"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa yang terjadi
"Ada apa sayang!" Briana beringsut bangun dan mendekati Valen yang tergesa memakai pakaian, yang sebelumnya berceceran di lantai.
Tubuh polosnya yang tanpa apapun ia biarkan saja terekpose.
"Sayang-"
"Markas di hutan diserang." Ucap Valen dengan suara geram bercampur menahan amarah.
"Apa! bagaimana bisa!" Briana ikut terkejut.
"Aku tidak tahu, anak buah ku baru saja melaporkan kalau ada yang menyerang markas dan membawa tua bangka itu!" Maki Valen hendak pergi.
"Aku ikut!" Ucap Briana saat melihat Valen yang akan hendak pergi.
"Cepatlah!"
Briana langsung menyambar pakaian dan masuk kedalam kamar mandi. Dalam situasi seperti ini, dia tidak ingin sendiri pikiranya berkelana takut dengan segala kemungkinan yang terjadi, dan hanya Valen yang bisa melindunginya.
Ya, tanpa Valen Briana tidak akan bisa seperti ini.
Keduanya meninggalkan rumah dalam keadaan sepi, beruntung tidak ada penjaga yang melihat sosok pria asing yang selama ini menyamar sebagai Tuan Rio.
*
*
"Kamu sudah mengabari suamimu kalau tidak pulang?" Tanya Mayang saat melihat Sasmita yang masih menungguinya.
"Handphone saya mati," Ucap Sasmita tersenyum.
"Terus bagaimana-"
"Jangan khawatir nyonya, suami saya orangnya pengertian." Lanjutnya lagi.
"Syukurlah kalau begitu," Mayang ikut tersenyum.
"Sebaiknya nyonya istirahat, saya akan disini menemani anda." Sasmita membernarkan selimut untuk menutupi sebagian tubuh Mayang. Wanita itu dengan telaten mengurus Mayang.
"Terima kasih Mita, kalau tidak ada kamu saya tidak tahu bagaimana nasib saya."
"Tidak apa Nyonya, yang penting anda cepat sehat seperti semula."
Sasmita memilih pergi meninggalkan ruangan agar Mayang bisa beristirahat, untung saja ruangan yang Mayang tempati hanya ada satu pasien dan ranjang satunya lagi kosong, jadi Mayang bisa istirahat, tapi mungkin tidak senyaman karena melihat latar belakang Mayang.
Hah
Sasmita membuang napas kasar seolah baru saja menghirup udara bebas. pikiranya sedang berkecamuk meskipun didepan Mayang tampak baik-baik saja. Memikirkan suaminya, Sasmita menatap ponselnya yang mati kehabisan daya.
"Mungkin dia juga tidak mengingat ku," Gumamnya dengan miris.
Sejak dirinya bekerja, interaksi keduanya juga berkurang, entah kenapa tidak bisa sehangat dulu, keduanya seperti menjaga jarak masing-masing.
Sejak melihat suaminya yang begitu bahagia tertawa didepan wanita lain, sejak itulah perasaan Sasmita menjadi gundah. Semudah itu suaminya tertawa lepas didepan wanita lain, padahal setelah kecelakaan yang menimpa suaminya tak pernah tertawa bahagia didepanya, sampai sembuh pun sama.
Sasmita berjalan menuju kantin, rasanya pikirannya begitu kacau, setiap ingat suaminya ingat pula tawa bahagia Hardi didepan wanita lain.
Saat akan berbelok tak sengaja tubuhnya terhuyung karena menabrak seseorang yang berjalan tergesa-gesa.
"Minggir!"
Bruk
Karena tidak siap tubuh Sasmita terhuyung sampai punggungnya menabrak tembok, Sebuah brankar didorong buru-buru oleh para perawat.
Sasmita mengusap bahunya yang membentur tembok, dan matanya mengarah pada rombongan tim medis yang mendorong brankar. Namun satu pemandangan yang mencuri perhatian Sasmita sosok pria tinggi yang ikut berlari mendorong brankar, sosok yang tidak asing dan bahkan Sasmita masih ingat jelas sosok pria itu.
"I-itu-"
Tanpa sengaja kakinya ikut melangkahkan mengikuti rombongan Tim medis barusan, Sasmita berjalan tergesa karena tidak ingin kehilangan jejak. Hingga rombongan tadi berhenti didepan IGD, yang mana semua Tim medis masuk kecuali sosok pria yang membuat Sasmita tak percaya.
Kakinya dengan pelan mendekati sosok pria yang sedang memunggunginya, Sasmita menelan ludahnya sendiri susah payah.
'Kenapa aku justru kesini, apa yang terjadi dengan ku." Batinnya dengan bingung dengan dirinya sendiri.