NovelToon NovelToon
Balas Dendam Sang CEO

Balas Dendam Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjar Sidik

Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.

Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.

Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Menelusuri Jejak Rahasia

Setelah kejadian di rumah tua malam itu, Riska tak pernah lagi bisa tidur nyenyak. Wajah dingin Aldo dan ucapannya yang menyakitkan terus menghantui benaknya. Setiap hari terasa semakin menyesakkan, terutama dengan berbagai tanda bahwa Aldo masih menyimpan rahasia yang tak bisa ia jangkau. Ia merasa seperti pion dalam permainan yang tak ia pahami.

Namun, meski takut, Riska tahu ia harus menemukan jawaban. Bagaimana pun, anak dalam kandungannya adalah bagian dari kehidupan yang tak bisa ia abaikan begitu saja.

“Aku nggak bisa hidup dalam ketakutan terus-menerus, Aldo,” gumam Riska pada dirinya sendiri sambil menatap bayangannya di cermin. “Aku harus tahu... kenapa dia begitu.”

Tanpa pikir panjang, Riska memutuskan untuk mendatangi kantor Aldo. Jika Aldo tak mau mengungkap kebenaran, maka ia harus mencarinya sendiri.

Di kantor Aldo, suasana tampak tegang. Semua staf seolah tahu bahwa istri CEO mereka tiba-tiba hadir tanpa pemberitahuan. Tatapan mereka penuh rasa ingin tahu, namun Riska mengabaikannya. Ia berjalan lurus menuju ruangan Aldo, hatinya penuh dengan tekad.

Ketika pintu terbuka, Aldo menoleh, tampak terkejut. Namun, raut wajahnya dengan cepat kembali dingin, seolah menutupi sesuatu yang tak boleh diketahui.

“Riska, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Aldo, mencoba mempertahankan ketenangannya.

“Aku ingin bicara, Aldo. Dan kali ini, aku nggak akan terima jawaban setengah-setengah darimu,” jawab Riska tegas, mencoba menahan getaran di suaranya.

Aldo terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Baiklah, kalau kamu ingin bicara, kita bicara. Tapi, bukan di sini.”

“Aku tidak peduli di mana kita bicara, yang penting aku mendapatkan jawaban. Aku berhak tahu, Aldo!” Riska memandangnya tajam.

Aldo menyadari bahwa Riska tak lagi takut untuk menantangnya. Untuk pertama kalinya, ia merasa berada di posisi yang sulit. Namun, ia juga tahu bahwa jika Riska mengetahui terlalu banyak, situasi bisa menjadi berbahaya – bukan hanya untuk Riska, tapi juga untuk dirinya sendiri.

“Kalau begitu, ikut aku,” Aldo memutuskan. Ia berjalan menuju lift tanpa menoleh, dan Riska mengikutinya dengan tekad bulat.

“Ke mana kita pergi?” tanya Riska, sambil melangkah di sampingnya.

“Kamu akan tahu ketika kita sampai di sana,” jawab Aldo singkat, tanpa memberikan petunjuk.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di gedung yang tampak asing bagi Riska. Gedung itu lebih kecil dan tampak tak terawat, dengan beberapa kaca yang retak dan cat yang mulai pudar. Mereka masuk ke sebuah ruangan kecil yang terasa dingin dan sunyi.

Di ruangan itu, ada sebuah papan besar yang penuh dengan foto-foto dan catatan. Mata Riska membelalak ketika melihat berbagai foto wajah yang asing, sebagian besar pria yang tampak berpengaruh. Di bagian tengah, ada sebuah foto yang membuatnya tercekat – foto seorang wanita muda yang mirip dengan dirinya.

“Siapa mereka?” tanya Riska, suaranya bergetar.

Aldo menatapnya dalam-dalam, tampak ragu untuk menjawab. “Itu adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan masa laluku.”

“Maksudmu… orang-orang ini adalah…?”

“Mereka adalah orang-orang yang aku buru selama bertahun-tahun, Riska,” jawab Aldo perlahan. “Setiap orang di papan ini terlibat dalam tragedi yang menghancurkan keluargaku. Termasuk wanita itu.”

Riska memandangi foto wanita itu. Ia semakin bingung, namun juga merasa semakin dalam terjebak dalam permainan yang tak ia pahami.

“Apa hubungannya aku dengan semua ini, Aldo?” Riska bertanya, menahan air mata yang hampir jatuh. “Kenapa kamu menikahiku jika semua ini hanya balas dendam?”

Aldo tertawa kecil, tapi tawanya terdengar getir. “Karena, Riska… kamu adalah satu-satunya yang bisa membantuku mencapai akhir dari rencana ini. Kamu memiliki akses ke hal-hal yang selama ini tak bisa kudapatkan.”

“Akses? Apa maksudmu?” Riska semakin bingung.

Aldo memandangnya dengan tatapan yang dalam dan intens. “Kamu memiliki hubungan dengan orang-orang yang menjadi targetku, Riska. Keluargamu, koneksimu… mereka semua adalah bagian dari lingkaran ini.”

Riska merasa tubuhnya gemetar. Ia tak pernah menyangka bahwa keluarganya, atau dirinya, akan menjadi bagian dari sesuatu yang begitu gelap dan rumit.

“Jadi… jadi, selama ini aku hanya menjadi alatmu?” Riska berkata dengan suara bergetar.

Aldo menghela napas berat. “Aku tak pernah berniat menyakitimu, Riska. Tapi aku harus menyelesaikan apa yang sudah kumulai. Dan jika itu berarti harus mengorbankan perasaanmu, maka begitu adanya.”

“Kamu kejam, Aldo…” air mata Riska jatuh. “Aku mungkin bisa memahami kebencianmu, tapi aku nggak bisa memahami bagaimana kamu bisa menggunakan orang lain begitu saja, bahkan istrimu sendiri.”

Tapi sebelum Aldo bisa menjawab, ponselnya berdering. Suara di seberang telepon terdengar mendesak, memanggilnya untuk segera kembali ke kantor. Ia menutup telepon dan memandang Riska dengan tatapan yang campur aduk – antara penyesalan dan ketidakpedulian.

“Aku harus pergi. Ada urusan yang lebih mendesak daripada ini,” ucap Aldo singkat.

“Kamu akan meninggalkanku di sini begitu saja?” Riska menatapnya tak percaya.

Aldo menatapnya tajam. “Ingat satu hal, Riska. Jangan coba-coba mencari tahu lebih dari yang kuberitahukan. Jika kamu mencoba menghalangi rencanaku, itu hanya akan membahayakanmu lebih dalam.”

Dengan kata-kata yang tajam itu, Aldo berbalik dan meninggalkan Riska sendirian di ruangan yang terasa semakin sunyi dan menyeramkan. Riska berdiri di sana, bingung dan terluka, merasa tak berdaya di hadapan kebenaran yang mulai terungkap sedikit demi sedikit.

Namun, saat Riska mulai melangkah keluar dari ruangan itu, ia menemukan sebuah kertas yang terjatuh di lantai, tertutupi oleh debu. Ia mengambilnya dengan tangan gemetar. Ternyata, kertas itu adalah potongan catatan dengan tulisan tangan yang menyebutkan nama seseorang yang tak asing baginya – nama orang yang selama ini ia percayai, yang ternyata menjadi bagian dari misteri besar ini.

Mata Riska membelalak, menyadari bahwa pengkhianatan ini jauh lebih dalam daripada yang ia kira.

Riska masih terpaku di ruangan asing itu, memegang secarik kertas berdebu yang barusan ia temukan. Di dalam ruangan ini, misteri tentang Aldo semakin rumit dan menakutkan. Nama yang tertulis di kertas itu terasa seperti tamparan keras – sosok yang ia kira sebagai teman, ternyata terlibat dalam rahasia gelap yang sedang Aldo kejar.

Perasaannya bergemuruh, bertumpuk antara kemarahan, kebingungan, dan ketakutan. Ia mulai menyadari bahwa setiap langkah yang ia ambil bisa membawanya lebih dalam ke dalam kegelapan yang bahkan tak pernah ia duga.

“Jadi, kamu akhirnya menemukan sesuatu, ya?” suara berat tiba-tiba memecah keheningan. Riska terlonjak dan membalikkan tubuhnya. Di ambang pintu, Aldo berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah membaca setiap reaksi di wajah Riska.

Riska mencoba menyembunyikan kertas itu di balik punggungnya. “Apa maksudmu dengan meninggalkanku di sini, Aldo?” suaranya bergetar, tetapi ia berusaha tegar.

Aldo melangkah mendekat dengan tenang, setiap langkahnya seolah membawa tekanan yang membuat Riska ingin mundur. “Aku ingin melihat seberapa jauh kamu bisa menggali rahasiaku.”

“Kenapa kamu mempermainkanku?” Riska tak mampu menahan lagi amarahnya. “Aku ini istrimu! Aku berhak tahu!”

Aldo berhenti di hadapannya, tatapannya dingin. “Hak? Apakah kamu benar-benar tahu siapa dirimu dan seberapa besar keterlibatan keluargamu dalam semua ini?”

Hati Riska serasa tercabik. Ia merasa bagaikan boneka yang dipermainkan tanpa ampun. Namun, dalam keterkejutannya, ia menolak untuk mundur. Meskipun takut, tekadnya untuk mencari kebenaran makin membara.

“Aldo, aku ingin tahu segalanya,” katanya, menatap Aldo lurus tanpa gentar.

Aldo tersenyum sinis. “Kalau begitu, bersiaplah, Riska. Karena kebenaran ini lebih gelap dari yang bisa kamu bayangkan.”

Riska menggigit bibirnya, merasakan ketegangan yang makin mencekik. “Beritahu aku. Sekarang.”

Aldo mengambil kertas dari tangan Riska tanpa perlawanan, menatap nama di atasnya. “Orang ini,” katanya pelan, “adalah salah satu dari banyak yang telah berkhianat padaku… pada keluargaku.”

Riska memandang Aldo dengan pandangan penuh pertanyaan. “Berarti… dia juga berbahaya bagiku?”

Aldo mengangguk. “Dia tahu terlalu banyak tentang keluargamu. Tentang kita.”

“Jadi, semua ini karena dendam?” Riska menatap Aldo, tak percaya dengan kedalaman kebencian di matanya.

Aldo mendekat lebih lagi, tatapannya menajam. “Bukan sekadar dendam, Riska. Ini soal keadilan yang harus aku dapatkan… atau kita semua akan hancur.”

Riska terdiam sejenak, mencoba memahami maksud Aldo. “Tapi kenapa aku terlibat? Kenapa aku?”

Aldo menarik napas panjang. “Karena kamu adalah kunci, Riska. Kamu adalah satu-satunya cara agar aku bisa mencapai mereka.”

Di saat yang sama, suara langkah terdengar dari lorong, membuat keduanya menoleh. Riska melihat siluet seseorang yang mengintai dari jauh. Sekilas, ia merasa mengenali bayangan itu. Detik itu, suasana tegang semakin terasa.

“Siapa itu?” Riska berbisik dengan rasa takut yang mulai merayap.

Aldo tampak waspada, matanya tak lepas dari bayangan yang perlahan mendekat. “Cepat, ikut aku,” ucapnya sambil menarik tangan Riska, memaksa mereka berlari ke arah pintu belakang.

“Aldo! Apa yang terjadi?” Riska setengah berteriak, bingung dengan situasi yang semakin menakutkan.

“Kita nggak punya banyak waktu untuk menjelaskan. Mereka sudah tahu kita di sini!” Aldo menjawab dengan nada mendesak.

Riska terengah-engah saat mereka keluar dari gedung, namun pikirannya penuh pertanyaan. Aldo terus menggenggam tangannya erat, membimbingnya menuju mobil. Di saat mereka sudah duduk di dalam mobil, Aldo segera menekan gas dan meninggalkan tempat itu.

“Siapa mereka?” Riska bertanya dengan napas terengah-engah.

Aldo menatapnya dengan tatapan tajam di cermin spion, lalu menjawab dengan suara rendah, “Mereka adalah orang-orang yang ingin aku balas. Orang-orang yang menginginkan kehancuran keluargaku.”

“Tapi kenapa mereka mengincarku juga?” Riska merasa kepanikan kembali melingkupinya.

Aldo mendesah. “Karena… kamu adalah bagian dari keluargaku sekarang. Dan mereka tahu, dengan mengincarmu, mereka bisa membuatku hancur.”

Keheningan melanda di antara mereka. Riska mulai mengerti bahwa dirinya benar-benar menjadi bagian dari teka-teki berbahaya ini. Di tengah ketakutannya, ia juga merasakan ada ketegangan psikologis yang mencengkeram; apakah ia bisa mempercayai Aldo, atau hanya menjadi alat dalam rencana balas dendamnya?

“Aldo… kamu janji untuk melindungiku, kan?” Riska bertanya, berharap mendapatkan sedikit kepastian.

Aldo terdiam sejenak, lalu menatapnya dengan ekspresi serius. “Aku akan melindungimu, Riska. Tapi kamu juga harus berjanji untuk tidak bertindak gegabah.”

“Aku… aku akan mencoba,” ucap Riska, meski di dalam hatinya ia merasa sulit untuk tidak mencari jawaban lebih.

Mobil terus melaju di jalanan gelap, meninggalkan gedung itu jauh di belakang. Namun, suasana tegang belum juga reda. Riska merasa, meski Aldo berada di sisinya, ada rahasia yang masih tersembunyi di balik tatapan dinginnya.

Di saat itulah, sebuah pesan masuk ke ponsel Riska. Pesan itu hanya berisi satu kalimat singkat: “Berhati-hatilah, Riska. Kamu tidak mengenal siapa Aldo sebenarnya.”

Jantung Riska berdegup kencang membaca pesan itu. Siapa yang mengirimnya? Dan apa maksud dari peringatan itu?

1
Rika Ananda
keren
🌟~Emp🌾
aku mampir 🤗 semangat terus y 💪
🌟~Emp🌾
berarti Riska udah di targetkan?
🌟~Emp🌾
terserah lah, yg penting Riska di nikahi
🌟~Emp🌾
syukurlah dia mau tanggung jawab 🤦
🌟~Emp🌾
sungguh terlalu /Sob/
Delita bae
💪💪💪👍👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!