Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 2 ~Sahabat Arika
Arian mengusap pinggang istrinya seraya mengangguk. Berusaha untuk menenangkan pikiran wanitanya.
"Maafin oma ya sayang."
"Gapapa, mah."
"Kalian nginep di sini kan?" tanya sang papa yang sedari tadi hanya diam.
Arian menatap istrinya. Arika mengangguk, kedua ortua pun tersenyum.
"Ya sudah, Ari sama Arika ke kamar dulu ya, mah, pah."
Mereka berdua mengangguk. Kedua pasangan itu menuju kamar.
Di dalam kamar, Arika duduk di tepi ranjang seraya melamun. Sedangkan Arian melepas baju kaosnya dan mendekati istrinya.
"Sayang, masih mikirin perkataan oma?"
Arika mengangguk, membuat Arian merasa bersalah.
"Maafin oma ya."
"Iya mas."
Mereka saling berpelukan, Arian menidurkan istrinya ke ranjang.
"Mas."
"Kenapa sayang?"
"Kalau misalnya, aku..."
Arian membungkam mulut itu menggunakan bibirnya. Ia sudah menangkap apa yang akan istrinya itu ucapkan.
Arika cemberut saat ciuman mereka terlepas. Arian mengusap dengan lembut bibir pink dan tembab itu.
"Mas sudah sering mendengar itu sayang, dan kamu juga akan terus mendengar jawabanku yang tetap sama."
Arika menghembuskan napasnya berulang kali.
"Maaf mas."
"Iya sayang, kamu harus tau dapatin kamu itu gak mudah. Aku mencintaimu lebih dari cintamu ke aku."
Saat mereka tengah mesra-mesraan tiba-tiba ponsel Arika berbunyi membuatnya mendorong tubuh suaminya agar menjauh.
"Siapa?"
"Ema."
Arian mengangguk. Arika menjawab telpon dari sahabatnya.
"Halo Em, kenapa telfon malam gini?"
"Ka, gue di usir dari kost."
"Jadi? Lo di mana sekarang, Em?"
"Gue gak tau mau kemana nih, Ka. Uang gue juga menipis. Gu-e nelpon lo mau pinjam uang boleh, Ika?"
Arika tersenyum dan tanpa berpikir langsung menjawab iya.
"Gausah minjam juga gue kasih. Kek siapa aja lo."
"Malu gue."
Arika terkekeh, berteman sudah dari SMA tetapi sahabatnya itu masih sungkan kepadanya.
"Enggak sans aja, gue transfer ke rek lo, ya? Btw lo mau nyari kost di mana malam-malam gini?"
"Gue juga gak tau semoga aja gue dapat."
Arika menatap suaminya, Arian pun mengerutkan keningnya.
"Mas?"
"Iya sayang?"
"Kan saat ini kita di rumah mama. Aku boleh nyuruh Ema tinggal di rumah kita malam ini? Gak mungkin dia cari kost malam-malam."
Arian diam sesaat.
"Mas?"
"Cuma untuk besok kan? Mas belum pernah melihat temanmu itu, mas belum percaya penuh."
"Ema anak baik kok mas."
Arian menghela napas, dan perlahan mengangguk. Dia tidak bisa menolah permintaan istri tercintanya.
"Baiklah sayang. Aku akan menelpon bibi dan mang Ucup."
"Makasih mamasku." Arika memeluk Arian sekilas dan kembali melanjutkan obrolannya dengan sang sahabat.
Setelah telponan, Arika merentangkan tangannya, merasa pegal.
"Sayang, ayo."
"Kemana mas?"
"Bikin dedek."
"Arghhh..." Arika belum menjawab, Arian sudah menutupi badan mungilnya menggunakan selimut.
"Mas, Arika gak mau malam ini," teriak Arika di dalam dekapan sang suami.
"Bodoh amat, kamu doang yang gamau. Orang mas mau."
...----------------...
Keesokan harinya, mereka berdua pulang ke rumah mereka.
Arika tersenyum melihat sahabatnya. Mereka berpelukan satu sama lain.
Arian juga ikut salaman dengan Ema.
"Arian."
"Ema."
Arika tersenyum, apalagi melihat wajah datar suaminya dan wajah kesal sahabatnya.
"Astaga, ayo masuk."
Arian masuk ke dalam kamar mereka. Sedangkan Arika berbincang dengan Ema di ruang tamu.
"Suami lo ganteng juga ya, Ka."
"Hahaha." Arika hanya tertawa mendengar ucapan sahabatnya.
"Tapi dia itu dingin, irit bicara." Arika berkata begitu agar sang sahabat mengerti sifat suaminya.
"Dingin juga sama lo?"
"Iya enggak lah, dia mah manja banget."
"Iya deh percaya gue mah."
Saat mereka sibuk berbincang. Tiba-tiba suara berat membuat mereka berdua menoleh bersamaan.
"Sayang, siapin baju mas." Arian keluar dari kamar dan mendekati ruang tengah.
Lelaki itu lupa jika bukan hanya ada Arika di sana, tapi ada juga sahabatnya.
Ema membulatkan matanya melihat perut kotak-kotak suami temannya.
"Ah sial, vibesnya yang ada dalam novel-novel itu."
Arika berdiri dan menarik tangan suaminya masuk ke dalam kamar.
"Maaf, maaf sayang aku lupa."
"Gapapa mas, kebiasannya sih kamu kek gitu."
Arian memeluk sang istri dari belakang, melihat pantulan mereka di cermin.
Saat mereka larut dalam pelukan. Pintu terbuka keras membuat mereka berdua menoleh.
"Ema?" Arika melepaskan pelukan suaminya.
Arian berdehem kasar, mengambil handuk di sandaran ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Ah maaf Ika, gu-e mau ngetuk pintunya tapi malah ke dorong."
Arika mengangguk saja.
"Gue buat nasi goreng boleh, Ka? Nanti gue siapin juga deh buat lo dan suami lo."
"Gitu doang lo mau minta izin? Langsung buat aja, btw gausah repot-repot buatin kami juga. Mas Arian gak bisa makan nasi goreng hari ini soalnya kemarin udah, untuk saat ini dia makan roti aja sama susu, nanti gue siapin."
"Oh gitu ya? Yaudah biar gue sekalian buatin roti buat suami lo!" Setelah mengatakan itu, Ema berlalu pergi tanpa menunggu jawaban Arika.
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.