Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Lima
Setelah kepergian sang mama, Cecil langsung menuju gudang. Dia mengeluarkan sepeda motornya. Saat akan dihidupkan dia agak kesulitan sehingga minta bantuan pada supir pribadi mereka.
"Untuk apa sepeda motornya dikeluarkan, Non?" tanya Pak Udin.
"Aku ingin membawa ke bengkel. Sepertinya lebih enak pergi dengan menggunakan motor, Pak," jawab Cecil.
Pak Udin lalu berusaha menghidupkan kembali motor milik Cecil yang telah lama tak dipakai. Motor itu masih dalam kondisi sangat bagus.
Setelah bisa dihidupkan kembali, Cecil minta bantuan Udin untuk membawa ke showroom motor terdekat. Tentu saja pria itu heran. Kenapa harus di bawa ke sana? Tanyanya dalam hati.
Sampai di showroom motor, Cecil lalu meminta Pak Udin kembali dengan ojek online saja.
"Kenapa di bawa ke showroom, Non, bukannya ke bengkel?" Akhirnya Udin bertanya juga.
"Aku ingin tukar tambah aja dengan yang baru, Pak. Aku minta Bapak jangan pernah ngomong dengan mama mengenai ini," ucap Cecil.
"Baiklah, Non," jawab Udin.
Setelah Udin pergi, Cecil langsung mengatakan maksudnya dengan salah satu karyawan. Mereka lalu membayar sesuai kesepakatan. Seharga delapan belas juta motor itu terjual. Motor yang baru beberapa kali dia pakai, dibeli dua tahun lalu.
Cecil langsung menuju sebuah toko perhiasan. Dia ingin menjual satu-satunya perhiasan yang dia pakai. Cincin pemberian sahabatnya sebelum dia pindah ke luar negeri bersama keluarganya.
Setelah menjual cincin, Cecil langsung menuju apartemen Kevin. Sebelumnya dia menyempatkan membeli makanan untuk makan siang.
Sampai di apartemen, Cecil langsung membuka pintu dengan akses yang dimiliki. Kembali dia melihat ada Mira di dalam apartemen. Kali ini wanita itu sedang membersihkan ruang tamu yang tampak sangat berserakan.
"Di mana Kevin?" tanya Cecil tanpa basa basi.
Kemunculan Cecil yang tiba-tiba membuat Mira tampak sedikit gugup. Dia lalu tersenyum dan menghentikan kegiatannya.
"Mbak Cecil ya? Tadi Mas Kevin pesan, kalau Mbak datang aku di minta buatkan minuman. Silakan duduk, Mbak!" ujar Mira.
"Apa kamu menginap di sini dengan Kevin?" tanya Cecil.
"Iya, Mbak," jawab Mira.
"Apa ...? Kamu dan Kevin berdua di apartemen ini tadi malam?" tanya Cecil dengan suara yang cukup keras karena terkejut.
Walaupun Kevin mengatakan jika Mira adalah tetangganya di kampung dan kebetulan bekerja juga di sini, tapi bukan berarti mereka bisa tinggal dalam satu atap. Apa lagi mereka bukan mahram dan berlainan jenis.
"Bukan, Mbak. Maksudnya, aku datang lagi tadi pagi. Aku ingin mengatakan jika kemarin saudaranya Kevin menghubungi, mengatakan jika ibunya masih terus menyebut nama Mas Kevin," jawab Mira.
"Kenapa saudaranya menghubungi kamu, bukannya langsung ke Kevin?" tanya Cecil.
Mendengar pertanyaan Cecil, wanita itu terlihat terdiam. Sepertinya tak tahu harus menjawab apa. Belum sempat dia menjawab terdengar suara Kevin.
"Sayang, kenapa sih? Aku dengar suara kamu keras banget? Kamu marahi Mira lagi?" tanya Kevin.
Kevin memeluk bahu gadis itu dan mengecup pucuk kepalanya. Dia mencubit kecil pipi chubby-nya.
"Mas Kevin, Mbak Cecil tadi bertanya, kenapa saudara Mas yang dikampung menghubungi aku bukannya langsung ke Mas saja," jawab Mira.
Kevin mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Cecil. Dia lalu mengajak gadis itu duduk.
"Mira, buatkan air untuk kekasihku ini," ujar Kevin.
"Baik, Mas," balas Mira. Wanita itu langsung menuju dapur. Dia tampak cemberut.
Kevin menarik pinggang Cecil agar merapat. Dia lalu mengecup pipi gadis itu.
"Sayang, kamu lupa ya, jika ponselku sudah nggak ada. Ponselku kemarin'kan di jual untuk beli kebutuhan ku!" seru Kevin.
Cecil yang mendengar jawaban dari kekasihnya menjadi merasa bersalah. Dia lalu memeluk Kevin. Dan meminta maaf karena telah berprasangka buruk tadinya.
"Tak perlu minta maaf, Sayang. Aku senang melihat kamu cemburu begitu. Itu berarti kamu sangat menyayangi dan mencintaiku," ucap Kevin.
"Kevin, aku ada dapat uang cuma dua puluh juta. Apa itu cukup untuk pulang kampung dan berobat ibumu?" tanya Cecil dengan suara pelan.
Cecil merasa bersalah karena tak bisa membantu kekasihnya di saat pria itu sedang membutuhkan seperti saat ini.
Dia membayangkan berapa banyak yang dibutuhkan Kevin, sedangkan dirinya hanya bisa membantu segitu. Rasanya tak berguna sebagai kekasih.
"Sayang, ini sudah banyak. Aku semakin merasa bersalah denganmu. Karena aku kamu harus mencari uang. Padahal sudah aku katakan, biar aku yang mencarinya. Kemana saja dan dengan cara apa pun. Kalau saja ada yang mau membeli ginjal ini, pasti aku juga mau menjualnya," ucap Kevin.
"Kevin, jangan berkata begitu. Uang masih bisa di cari, jika kesehatan susah di dapat. Kamu jangan pernah berniat menjual organ tubuhmu. Jangan becanda dengan kata-kata, karena ucapan adalah sebagian dari doa," balas Cecil.
'Iya, Sayang," ujar Kevin.
Kevin lalu mengecup pipi Cecil. Dia juga mengecup bagian lain di wajah gadis itu. Terakhir dia mengecup bibirnya.
Ciuman yang awalnya lembut dan biasa, akhirnya menuntut. Mereka saling membelit lidah. Keduanya larut dalam permainan bibir mereka, sehingga lupa jika di apartemen ini masih ada orang lain, yaitu Mira.
Kevin lalu mendorong tubuh Cecil pelan hingga dia terlentang di sofa. Pria itu lalu menaiki tubuhnya. Tangan pria itu masuk dari bawah baju yang dikenakannya. Mengelus perut dan naik hingga ke dada.
Cecil yang terbuai dengan sentuhan pria itu, tak menyadari jika tangan Kevin telah membuka pengait bra-nya. Lalu menaikan baju kaos gadis itu. Dia tampak pasrah tanpa ada penolakan, dan sepertinya benar-benar lupa jika ada orang lain bersama mereka.
Mira yang ingin mengantar air minum, mengurungkan niatnya melihat kedua orang itu yang sedang bercumbu. Sesaat kemudian matanya bertemu dengan Kevin, pria itu mengedipkan matanya pada wanita itu dan memberikan isyarat dengan tangan kirinya untuk merekam adegan mereka.
Mira yang mengerti, lalu menaruh kembali air minum yang dia bawa. Wanita itu mengambil ponsel dan merekam adegan yang ada dihadapannya. Cecil masih belum sadar dengan apa yang tengah terjadi. Tubuhnya yang hampir polos tak sadar di rekam seseorang.
Kevin dengan sadar dan semangat membuka juga pakaiannya, yang tersisa hanya pakaian dalamnya. Dia berencana akan mengambil kesucian gadis itu agar dia makin terikat dengannya, ditambah dengan video rekaman mereka yang bisa dijadikan sebagai ancaman bila nanti dibutuhkan.
Mam Reni aq jadi curiga dan penasaran dwehhh 🤭🤭
cecil bilang trs terang niar mmhnya attala tau dan mungkin bisa berobat kefisikiater jg di tutupin
mau maunya kmu cil abis di jambakin di bentak nurut aja di tunggangi.....cba itu aku ora sudi....abis di hajar kok mita jatah goblok opo begok tuuh laki.....jdi emosikn akunyaa.....awas aja kmu ulangi molo cecil tk mutilasi kmu athalla 🔪🔪🔪😡😡😡😡😡