Doyama adalah segerombolan penjahat jenius yang diberi modal oleh salah satu perusahaan asing untuk mengubah limbah perusahaan nya menjadi ramuan yang dapat merubah karakter serta bentuk ras serupa manusia menjadi iblis dan monster kanibalisme.
Perusahaan tersebut mencampurkan DNA manusia terpilih dengan limbah serta bahan kimia yang ditemukan oleh peneliti untuk menciptakan ras baru yang berada dalam kendalinya yang dimana nanti nya ras baru tersebut menularkan racun kepada manusia normal sehingga menjadi mahluk yang sama yang berada di bawah kendalinya.
Iblis setengah monster setengah manusia itu dinamai Rambi. Rambi sendiri bisa bertindak anarkis bahkan bisa menghasut dan membunuh manusia sesuai dengan apa yang di isntruksikan oleh tuan nya.
Akankah ada pahlawan yang bisa menghentikan wabah buatan ini? Ataukah manusia akan benar-benar musnah dan bumi menjadi milik perusahaan tersebut secara tunggal beserta para budak iblisnya?
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kalimat Fiktif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tenang Diantara Jiwa Yang Resah
Suara Ambulan meracau hebat disepanjang jalan menuju rumah sakit di dalam nya mengangkut 2 orang manusia yang saling berseteru dengan kebimbangan.
Disamping tubuh Arsyin yang tergeletak tak berdaya Pak Dosen gempal hampir sedari tadi mencoba menyembunyikan rasa panik nya dalam senyuman yang ia paksa sendiri untuk tenang.
Darah merah masih terlihat keluar pelan dari mulut Arsyin selain itu tangan kanan nya juga terlihat memar berwarna ke ungu unguan dan mungkin punggung nya pun jika dibuka akan terlihat hal yang serupa.
"Bertahanlah nak" Gerutu pak Dosen pelan
"Seandainya saya punya kekuatan untuk mentranfusi penyembuhan mungkin sedari tadi akan saya lakukan sekalipun nyawa taruhan nya" Gumam nya dalam hati.
Diluar hujan mulai turun, Langit semakin bertransisi hitam pekat sedang keresahan keresahan ikut berkumpul dalam hati dan suara sirine yang membelah suara deras air langit pada detik itu.
*****
(Lab. Misterius/Doyama Corp)
Salah satu petugas membopong tubuh Oamin keluar dari tabung kaca yang hampir beberapa jam lamanya mencoba menegelamkan tubuh moleknya itu. Tubuh yang telanjang bulat itu masih dalam keadaan yang tidak berdaya dan sangat lunglai.
"Ini memang benar benar aneh" Ucap salah satu petugas saat mendapati bahwa tidak ada setitik luka atau darah yang menetes dari Tubuh Oamin.
Petugas Lab tersebut kemudian menaruh Oamin diatas tandu besi yang dingin dan kembali mengunci dua tangan nya lalu menutup tubuh nya yang telanjang itu dengan kain tipis.
"Tinggal beberapa menit lagi dia akan sadar" Balas salah satu petugas setelah melihat jam ditangan nya. Kemudian, dengan tergesa gesa mendorong tandu besi tersebut kedalam ruangan lain yang lebih tertutup dari ruangan lain nya di ikuti dengan bau alkohol yang sangat menyengat.
.......
Tidak berselang lama Seseorang tiba-tiba saja muncul berjalan dibalik gelap dibawah tangga. seorang pria berprawakan kurus memakai kacamata Bundar tebal dan berambut sedikit gondrong dengan gurat wajah yang sedikit tersenyum licik berjalan ke arah pak gempal yang berada di depan nya.
"Wohoho, Selamat malam anak ku"Seru pak gempal menyambut kedatangan orang tersebut di ikuti dengan tangan nya yang bertepuk.
"Hari ini benar benar membuatku puas Tuan" Balas Orang itu yang kemudian melemparkan sebuah botol kaca kecil berisi cairan berwarna merah kental serupa darah.
"Apa ini benar benar darah manusia terpilih?" Balas Pak gempal kegirangan.
"Iya, seseorang yang nanti nya akan menjadi observasi yang terbaik dari yang baik untuk bisnis kita" Timbalnya.
"Wohoho, aku suka itu kerja yang sangat bagus Anak ku! " Ujar pak gempal yang tidak bisa menyembunyikan rasa girang nya.
Beberapa menit lamanya Suara tawa pak gempal yang cempreng membahana kecut, di ikuti dengan sebelah tangan yang menepuk nepuk bahu pria yang sedari awal tadi memanggilnya tuan.
"Anak ku, Makan lah lalu istirahat, Apapun yang kamu mau malam ini saya janji akan saya penuhi" Ucap pak gempal padanya dengan nada suara yang dipelankan.
****
(Rumah Si Korban)
Seorang pria yang masih berseragam pabrik menjerit histeris usai membuka pintu rumah miliknya dan berjalan masuk ke kamar atas dasar kecurigaan.
Diatas ranjang pemandangan yang merusak akal sehat terpampang begitu jelas. Darah merah menyebar merubah spray yang berwarna putih kontras itu menjadi merah pekat. Serta, potongan daging berbentuk dadu tergeletak acak disamping pisau dapur yang menancap tegak di dada anak nya.
"Emily!" Teriak Pria tersebut menjadi jadi memanggil nama istri nya.
Sedang disudut kamar yang terhalang tirai berwarna coklat sisa darah juga membucah sampai kesana membentuk pola titik titik abstrak pada kain lusuh yang menjadi penutup jendela.
Disana ia juga mendapati istrinya tengah terduduk melipat kedua kakinya dengan wajah yang menunduk muram.
"Emily apa yang terjadi? " Kembali Pria itu berteriak kali ini dengan suara yang bergelombang penuh emosi dan berjalan rusuh menghampiri istrinya.
"Na.. Num.. Na.. Na.. Num.. "
Suara senandung yang terkesan digumamkan terdengar mengayun lembut dari mulut istrinya yang seketika membuat pria itu tertegun.
"Apa yang terjadi Emily? Siapa yang melakukan ini?" Balas Suaminya ia kemudian terduduk jongkok di depan wajah nya yang ditekuk.
"Na.. Num.. Na.. Na.. Num.. " Balasnya kembali dengan nada lembut yang sama.
"Emily, Jawab! " Tangan pria itu mencoba mengangkat wajah istrinya yang terthalang dua lutut nya yang tertekuk itu.
"Woarrrrr"
Kedua bola mata hitam pekat yang menyeramkan tiba tiba saja terpampang di depan mata suaminya di ikuti dengan mulut yang terbuka lebar memamerkan taring serta gigi gigi runcing yang seketika menyergap kepala suaminya tanpa ampun.
"Arghhh, siapa kamu? " Teriak pria itu histeris dan mencoba melawan menghalau wajah itu dengan sikutnya.
Kali ini Gigi gigi yang tajam sudah terlanjur menancap kukuh di kepala suaminya itu, kedua tangan juga kaki istrinya pun mendekap kuat tubuh milik suaminya hingga dada nya terasa sesak sekali dan terkunci untuk melawan.
Kemudian suara jeritan terakhir terdengar meletus di kamar nya ini setelah darah merah kembali membucah ke udara bertabakan abstrak dengan dinding dan di ikuti dengan suara petir yang menggelegar dari luar.
Darah yang bersumber dari kepala tersebut meletus hebat sampai membanjiri lantai juga mulut istrinya yang kemudian kembali sosok kanibalisme tersebut memakan pelan sisa sisa daging yang menjorok keluar dari kepala suaminya itu.
"Sreuphh.. sreuphh" Bunyi daging yang terlapisi gumpalan darah itu terdengar sangat menjijikan.
Diluar hujan semakin turun deras, Hujan yang seakan menggiring tangisan dua sosok keluarga yang sudah menjadi mayat. Mayat yang dibantai habis oleh keluarga nya sendiri.
******
"Ternyata sudah sebesar ini" Tangan halus mulai berayun dan dengan lembut membelai kepala Arsyin yang saat ini berdiri di samping pohon Alkasia yang rindang.
Arsyin hanya tertegun diam menatap seorang wanita di depan nya saat ini. Wanita itu tersenyum denga kornea mata yang kecil menyeripit berwarna kecoklatan. Ia rasakan tangan kanan nya terasa sangat lembut saat membelai ujung kepala nya.
"Maafkan ibu yaa yang harusmembawamu kedalam situasi yang seperti ini" Ucap perempuan tersebut menambahkan.
Perempuan itu kemudian duduk dihadapan Arsyin yang di ikuti juga oleh dirinya, Detik itu masih dalam suasana antara haru dan bingung, Arsyin merasa bahwa telinganya salah mendengar usai wanita itu mengatakan kalimat "Ibu" dari mulutnya.
"Mungkin kamu tak akan mengenal siapa saya dan tidak menutup kemungkinan jika kamu mengenal saya akan timbul kebencian yang dalam dari hatimu" Ucap perempuan itu yang kali kedua nya menyentuh dada Arsyin.
"ibu? Apa benar?" Balas Arsyin terbata bata menahan gelombang haru yang mulai mendekap perasaan nya saat ini.
"Ia, Maafkan ibu nak, maafkan bapak mu juga yang sudah membawamu dan adikmu dalam situasi yang sangat berat seperti ini. Itu semua benar benar salah kami berdua" Timbal wanita itu.
Telinga Arsyin dengan utuh mendengar jelas penjelasan itu, namun tubuh nya terlebih dahulu dikuasai oleh gelombang haru juga rasa rindu yang teramat dalam hingga menuntun nya untuk memeluk sosok tersebut dalam derai air mata yang sudah tidak bisa lagi ia bendung.
"Ibu, Kenapa kenapa ibu meninggakan kami" Balas Arsyin meluapkan semuanya dalam pelukan dan Air mata.
(Bersambung Ke Part 7)