bisanya tinggal sama Arsen.
Naya beberapa kali melirik Arsen yang sibuk dengan game di ponselnya.
Mimpi apa gue dapat suami kayak gitu.
Naya berdengus kesal lalu dia keluar dari kamar. Rumah petak itu memang kecil tapi sebenarnya nyaman. Perlengkapan rumah juga sudah lengkap. Sudah ada televisi, kulkas, mesin cuci, rice cooker dan perlatan memasak lainnya.
Naya kini membuka kulkas itu. Di dalam ada telur, sayur, dan bahan-bahan memasak lainnya. Beras juga sudah disediakan. Hanya satu karung kecil, setelah ini entah darimana dia mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Mengandalkan Arsen? Lelaki itu jelas cuma bisanya menghabiskan uang saja.
Kemudian Naya menanak nasi dan memasak untuk makan malamnya. Selama ini dia hanya bisa menggoreng telur dan membuat mie instant saja karena di rumahnya semua pekerjaan rumah sudah ada yang mengerjakan. Tapi paling tidak dia sudah mengerti takaran air untuk menanak nasi.
"Buat dadar telur sama buat mie ajalah. Kalau Arsen gak mau ya udah biarin aja."
Naya membuat dadar telor dan mie. Sebenarnya dia malas membuat makanan untuk Arsen juga, tapi bagaimana lagi. Sekarang hidupnya seperti menumpang pada Arsen.
Setelah nasi matang dan masakannya selesai. Dia meletakkannya di atas meja makan yang menjadi satu di dapur. Dia makan terlebih dahulu tanpa menunggu Arsen.
Beberapa saat kemudian Arsen keluar dari kamar. "Lo masak apa?" tanya Arsen sambil duduk di sebelah Naya.
"Mie sama telur doang. Gue gak bisa masak. Lo masak sendiri aja kalau gak mau."
Arsen tak berkata apapun. Dia kini mengambil nasi, mie dan telur dadar itu. Perutnya sudah sangat lapar. Apapun pasti akan dia makan.
Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Hanya ada suara piring dan sendok yang sesekali berbunyi.
Setelah selesai, Arsen berdiri dan kembali ke kamarnya. Dia merebahkan dirinya sambil menatap layar ponselnya. Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk dari temannya.
"Ar, ngumpul yuk?"
"Besok ajalah. Gue capek. Gue habis dimarahi sama bokap gue."
"Lagian lo kemarin maen sama cewek sampai pagi. Ya udahlah, anak-anak besok ajak riding ke pantai sebelum masuk sekolah. Lo sebagai ketua harus ikut!"
"Oke, gue besok bisa ikut. Ya udah gue mau mabar." Arsen mematikan panggilan temannya. "Jangan sampai mereka tahu kalau gue udah nikah. Gue bisa dilengserkan dari ketua."
Tanpa sengaja Naya mendengar Arsen. "Lagian gue juga gak mau status kita diketahui orang lain. Ingat ya, gue gak akan mau hidup sama lo terus. Gue akan cari cara biar cepat cerai sama lo."
"Emang lo pikir gue sudi hidup sama lo. Kalau mau pergi ya pergi aja. Ini kan rumah gue."
Naya berdengus kesal lalu dia mengambil bantal dan selimut.
"Selimutnya cuma satu. Lo tidur pakai bantal aja."
Naya melempar selimut itu lagi lalu dia membawa satu bantal keluar dari kamar. Dia meletakkan bantal di atas sofa dan duduk dengan keras. "Sabar. Pokoknya nanti gue harus cari kerja dan kos sendiri biar harga diri gue gak diinjak-injak kayak gini." Dia kini menghidupkan televisi dengan volume kecil lalu merebahkan dirinya. Lama kelamaan dia tertidur dengan televisi yang masih menyala.
Hingga larut malam, Arsen baru keluar dari kamar dan melihat televisi masih menyala. "Ck, tv masih nyala." Dia mematikan televisi itu lalu menatap Naya yang sedang tidur meringkuk sambil mendekap tangannya sendiri.
Arsen memutar langkahnya dan masuk ke dalam kamar. Dia ambil selimut lalu menyelimuti tubuh Naya.
Kalau lo sampai sakit ntar bokap gue semakin marah.
Arsen masih saja menatap wajah pulas Naya. Lalu dia menghela napas panjang dan kembali ke kamarnya.
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
Ada yg baca gak nih... 🤭
Btw salut buat Arsen krn dah berani jujur.
Wah....