Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35 - Tidak Bisa Dipaksakan
Mila terpikir ingin mencoba mengakrabkan diri dengan Denis. Ia berpikir itu bisa dilakukan sebelum dirinya melakukan hal yang salah.
Alhasil Mila mencoba mendekati Denis di sela-sela waktu. Akan tetapi entah kenapa dia merasa sulit. Jadi hubungannya dan Denis malah menjadi canggung.
Sampai suatu hari, Mila mendapati kalau Abas meminta dirinya untuk menjaga Denis. Kebetulan Bi Warni sedang pulang kampung dan tak bisa menjaga Denis seperti biasa.
Mengetahui hal tersebut, Mila merasa mendapat kesempatan untuk lebih dekat dengan Denis.
Selepas Abas pergi dari rumah, Mila dan Denis tinggal berduaan. Karena kala itu waktu masih siang, jadi Denis asyik bermain bersama teman-temannya seperti biasa.
Mila sendiri sibuk berada di dapur karena memasak makanan untuk makan malam. Tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Denis dan Abas. Mila bahkan membuatkan omelet yang menjadi makanan favorit Denis.
Dengan bermodalkan melihat resep dari internet, Mila berhasil menyelesaikan makanannya.
Ketika sore, barulah Mila menyuruh Denis untuk pulang dan mandi. Sementara Mila menyiapkan makan malam di meja.
Tak lama Denis duduk bergabung bersama Mila ke meja makan. Maka Mila segera memberikan omelet buatannya pada Denis.
"Makasih, Kak..." kata Denis.
"Cobain deh!" suruh Mila.
Denis lantas memakan omelet buatan Mila. Namun anak itu terlihat langsung memuntahkan omelet tersebut.
"Uasin banget!" Denis langsung meminum air putih.
"Segitu asinnya ya?" Mila otomatis mencoba memakan omelet buatannya. Namun menurutnya, itu tidak seasin yang dirinya kira, dan menurut Mila omeletnya enak.
"Enggak asin. Enak kok," Mila mencoba membantah pendapat Denis.
"Pokoknya nggak enak. Nggak sesuai sama seleraku. Harusnya Kak Mila belajar resepnya dari ayahku," kata Denis.
Mila mengepalkan tinju di salah satu tangannya. Namun dia berusaha keras menahan amarah dan tetap sabar.
"Ya sudah. Kalau begitu cobain deh lauk dagingnya. Kakak masak rendang juga," tawar Mila. Dia kali ini mengambilkan Denis sepotong daging rendang.
Denis memakan daging rendang itu. Tetapi dia tak bisa mengunyah daging tersebut karena terasa keras sekali.
"Keras banget. Aku juga nggak bisa makan yang ini. Terus ini pedas banget!" Denis kembali meminum air. Kali ini dia meminum air lebih banyak.
"Terus kamu mau makan apa?! Aku udah capek-capek masak tahu nggak!" Mila meledak. Dia sedikit meninggikan suaranya karena kesabarannya sepertinya hampir habis.
"Tapi dagingnya benar-benar keras, Kak..." Denis menciut. Dia langsung menundukkan kepala. Dia tentu merasa terintimidasi dengan ucapan dan tatapan Mila yang menajam.
"Ya sudah. Aku bikinkan telor mata sapi ya." Mila lagi-lagi mencoba menahan amarah. Dia mengambil telor ke kulkas dan langsung membuatkan telor ceplok.
Sementara Denis menunggu dengan perasaan takut. Dia terus menundukkan kepala. Entah kenapa dirinya merasa kalau Mila bukanlah calon ibu yang baik untuknya.
Hanya beberapa menit, telor mata sapi buatan Mila jadi. Perempuan tersebut segera menyajikannya untuk Denis.
Denis segera memakan telor ceplok itu. Dan kali ini dia tidak berkomentar apapun.
"Enak ya?" tanya Mila.
Denis mengangguk sambil terus memakan makanannya. Namun setelah beberapa suap, dia muntah. Semua yang telah dimakannya, jadi keluar lagi melalui mulut. Alasannya karena telor ceplok buatan Mila kuning telornya tidak matang, dan Denis tidak suka itu.
Denis tahu dirinya akan muntah seperti sekarang. Dia memaksakan diri karena tidak mau membuat Mila marah lagi. Akan tetapi ternyata perutnya berkata lain. Muntahan Denis sampai berserakan di lantai.
"Kenapa dimuntahin lagi, hah?! Nggak enak lagi?! Kalau gitu, masak aja sendiri! Kau pikir masak itu enak? Capek tahu nggak!" Mila akhirnya mengeluarkan semua amarah. Dia membentak sampai membuat Denis menangis.
"Maafkan aku, Kak... Aku sudah berusaha memakannya..." rengek Denis.
Dengan perasaan kesal, Mila mengambil seluruh makanan yang ada di meja. Lalu membuangnya satu per satu ke bak sampah.
"Sialan! Udah capek-capek masak juga!" gerutu Mila.
Denis tetap diam di tempatnya dan masih menangis. Dia tidak berani bergerak sedikit pun. Jujur saja, kejadian sekarang mengingatkannya pada neneknya dulu, yang mana Denis juga sering dibentak, bahkan kena pukul.
Sampai sekarang Denis tidak sedikit pun memberitahukan kejahatan neneknya itu pada Abas. Yang padahal ayahnya itu sebenarnya sudah tahu saat melihat gambaran Denis tempo hari.
"Kenapa kau masih diam di sana?! Cepat mandi lagi!" perintah Mila.
Namun bukannya langsung bergerak, Denis masih diam di tempatnya. Mila lantas semakin kesal.
Bukan tanpa alasan Mila membenci anak kecil. Itu karena dia memang tidak pandai menahan emosinya seperti sekarang. Mungkin itulah juga yang menjadi alasan besar kenapa dirinya melarikan diri dari rumah.
ingat entar tambah parah Lo bas....,