Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Saya tidak mau!" tolak seorang wanita paruh baya.
"Tapi, Bu. Paket ini tidak bisa dikembalikan," kata Aditya dengan sabar.
Sudah setengah jam Aditya menghadapi pelanggan yang menyulitkan dirinya itu.
"Pokoknya saya tidak bayar!" ujar wanita itu tetap bersikeras.
Aditya menatap paket yang sudah di unboxing itu. la sudah melapor pada toko yang bersangkutan dan ternyata toko tersebut tidak menerima pengembalian barang. Si ibu itu menolak membayar paketnya hanya karena tas import yang dibeli terlihat lebih kecil 2cm dari foto yang ia lihat.
"Padahal sudah ada keterangan ukurannya dan tertulis juga kalau barang tidak bisa dikembalikan. Tas ini hanya lebih kecil 2cm, Bu. Itu tidak masalah," pungkas Aditya, ia yang bekerja sebagai kurir harus menjaga sikap lemah lembutnya dan harus memiliki kesabaran extra.
Wanita tersebut menatap Aditya sinis. "2cm itu muat untuk masukin lipstik. Kamu laki-laki mana tau." sarkas nya.
Begitulah wanita, suka meributkan hal kecil dan begitu cerewet.
"Bu, please.." mohon Aditya melas. Andai harganya murah, mungkin ia yang akan bertanggung jawab. Tapi, harga tas import itu 300rb yang dimana duit segitu sangat berarti baginya, apalagi ia memiliki seorang anak yang harus dinafkahi.
Wanita itu mendengus kesal. "Saya tidak mau! Pokoknya kembalikan paket itu!"
Brak!
Wanita itu menutup pintu kasar dan tidak memperdulikan Aditya yang tengah kebingungan.
"Aku harus bagaimana? Aku perlu uang itu untuk membeli kebutuhan Zyan," lirih Aditya pelan.
la menunduk menatap tas tersebut. Baru kali ini menemui pelanggan elite yang cerewet. Padahal rumah wanita itu di kawasan elite. Rumah di sana mewah-mewah semua.
Aditya melangkah pelan menuju motor yang ia parkir diluar halaman rumah tersebut. la tersenyum getir dan tatapannya tidak lepas dari tas import itu.
Sesampainya di motor, ia tidak langsung pergi melainkan menghitung duit simpanannya. la berjongkok disamping motornya.
"400rb," gumamnya.
Uang itu padahal hendak ia gunakan untuk membeli baby walker agar membantu Zyan melatih dirinya berjalan.
Ayah yang siaga, baru kemarin malam saja melihat anaknya berdiri, ia sudah berinisiatif untuk membelikan anaknya baby walker.
"Ayah gagal lagi, Zyan..." Aditya menenggelamkan wajahnya di balik kakinya itu. la merasa benar-benar tidak becus menjadi seorang ayah karena tidak bisa membelikan sesuatu yang bermanfaat untuk anaknya. Bukan tidak bisa, ia bisa membelikannya tapi harus nabung dulu. Padahal sudah lama ia ingin membelikan anaknya itu. Tapi, mantan istrinya selalu mengambil duit tabungannya dan tidak jadi membelinya.
Aditya mengangkat kepalanya kala seseorang menepuk pundaknya. la mengernyit heran melihat seseorang itu menyodorkan uang didepannya.
"Ambillah, biar saya yang ganti rugi paket itu. Tetangga saya memang begitu orangnya dan sudah sering kurir lain kembali dengan perasan kecewa." wanita paruh baya itu tersenyum manis kearah Aditya.
Raja Raharja, tetangga dari wanita yang tidak bertanggungjawab tadi. Saat itu keluar hendak pergi ke butik nya, tiba-tiba mendengar suara tetangganya itu memarahi kurir paket lagi. Ia memperhatikan hingga Aditya menghitung uangnya sendiri.
"Tapi, Bu?" Aditya enggan untuk menerima karena wanita didepannya itu tidak ada kaitannya.
Dina meraih tangan dan memberikan uang merah lima lembar itu. "Sudah, tak apa. Kamu butuh uang untuk anakmu, 'kan? Bahagiakan anakmu. Jangan biarkan dia menangis karena ayahnya tidak bisa membahagiakannya," ucapnya begitu lembut.
"Tapi ini kelebihan, Bu."
"Berapa umur anakmu? Anggap saja saya memberi uang jajan untuk cucu saya,"
Mata Aditya berkaca-kaca. Sungguh ia terharu akan kebaikan dari wanita paruh baya didepannya itu.
Dina terkekeh kecil melihat mata Aditya yang mulai berembun. "Kamu tampan, pasti anakmu juga tampan, bukan? Boleh saya bertemu dengannya lain waktu?" tanyanya seraya menepuk-nepuk pundak Aditya.
Aditya mengangguk cepat. "Boleh, nanti saya akan membawa Zyan bertemu denganmu, Bu. Tapi tidak bisa bertemu saat malam hari, karena anak saya baru setahun umurnya."
Dina manggut-manggut. "Tidak masalah, nanti atur jadwal saja."
🌸🌸🌸🌸🌸