Tragedi Kenikmatan

Pagi ini kak Jenni dengan celana cargo panjang, kaos putih kerah v, di tambah dengan kemeja yang tidak di kancing terlihat sangat kece dengan sepatu putihnya.

Zigga sudah menunggu kakaknya dan membawa ke ruangan kerjanya dengan kode. Kak Jenni pun mengikuti adiknya menuju ke ruangan kerjanya dari belakang.

Kak Jenni menutup pintu dan melepas kaca matanya. Kak Jenni sedikit ragu apakah dia akan memberi tahu adiknya tentang ayah mereka atau membiarkan kesalahpahaman ini berlanjut dan membiarkan seorang anak dan ayah bertarung sengit.

Setelah berfikir panjang kak Jenni akhirnya memutuskan untuk tidak memberi tahu adiknya dan terus mengawasi pergerakan mereka.

"Kak, pastikan sekolah Alga di jaga dengan ketat tidak transparan. Aku ingin beberapa bodyguard kita menyamar menjadi satpam pengawas di sekolah baru Alga sampai urusan ini selesai. Pastikan asrama Alga di penuhi dengan pengawasan ketat namun tidak menganggu proses belajar Alga."

Zigga dengan tegas berunding dengan kakaknya meminta yang terbaik untuk keamanan anaknya.

"Bagaimana dengan Alle, kamu akan membawa dia ke mana?" tanyanya memastikan.

"Aku meminta saran kepada kakak, baiknya Alle kita sembunyikan ke mana?"

"Status Alle sebagai wanitamu pasti sudah sampai ke telinga kelompok bawah tanah. Pasti kelompok bawah tanah sudah bergerak untuk selalu mengawasi pergerakan mu. Menurutku mansion ini cukup bagus untuk bersembunyi." jelasnya.

"Aku tidak yakin!" Zigga ragu, dia takut di mansionnya akan dibajak ketika dia tidak ada di rumah.

"Kamu lupa jika mansion ini ada ruangan bawah tanah? Tempat di mana aku mengurungkan diri setelah suamiku di bunuh?" Kak Jenni mengingatkan Zigga.

Zigga pun berfikir sejenak, ruangan bawah tanah sangat cocok untuk bersembunyi karena tempatnya yang sangat tersembunyi dan juga cukup nyaman karena di didesain mewah agar seseorang yang berada di dalamnya tidak merasa bosan. Bahkan meskipun itu ruangan bawah tanah, di dalamnya terdapat sebuah kolam, perpustakaan dan juga beberapa alat olahraga. Namun ruangan itu sudah hampir berapa tahun tidak tersentuh karena itu adalah ruangan privasi kak Jenni, dan hanya kak Jenni yang memiliki akses untuk masuk ke dalam.

"Kita akan suruh pelayan untuk membersihkan ruangan itu dan juga menyiapkan apa saja yang dibutuhkan Alle selama kita tidak bersamanya."

Kak Jenni memakai kaca matanya dan berjalan menuju ke ruangan bawah tanah di mana ruangan itu masuk lewat pintu tersembunyi yang di tutupi dengan sebuah lukisan besar di dalam kamar kosong yang nampak seperti kamar gudang.

Kak Jenni memasukan kata sandi dan akhirnya pintu super canggih itu pun terbuka.

Beberapa barang terlihat tidak berubah sama sekali, menampilkan ingatan kak Jenni hari-hari terpuruknya bersembunyi menyendiri di tempat ini.

Gara-gara kematian sang suami membuat kak Jenni sempat depresi dan menggila. Ia selalu ingin menyakiti orang-orang yang ada di depannya. Penyakit ini hampir di miliki kepada semua keturunan Allison, di mana mereka sulit mengontrol diri jika amarah memenuhi seluruh tubuh. Hanya waktu dan orang tertentu yang dapat meredakan dan menyembuhkan penyakit ini.

Salah satu alasan kak Jenni ingin bangkit ialah, dia ingin membantu adiknya yang berusaha untuk bangkit dan merubah situasi agar lebih baik.

"Kak, apa Alle akan setuju?" tanya Zigga membuyarkan lamunan kak Jenni yang mengenang masa lama.

"Kita tidak butuh persetujuannya, dia akan tetap di sini sampai urusan kita selesai." jawab kak Jenni dengan tegas.

"Kak, sebaiknya kakak juga ada di sini agar aman, aku tidak mau kakak ikut campur dalam permasalahan ini, biar aku yang akan menyelesaikannya. Kak, jika aku tidak kembali, aku titip anak dan wanitaku." Zigga nampak pesimis.

"Aku tidak akan diam diri, aku tidak akan pernah merasa aman, aku akan selalu ada di sisimu dan membawamu kembali." kekeuh kak Jenni.

"Kak, aku mohon, aku hanya punya kakak yang bisa ngertiin aku?" Zigga memeluk sang kakak.

"Aku pun hanya punya kamu Zigga, bagaimana aku bisa tenang dan hidup melihat mu berjuang seorang diri melawan kegilaan ini."

Suara panggilan telepon membuyarkan nuansa sedih di antara adik dan kakak.

"Hallo?" Kak Jenni mengangkat panggilan.

"Aunty, apa kita jadi cari sekolah hari ini?" tanya Alga di balik telpon.

"Tentu sayang, Aunty sudah sampai di mansion, kamu turunlah." Kak jenni tersenyum.

"Hore! Aku akan turun sekarang!" seru Alga langsung keluar dari kamarnya.

Kak Jenni memegang tangan Zigga untuk meyakinkannya.

"Kita akan baik-baik saja, kakak berjanji."

Zigga hanya terdiam dan menggenggam erat tangan sang kakak.

........

Setelah kak Jenni dan Alga keluar dari Mansion untuk pergi mencari sekolah yang cocok untuk Alga, terlihat Alle yang sedang menyiapkan kebutuhan Alga dari pakaian dan juga barang-barang yang perlu di bawa ke asrama sekolah.

"Hay, sedang apa?" tanya Zigga langsung memeluk kekasihnya dari belakang.

"Zigga, lepaskan, aku harus menyiapkan baju untuk anakmu, setelah itu aku juga harus menyiapkan pakaian untuk kita. Oya, kapan kita akan berangkat?" tanya Alle bersemangat, dia benar-benar mengira jika mereka akan melakukan perjalan bisnis.

"Besok malam kita akan berangkat." Zigga semakin erat memeluk Alle.

"Kamu kenapa?" tanya Alle merasa seperti ada yang tidak beres.

"Aku sangat merindukanmu?" Zigga menenggelamkan kepalanya ke pundak Alle.

"Zigga, kita sudah hampir satu Minggu bersama dan aku tidak kemana-mana?" Alle merasa sedikit keberatan dengan tubuh Zigga yang sangat besar.

"Biarkan pakaian ini, para pelayan sudah mengirim pakaian untuk Alga dan juga kebutuhannya, kamu tidak perlu melakukan pekerjaan berat seperti ini."

"Zigga, aku tidak melakukan hal yang berat, justru aku harus banyak gerak supaya aku sehat, kalo aku cuma diam aja, aku akan mati karena lemah otot!" Alle sedikit kesal karena apa-apa tidak boleh.

"Alle?" Zigga memutar tubuh Alle supaya menatap dirinya.

"Hmm, kenapa?"

"Panggil aku Sayang, Baby, my love, terserah yang penting jangan panggil dengan sebutan nama?"

Wajah Alle nampak memerah karena malu, entah kenapa meksipun mereka sudah melakukannya hal intim tapi tetap saja berduaan seperti ini membuat Alle merasa canggung.

"Zigga, apa sih kamu ini!?" Alle menahan pipinya agar tidak mengembang.

"Alle?" Zigga masih terus menatap Alle dengan tulus.

"Hmm, apa lagi?"

"Kiss me?"

"Zigga, apaan sih, kenapa kamu jadi sedikit labai kaya gini?" Alle melepaskan tangan Zigga dan kembali menyusun pakaian Alga ke dalam koper.

Zigga hanya berdiri dan menatap sang kekasih yang menyibukkan diri padahal dirinya sedang ingin berbicara.

Zigga mengepalkan tangannya menahan kesal.

"Alle?" panggil Zigga.

"Hmm, apa lagi sayangku?" kini Alle menoleh dan dengan manis tersenyum.

Melihat senyuman dan panggilan manis itu membuat Zigga merasa kembali mood dan melepaskan rasa kesalnya.

"Aku hanya ingin tahu, apakah kamu masih mencintaiku seperti dulu?" tanya Zigga.

"Zigga, kamu membuat aku malu." Alle memalingkan wajahnya.

"Apa kamu menyesal pernah mencintai ku?" tanya Zigga kembali merasa sakit di dadanya karena sikap Alle yang tidak langsung berterus-terang.

"Zigga, aku membesarkan anakmu dan tidak menerima setiap ada cinta yang datang selama 10 tahun ini menurut mu apa? Aku masih sangat menyukaimu, bahkan aku sekarang sangat sangat sangat mencintai mu. I love you Zigga!" Alle dengan berani mencium bibir Zigga dengan singkat.

Zigga seketika langsung kembali mood nya membaik dan tersenyum tipis.

"Alle, kamu yang menginginkannya, jangan salahkan aku."

Zigga dengan cepat meraih pinggang Alle dan menariknya lalu menciumnya.

....