Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membersihkan Hama2
Setelah tersadar dari rasa terkejutnya sang papa bertanya, "Kamu yakin sayang!" Sang papa meyakinkan yang di jawab anggukan serius.
"Sejak kapan kamu bisa bawa motor dek? bukannya kamu nggk suka yah kalau naik motor?" Zanders mengerutkan alisnya bingung.
"Sejak diluar negeri, kakek tiap hari ngajarin Zay kak. Lagipula Zay bosan pakai mobil terus," jawabnya jujur membuat semua orang mengangguk. Setelah selesai berbincang mereka ke kamar masing-masing untuk beristirahat, untungnya besok akhir pekan jadi keluarga Zanaya berkumpul di rumah.
Keesokan harinya, Zanaya keluar dari kamar mandi dengan wajah segar setelah mandi, karena pagi-pagi sudah berkeringat habis latihan di ruang dimensinya.
Pagi ini Zanaya sudah berkutat di dapur untuk membuat sarapan mendahului para pelayan, pelayan yang masuk ke dapur kaget melihat kehadiran Zanaya, tapi Zanaya hanya mengabaikan pelayan itu.
Diam-diam para pelayan bersedekap dada membiarkan Zanaya memasak dengan mata mereka mulai memindai penampilan Zanaya yang sangat cocok ditubuhnya, membuat para pelayan dalam hati iri dan dengki, mereka merasa Zanaya tidaklah cocok dengan pakaian yang dikenakannya terlebih lagi melihat kulit dan wajah Zanaya yang cantik.
Saat mendengar suara langkah kaki masuk ke dalam dapur, para pelayan segera berpura-pura mengerjakan sesuatu membuat Zanaya mencibir dalam hati.
"Loh, sayang kamu kok disini?" tanya sang mama menghampiri sang putri.
"Zanaya ingin membuat sarapan untuk semua orang," jawab Zanaya, dengan cekatan gadis itu memegang alat-alat masak, membuat sang mama berpikir sejenak sejak kapan anaknya memasak , mungkin di luar negeri saat bersama sang kakek itu yang dipikirkan sang mama Liona.
"Harusnya kamu tidak usah repot nak, kan ada pelayan," ujar sang mama, Liona tidak ingin anaknya repot.
"Tidak apa-apa kok mah, lagipula kalau Zanaya yang buat kan lebih terjamin," Ucapan Zanaya yang santai membuat para pelayan menegang.
"Yuk! Sini mama bantuin kita tata di meja makan!" ucap sang mama mengambil alih piring yang berisi beberapa sarapan sehat yang dibuat sang anak.
Kini keluarga Dixon berkumpul sarapan bersama dengan memuji masakan Zanaya.
Setelah sarapan Zanaya segera mengumpulkan para pelayan serta pengawal yang berada di aula mansion itu membuat orang-orang bertanya-tanya.
"Kamu ngapain ngumpulin pelayan dan pengawal trus suruh mama bawa semua perhiasan mama?" tanya sang mama Liona mengerutkan keningnya bingung.
"Membersihkan Hama Mah," jawab Zanaya santai semakin membuat sang mama penasaran sedangkan kakek, papa dan kakaknya telah mengerti saat Zanaya mengatakan hal itu.
Semua pengawal dan pelayan telah berkumpul, yang berjaga hanya orang-orang sang kakek dengan Terminator buatan sang nenek, tapi mereka tidak menyadari jika beberapa dari mereka bukan manusia.
Zanaya berdiri dengan tegas dan anggun didepan mereka dengan dagu terangkat, "Saya mengumpulkan kalian disini, untuk mengatakan beberapa pakaian, tas, sepatu dan perhiasan saya serta milik mama telah hilang, maka dari itu silahkan jujur sebelum saya mengetahui sendiri maka akibatnya lebih kejam lagi," Suara Zanaya terdengar lantang dan tegas penuh intimidasi membuat semua orang terkesiap, mereka tidak menyangka nona muda yang arogan dan manja bisa bersikap tegas dan anggun.
Beberapa puluh orang yang berkumpul di aula mulai bereaksi saat mendengar perkataan Zanaya, mereka tak mengira Zanaya menyadari nya. Tapi mereka mencoba tetap bersikap tenang, mereka berpikir tidak mungkin nona muda yang bodoh dan arogan bisa mengetahui mereka pelakunya palingan kata-katanya hanya gertakan semata.
Mereka pikir Zanaya tetaplah Zanaya yang bodoh, ceroboh dan arogan meski penampilannya sudah berubah 180 derajat jadi mereka tetap percaya diri.
Melihat semua pelayan dan pengawal bergeming, Zanaya melanjutkan ucapannya sambil mengangguk, "Baiklah! Karena tidak ada yang mau mengakuinya maka jika ketahuan jangan salahkan saya jika bertindak kejam padahal sudah diberi kesempatan," Ucapan lantang Zanaya membuat beberapa orang sedikit bergetar tapi tetap kekeh dengan kepercayaan dirinya. Sang kakek hanya diam duduk di sofa melihat sang cucu beraksi.
Liona sang mama yang mendengar ucapan sang anak angkat bicara, "Sayang! kamu bicara apa? Mama sama sekali tidak kehilangan perhiasan semua lengkap kok," ujar sang mama mencoba menghentikan sang putri menuduh seseorang.
Ucapan nyonya rumah tentu membuat beberapa orang tersenyum dalam hati, untung mereka lebih pintar pikir mereka tapi sayangnya Zanaya lebih pintar lagi.
Mendengar ucapan sang mama Zanaya bertanya, "Benarkah mah?" Mama Liona mengangguk tersenyum saat melihat Zanaya mengangguk, "Tapi apa mama sudah cek dengan teliti? Bukankah setiap perhiasan mama dan Zanaya punya nama inisial yang hanya keluarga kita yang tahu?" Ucapan Zanaya membuat senyum sang mama memudar kemudian melangkah ke meja aula tempat meletakkan semua perhiasannya lalu mengeceknya dengan teliti.
Deg!
Beberapa orang yang tadinya tersenyum senang dalam hati kini mendadak cemas, mereka mulai ketar-ketir, mereka mengira rencana yang disusun dengan rapi bersama sang bos apalagi mendadak Zanaya menjadi cerdas, ini diluar perkiraan mereka.
Setelah mengeceknya satu-persatu sang mama berseru marah, "Kurang ajar! Siapa yang berani menukar perhiasan ku dengan barang palsu?" Suara lantang sang nyonya besar membuat beberapa orang telah goyah, tapi mereka berpikir dalam kamar itu tidak ada cctv jadi mereka tetap aman meski akan tertangkap masuk dalam kamar jika dari luar cctv, sebab barang yang dicuri mereka bawa lewat jendela yang tidak terlihat cctv disana sudah ada teman lainnya yang menunggu.
"Bukan hanya perhiasan mama, bahkan pakaian, tas, sepatu dan perhiasan Zanaya pun sudah raib di ambil mah dan ada juga yang menukarnya dengan barang kW," tambah Zanaya dengan suara dinginnya dengan sorot mata tajam membuat beberapa orang yang bertatapan meneguk ludahnya kasar.
Deg!
"Kalian tidak akan lolos jika ada yang ketahuan" Papa Zidan membuka suara dengan nada tak kalah dinginnya dengan sang anak membuat suasana semakin mencekam.
"Baiklah mari kita menonton pertunjukan sebelum menangkap tikus pencurinya!" seru Zanaya kemudian menekan tombol play pada layar tv besar yang tergantung pada aula mansion itu, semua orang mendongak melihat apa yang dimaksud Zanaya.
Disana terlihat beberapa pelayan bukan beberapa lagi, tapi hampir semua pelayan bekerja sama, ada yang mencuri dan menukarnya, lalu ada juga yang berjaga-jaga jika sang tuan rumah datang serta ada yang berjaga dibawah jendela menerima barang tersebut.
Semua orang menahan nafas melihat kejadian itu, mereka tak menyangka jika akan ketahuan sekarang padahal mereka sudah melakukannya selama setahun terakhir ini.
Untungnya Zanaya sebelum pergi ke luar negeri menemui sang kakek, Zanaya menyuruh sang kakak memasang cctv tersembunyi, itupun sang kakak harus melakukan sendiri tanpa bantuan dan tanpa ketahuan oleh pengawal dan pelayan.
Melihat hampir seluruhnya pelayan dan pengawal wajahnya memucat Zanaya menyeringai, "Bagaimana? Apakah kalian puas dengan tontonan yang ku berikan?" tanya Zanaya dengan senyum mengejeknya.