Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Lyra berlari dan berjingkrak seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. Menatap takjub pada lampu jalan yang bersinar sangat terang. Manusia tak perlu takut lagi akan kegelapan.
"Langit di zaman ini memang berbeda. Ternyata dunia luar lebih menakjubkan, ada banyak benda asing yang belum pernah aku lihat sebelumnya." Ia bergumam memeriksa setiap sudut tiang itu.
Lalu, tatapan matanya beralih pada sebuah gedung hotel yang memasang lampu berkelap-kelip pada papan nama yang terpajang.
"Ah, lihat! Ada yang berkelip seperti bintang. Bagaimana jika siang hari? Rasanya aku ingin mengunjungi tempat-tempat di sini pada siang hari," ujarnya berencana mengajak Nira untuk pergi bersama.
Angin malam yang berhembus lembut, membuat tubuhnya berhenti sejenak. Lyra memejamkan mata, bayangan dirinya berada di taman istana pun hadir tanpa diundang. Ia berputar dengan kedua tangan terbentang, sesekali akan meliukkan tubuh memperagakan sebuah tarian.
Taman istana miliknya sendiri, tempat yang tak pernah didatangi orang lain. Tempatnya bisa mengekspresikan diri dengan bebas, apapun bisa dia lakukan tanpa takut diperhatikan oleh yang lain.
Bunga-bunga jatuh menghujani dirinya yang sedang menari sebuah tarian pedang, dan tanpa sadar berjalan ke tengah. Jalanan yang sepi, mulai didatangi oleh beberapa kendaraan yang melaju dengan cepat.
Ayah, ibu, aku akan menjalani kehidupan dengan baik di sini. Sebagai Lyra yang kembali hidup atas anugerah yang diberikan.
Lyra bergumam dalam hati, dirinya yang hanyut dalam buai kenangan sebagai Lyara tak menyadari adanya bahaya. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, klakson dibunyikan berkali-kali, tapi Lyra tetap saja hanyut.
"Lyra!" Teriakan Xavier menggema ketika mobil itu tiba menghantam tubuh Lyra.
Kedua laki-laki itu berlari dengan cepat, tapi kemudian mereka tertegun saat melihat sosok Lyra yang melompat dan melayang di atas mobil. Xavier meneguk saliva tak yakin pada penglihatannya sendiri. Ia bahkan kehilangan udara untuk beberapa saat lamanya. Begitu pula dengan Tian, tak jauh berbeda dengan sang tuan.
Lyra mendarat dengan sangat mulus di atas aspal dengan posisi berjongkok. Bukan tak sadar adanya bahaya, jiwa Lyara yang selalu waspada tak pernah salah memberi signal. Ia membuka mata di waktu yang tepat, dan mengerahkan seluruh tenaga yang dia miliki untuk dapat melompati kereta besi itu.
Lyra berjongkok dengan napas tersengal-sengal.
Lemah!
Dia mengumpat, mencoba untuk bangkit meski kepayahan. Perlahan kedua kakinya bergerak untuk dapat berdiri tegak, tapi tak ada lagi tenaga yang tersisa.
Sialan! Apa aku harus pingsan di sini?
Perlahan-lahan matanya memburam, penglihatan mengabur, dan akhirnya gelap gulita. Tubuh Lyra ambruk tak bertenaga, beruntung Xavier berlari cepat menangkapnya.
"Lyra! Lyra, kau dengar aku?" tanya Xavier dengan panik. Ia mengguncang tubuh gadis itu berharap akan sadar dari pingsannya. Akan tetapi, Lyra sama sekali tidak merespon.
Xavier merasa cemas, hatinya tak karuan melihat Lyra yang tak sadarkan diri. Tian tersenyum, dia tahu Lyra selalu memiliki tempat di hatinya. Sebelum kedatangan Myra di mansion Xavier, Lyra tidak pernah mengalami hal buruk. Dia selalu tampil apa adanya, ceria dan mudah sekali tersenyum.
"Lyra! Bangunlah!" Suara Xavier bergetar, ia mengangkat tubuh Lyra ke dalam gendongan. Tak peduli lukanya yang baru saja dijahit kembali terbuka dan mengeluarkan darah lagi.
"Tuan! Biar saya yang membawanya, luka Anda bisa terbuka lagi," ujar Tian menatap cemas pada darah yang mulai merembes.
"Aku tidak peduli!" sengit Xavier seraya berjalan cepat membawa Lyra masuk ke rumah sakit.
Dia berteriak memanggil dokter, dan membawa Lyra masuk segera ke ruang IGD.
"Cepat, periksa istri saya!" katanya tanpa peduli pada luka sendiri.
"Tuan, luka Anda berdarah lagi," ujar dokter cemas.
"Tidak usah memikirkan lukaku, sebaiknya kau cepat tangani istriku. Dia tiba-tiba jatuh pingsan," sentak Xavier membuat dokter dan perawat itu bergegas menolong Lyra.
"Tuan! Mari saya periksa luka Anda, Nyonya sedang mendapat perawatan. Anda tidak perlu khawatir!" pinta dokter lainnya mengajak Xavier untuk pergi ke ruang lain.
Dia enggan meninggalkan Lyra, tapi denyut nyeri pada luka memaksanya untuk pergi.
Kau harus baik-baik saja, Lyra.
makin greget jadinya /Hey//Hey/
ayo up lagi thor.. tar kl kelamaan nahan napas bs pingsan nih.. 😂😂😍😍