Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berharap jadi ipar
"Apa!! Vika pingsan? kok bisa?" Rara terkejut dengan begitu paniknya
"Mana kakak tahu, tanya saja padanya nanti" jawabnya acuh
"Ya kakak tanggung jawab lah"
Apa? tanggung jawab? memangnya apa yang sudah terjadi pada gadis itu
"Apa maksud kamu?" Arya sedikit terkejut namun pandangannya masih tetap datar
"Dia pingsan kan gara-gara kakak"
"Kenapa jadi aku yang kamu salahkan?"
"Kakak yang menyuruh dia bekerja sangat keras, ya dia lelah lah, di kampus aja sampai gak sempet makan karena sibuk dengan tugas dan permintaan calon istrimu yang terlalu mengada-ngada itu"
"Lalu apa masalahnya, Kakak sudah membayar dia mahal"
"Aku tahu, karena kalau tidak begitu mana mungkin dia mau, tapi tolong bicarakan lagi sama calon istri tersayang kakak, kalau memerintah seseorang jangan seperti budak"
"Jaga bicara kamu!, Chika nantinya akan menjadi istriku otomatis dia adalah kakak ipar kamu. Jadi, harus menghormati dan juga patuh padanya" Arya meninggikan satu level suaranya
"Oh maaf, tapi sekalipun langit akan runtuh aku tetap tidak akan menerima dia sebagai kakak ipar ku"
"Rara!" teriakan Arya menggema, dan tanpa sadar ia sudah mengangkat tangannya ke udara namun tak sampai hati di jatuhkan pada adik tersayangnya, "inilah akibatnya kau terlalu dekat dengan gadis itu. Dia memang bawa pengaruh buruk pada keluarga kita" Arya meradang
"Seumur hidup, aku baru pernah diperlakukan seperti ini sama kakak", rasa takut yang mampu dia tahan, tapi tetap matanya tidak bisa disembunyikan, sampai butiran kristal itu jatuh begitu saja tanpa mengeluarkan suara "Suatu saat kakak akan tau kenapa aku kayak gini"
Rara langsung berlari ke ruang ganti, menyeka pelupuk matanya beberapa kali namun tetap saja tidak mampu ditahan. Sedangkan Arya yang masih memandang telapak tangannya, walaupun dia sama sekali tidak menyentuh Rara, tapi melihat adiknya seperti tadi hatinya sangat sakit. Apa lagi mendengar kata terakhir yang diucapkan membuatnya kembali berpikir keras
"Maaf!" Hanya kata itu yang bisa terucap berbarengan dengan ambruknya tubuh Arya
Di kediaman Mahesa
"Bosannya!," Vika berguling-guling di ranjang sambil memainkan ponsel "Eh tapi aneh juga sih, kenapa aku tiba-tiba pingsan ya? seumur hidup belum pernah selemah ini. Fyuh,! Dasar. Si mesum yang bahagia, aku yang repot. Tapi nggak papa deh dia bayar aku juga mahal. ya sebanding lah dengan lelahnya"
"Vika,!" Teriakan histeris Rara ketika memasuki kamarnya
"Ya ampun Ra, kamu senang ya bikin aku mati mendadak"
"ich ngomongnya kok kayak gitu sih Vi" Rara langsung merangkul sahabatnya sampai dia berdua berguling di kasur
"Kamu nih apa-apaan sih". Masih dengan tubuh yang tak berkutik karena pelukan Rara
"Aku khawatir dengar kamu tadi pingsan"
"Haha, cuma pingsan bukannya koma, jadi nggak perlu kayak gini" Kemudian dia mendorong Rara agar sedikit menjauh darinya
"Aku khawatir tau" Kemudian dia memeluk lagi tubuh sahabatnya namun kali ini dengan penuh kasih sayang
"Eh tunggu" Vika menatap wajah Rara "kamu habis nangis ya?" Melihat matanya sedikit sembab
"Mana ada," Rara pura-pura dan sebisa mungkin wajahnya dibuat tersenyum
"Bohong,! kamu kenapa?" Sekarang giliran Vika yang panik "Apakah ada yang menyakiti kamu?"
"Enggak kok, aku tadi sedih karena dengar kamu pingsan" berusaha menutupi "Tau gak, di dalam pikiranku tuh udah ngebayangin hal yang buruk terjadi, aku takut kamu kenapa-napa"
"Haha, bener nih? kamu gak lagi hibur aku kan?"
"Emang aku pernah ya gak peduli sama kamu?"
"Gak sih, hehe. oh ya, gak biasanya kamu pulang di jam kerja"
"Iya. kak Arya yang suruh" Rara acuh
"Kenapa?"
"Karena kamu lah,"
"Aku?"
Rara diam sejenak memutar bola matanya dan "Hahaha!" tiba-tiba tergelak sendiri
"Kamu sehat?" Vika menyentuh dahi Rara dengan punggung tangannya
"Haha!, benar, benar." sambil memukuli lengan Vika
"Dih, kamu kenapa? apa yang benar" Vika semakin bingung
"Kak Arya menyuruh aku pulang pasti karena dia khawatir sama kamu"
"Haha,! mana mungkin" tawanya remeh
"iya tau. Pokoknya tenang aja, walaupun acara lamaran kak Arya dan si cicak itu bejalan lancar, tapi tetap yang akan jadi kakak ipar aku cuma kamu nantinya"
"Wah parah, kamu jahat banget sih"
"Kok jahat"
"Udah lah, jangan bikin ulah. Biarin mereka bahagia. Lagi pula aku gak sama sekali tertarik sama kakak kamu"
"Yaah Vika, kakak aku kan perfect"
"Ya terus?"
"Mau ya? sama kakak Arya" Rara mengiba
"Apa sih Ra, takdir cinta mereka kan bukan kamu yang ngatur"
"Memang,! dan takdir jodohnya juga kan bukan mereka yang ngatur" balas Rara
"Tau ah, ngomong sama kamu lama-lama jadi migren" Vika badan memunggungi Rara dan menyelimuti dirinya sendiri "Aku mau tidur"
"Vika ikut!" Rara berbaring disampingnya sambil kemudian memeluk seperti guling
"Kamu ngapain?"
"Temenin kamu tidur lah"
"Mandi dulu sana"
"Gak mau" Dia tidak peduli malah semakin membenamkan wajahnya dipunggung Vika
Sudahlah, tidak akan pernah berhasil memberi saran apapun pada gadis itu. Bagi dia, Rara adalah keluarga satu-satunya yang dimiliki walau tidak ada hubungan darah sama sekali. Meskipun sedikit pengap karena pelukan itu, tapi tidak masalah ini sudah sangat nyaman untuknya
***
Waktu petang tiba, dikarenakan sibuk bekerja sampai-sampai Vika tidak terbiasa tidur siang, namun hari ini berbeda dia benar-benar menikmati momen langka, sampai baru bangun setelah matahari mulai tenggelam. Vika menyingkirkan tangan Rara yang masih memeluknya, perlahan dia turun dari tempat tidur dan mengambil handuk lalu mandi
Tok,,tok
Tanpa si pemilik kamar menjawab dan mempersilahkan masuk, pintu itu sudah terbuka
"Dasar anak malas, jam berapa ini masih tidur" Nek Rita masuk dan memukul pelan pundak cucunya
"Mmm..Vika!!" Rara hanya menggeliat kecil tanpa membuka matanya
Rita hanya menggeleng kemudian memukulnya keras "bangun.!!"
"Aaww sakit!!" Dia membuka mata dan melihat yang berdiri ternyata neneknya "eh ada princess, hehe" Rara pun bangun dengan sedikit merenggangkan tubuhnya
Vika keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk saja seperti biasanya, dia sama sekali tidak tau kalau Disana ada Nek Rita juga "eh ada nenek" kemudian masuk lagi ke kamar mandi karena malu
"Hei kenapa harus malu. Tubuh nenek lebih bagus dari kamu, jadi tidak apa-apa, keluar lah"
"Dih. Iya bagus, kencang lagi, kan nenek mandi formalin setiap hari,, haha" Rara mengejeknya yang diikuti tawa juga oleh Rita
Vika yang melihat nenek itu sangat asik, dia pun keluar meskipun sedikit malu, "aku cuma mau ambil pakaian ini aja kok" kemudian dia ambil pakaiannya di sopa yang tadi memang tidak sengaja tertinggal
"Kenapa tidak ganti disini saja" Nek Rita menggodanya
"Haha jangan lah, Rara suka iri liat tubuh aku nek" ejekan itu malah di timpakan ke Rara
"Ich sejak kapan aku iri. Cuma penasaran aja,"
"HAHAHA" mereka serempak tertawa bersama kemudian Vika masuk kembali ke kamar mandi