Namanya adalah Ryan Clifford. Dia adalah seorang Pangeran yang akan mewarisi tahta kerajaan Utara. Wajahnya tampan, polos dan sangat sederhana. namun, siapa sangka dibalik kepolosannya itu, tersembunyi kekuatan yang maha dahsyat. dia terlahir membawa takdirnya sendiri. ayahnya yang seorang Raja telah menorehkan sejarahnya sendiri. oleh karena itu, dia juga ingin mencatat sejarahnya sendiri.
walaupun seorang pangeran, tidak sekalipun dia memamerkan identitasnya. dan perjalanannya yang seru di mulai disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
...Bab 02...
"Grand Warden datang. Itu dia nenek moyang!" Seru seseorang sambil menunjuk ke arah lelaki tua dengan pakaian serba putih serta rambut dan jenggot nya keseluruhan juga sudah memutih.
"Salam untuk Grand Warden," kata mereka serempak membungkuk.
Grand Warden menoleh ke arah bocah kecil yang duduk di atas punggung keledai. Tingkahnya sangat imut dan polos seolah-olah seperti bukan dia yang melakukan kesalahan.
Orang lain tidak tega untuk kesal kepadanya. Justru mereka saling berebut untuk menggendong anak itu walaupun kenakalannya mampu menggegerkan sekte Misterius.
"Ian haus, lapar, dan kelelahan. Siapa suruh kalian mengejar Ian sampai setengah hari,"
"Oh Nenek moyang ku terkasih. Lapar ya. Sini biar paman ambilkan makanan,"
Mereka saling berebut untuk memberi makan kepada anak nakal itu. Ada yang menyuapinya, ada yang memberi minum, ada juga yang memijit kaki anak itu. Sedangkan Grand Warden melihat adegan dihadapannya itu merasa kesal setengah mati.
Melihat Grand Warden sangat kesal, Ryan Clifford menggodanya dengan menjulurkan lidahnya.
"Kalau kalian seperti ini, anak itu akan tumbuh menjadi anak manja. Jika kelak sifat anak ini merajalela, itu salah kalian!" Tegur Grand Warden.
"Pemilik sekte, anak itu masih kecil. Jangan dididik terlalu keras. Lagi pula, hanya dia satu-satunya anak yang kita punya. Sudah hampir lima tahun formasi kutukan itu dihilangkan, tapi tidak satupun dari istri kami yang hamil,"
Grand Warden terdiam. Sebenarnya dia juga kasihan melihat Ryan Clifford ini. Seharusnya, di usianya yang masih kecil ini, sedang asyik-asyiknya bermain bersama teman-teman sebaya. Tapi di sini hanya dia satu-satunya anak kecil. Makanya dia tidak terlalu marah ketika Ryan Clifford ini sangat nakal.
"Grand Warden. Sampai kapan kita akan menahan Ryan di sini? Kakak Zega mengatakan bahwa di dunia sekuler sana, anak-anak yang seusia dengannya sudah masuk sekte yang hanya mempelajari tulis baca. Ryan harus dimasukkan ke sekte itu agar tidak buta huruf," kata salah seorang dari mereka. Maklumlah, walaupun kutukan telah berakhir, namun mereka tidak pernah keluar. Jadi, ketika mengetahui bahwa di dunia sekuler ada yang namanya sekolah, mereka juga menyebutnya dengan sebutan sekte.
"Itu bukan sekte. Tapi sekolah dasar. Yang aku khawatirkan adalah, anak ini, walaupun masih kecil, tingkat kultivasi nya berada di alam dewa agung tahap puncak. Untuk membunuh orang biasa, dia hanya butuh menatapnya saja. Jangankan di dunia sekuler, di sini saja, hanya aku yang bisa menahan anak ini. Kalian bahkan menjadi bulan-bulanan nya," kata Grand Warden.
Memang salahnya yang sangat memanjakan Ryan Clifford. Sejak kecil, smpai berumur segini, dia sangat mengutamakan Ryan. Bahkan rasa sayangnya kepada Ryan melebihi rasa sayangnya kepada Rey. Itulah mengapa dia sangat mengutamakan Ryan. Apa saja hal yang baik yang dia miliki, dia akan memberikannya kepada Ryan. Pil, batu spiritual, kolam emas spiritual, metode kultivasi, bahkan setiap dia melakukan pelatihan tertutup, Ryan ini akan dibawa bersama dan duduk di pangkuannya dan itu sejak Ryan berusia enam bulan.
Ryan yang cerdas dan sangat rakus ini menyerap seluruh esensi dari hasil pelatihan Grand Warden. Bakatnya berada di atas rata-rata. Itulah mengapa dia seperti ini yang pada akhirnya membuat Grand Warden sendiri menjadi pusing memikirkannya. Saat ini iya dia belum mengerti. Tapi nanti, kalau dia mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan supranatural yang sangat besar, dikhawatirkan dia akan membully semua orang. Rusak lah citranya sebagai putra suci Sekte Misterius sekaligus sebagai pewaris tahta Utara.
Di sekte Misterius ini, orang tidak terlalu perduli ketika melihat Ryan melompat ataupun bersalto dari atas pohon yang tingginya puluhan meter ke tanah dengan selamat. Tapi jika itu di luar sana, akal mereka tidak akan sanggup memikirkan itu. Bagaimana mungkin seorang bocah, bisa melompat turun dari pohon setinggi puluhan meter tanpa cedera sedikitpun.
"Lalu, grand Warden. Apakah tidak ada cara lain?" Tanya mereka. Mereka juga mengkhawatirkan masa depan Ryan. Jika ini terjadi ketika masa kekuasaan Saddiq Siga, itu tidak masalah walaupun harus sekolah atau tidak. Yang penting pintar, bisa tulis baca saja sudah cukup. Tapi di jaman sekarang pintar saja tidak cukup. Tanpa ijazah, seribu kali pintar pun anda, orang tidak akan percaya bahwa anda pernah sekolah. Karena ijazah adalah lambang gengsi bagi mereka yang pernah sekolah. Pintar atau gobloknya, itu urusan belakang. Yang penting ada ijazah.
Grand Warden mengelus jenggotnya yang entah sudah berapa kali jadi korban penarikan tangan usil Ryan.
"Hanya ada satu cara. Yaitu, menyegel Meridian nya untuk sementara waktu. Hanya dengan begini baru dia bisa berbaur dengan masyarakat awam. Jika tidak, ketika dia marah, mungkin akan ada yang terbunuh,"
Grand Warden jelas tidak akan menyangka bahwa metodenya menyegel Meridian Ryan tidak akan berhasil. Sifat nakal Ryan Clifford ini sudah mendarah daging. Dan kemungkinan, akan membuat ramai orang menjadi gempar. Walaupun kekuatannya tersegel, tapi untuk orang biasa, Ryan masih terlalu tangguh secara fisik. Yang namanya kultivator, tentu saja mereka berbeda dengan orang awam.
"Guru. Kapan Yang Mulia akan datang?" Tanya Ryan sambil mengunyah membuat mulutnya belepotan.
"Dia ayah mu. Yang Mulia apanya? Aku lah Yang Mulia sesungguhnya," jawab Grand Warden kesal.
"Iya. Maksud Ian, kapan ayah datang. Persediaan permen Ian sudah habis," katanya sambil melirik ke arah seekor keledai yang sedang merumput. Orang-orang tau apa maksud dari tatapannya itu, pasti niat anak ini buruk. Makanya pemilik keledai langsung mengamankan keledainya. Khawatir Ryan akan pergi ke pinggiran kota Altra untuk menggadaikan keledai miliknya dan menukarnya dengan gula-gula.
Walaupun tidak sembarangan orang bisa memasuki Sekte Misterius karena ada formasi pelindung yang dibuat oleh Grand Warden, tapi bagi orang-orang Sekte Misterius, itu bukan masalah. Mereka bisa keluar masuk sesuka mereka walaupun tidak sampai ke pusat kota atas larangan Grand Warden.
Di sisi lain , Ryan memang masih anak-anak. Tapi, kecerdasan Ryan ini melebihi usia lima belas tahun. Apa lagi dia pernah mengikuti beberapa penghuni kampung misterius ini menjual hasil panen mereka ke pinggiran kota Altra. Dia ingat jalan dan karena itulah mengapa dia sempat menggadaikan keledai milik menantu Zega ke pasar dan ditukar dengan permen.
"Ayah mu tidak akan datang. Ada beberapa hal yang harus dia urus. Beberapa waktu ini, kekaisaran Zagraria dan Moon nationwide selalu membuat masalah di perbatasan. Oleh karena itu, ayahmu sangat sibuk. Mengerti?"
"Ian mengerti, Guru. Suatu saat nanti, Ian juga akan membuat orang yang merepotkan ayah, menjadi sibuk. Biar gantian," katanya. Karena, setiap apa yang disampaikan oleh Grand Warden akan terpatri dalam benaknya, maka dia ingat bahwa kedua negara itu adalah musuh ayahnya yang juga adalah musuhnya.
anak itu mulai berpikir keras membuat tampangnya menjadi tambah lucu dan imut.
"Guru. Mengapa Ian harus di sini dan mengapa tidak bersama dengan ayah? Apakah Ian tidak diinginkan?" Tanya anak itu dengan sedih.
"Bukan. Bukan seperti itu. Ryan di sini harus belajar. Kelak agar bisa membantu meringankan beban ayah mu,"
"Ian mengerti," jawab anak itu. Dia bangkit sambil merapikan pakaiannya, tak lupa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Anak ini sungguh sangat narsis," pikir Grand Warden dalam hati.
"Ryan. Jangan nakal lagi ya. Besok kakek akan membawamu keluar untuk jalan-jalan,"
"Hehehe. Harus beli permen yang banyak!" Kata Ryan memberi syarat.
Grand Warden mengusap kepala anak itu dengan lembut sekaligus berjanji bahwa dia akan membelikan permen yang banyak untuknya.
Ryan tertawa bahagia. Kemudian tak lupa mengusap kepalanya untuk merapikan rambutnya.
padahal ceritanya Sangat Bagus
kereen banget .
lope lope utk mu Thor..
suka banget dgn sifat Ryan..