Aurora, seorang CEO yang merupakan gadis multitalenta harus merenggang nyawa karna keserakahan tangan kanannya sendiri yang berniat merebut perusahaan yang dia bangun sejak dulu.
Ketika sebuah peluru terlepas menembus jantungnya, Dan di detik kemudian gadis itu telah berada di dunia yang berbeda.
Jiwanya menempati tubuh putri dari seorang jendral perang yang terkenal dengan sampah karna tidak mampu berkultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bereinkarnasi di tubuh yang salah
Aurora tampak menatap sekelilingnya dengan penuh tanda tanya.
Pandangan matanya tampak memperhatikan seisi ruangan yang begitu asing dimatanya.
gadis itu kemudian tersadar akan sesuatu, kemudian mengalihkan perhatiannya pada baju yang dia kenakan saat ini.
"Ini"
Gadis itu dalam keterkejutan yang luar biasa.
Ditengah rasa kebingungan yang menimpa gadis itu, bagaikan sebuah slide terasa berputar di otaknya, menayangkan kisah seorang gadis yang secara singkat bagai sebuah drama.
"Arrghhh"
Aurora tampak meringis memegang kepalanya yang terasa sakit luar biasa ketika transfer bayangan bayangan itu masuk kedalam otaknya.
Prangggg
Hingga sebuah kegaduhan terdengar, Aurora mengalihkan perhatiannya beberapa waktu, menatap seorang gadis muda dengan berpakaian tampak seperti pelayan di zaman dulu dan menatapnya dengan mata melotot.
Aurora tak begitu mempedulikannya, Dia sedang bergelut dengan rasa sakit di kepalanya dan membiarkan pelayan tersebut pergi dari sana tanpa membereskan nampan yang berisi air sebelumnya kini tertumpah di lantai.
"Arghhh sial ini begitu menyiksa"
Gadis itu mengumpat dengan keras, dia tampak mengigit bibirnya dengan cukup kuat.
Tak tak tak.
Suara langkah kaki yang cukup cepat terdengar, hingga perlahan pintu kamar di ruangan tersebut mulai terbuka, membiarkan seorang pria tua tampak berjalan masuk dengan wajah tegangnya. Terlebih ketika melihat wajah sang putri yang terlihat menahan sakit luar biasa di depan sana
"Arghhhhhhh"
Aurora menggeram, gadis itu tampak mencengkram rambutnya dengan kuat
"Putri, Biarkan saya memeriksa anda lebih dulu"
Ucap pria itu kemudian.
Aurora tidak banyak bereaksi, dia hanya berbaring mengikuti instruksi dari pria tersebut yang kini tampak begitu cekatan memeriksanya.
Dan selang beberapa waktu, Jendral Bai terlihat masuk kedalam kamar tersebut dengan raut wajah yang sama.
Dia ingin bertanya tapi mengurungkan niatnya ketika melihat tabib tua tampak memeriksa keadaan putrinya.
Melihat raut wajah putrinya yang terlihat sedang menahan rasa sakit membuatnya semakin cemas.
"Ini benar benar sebuah keajaiban"
Tabib Liu berseru dengan takjub.
"Apa yang terjadi tabib
Jendral Bai kini tak bisa menahan rasa penasarannya apa lagi melihat reaksi tabib Liu tampak begitu aneh.
"Ini, Semuanya benar benar normal, tidak ada yang salah, bahkan kondisi tubuh putri Mei benar benar sehat seperti gadis pada umumnya"
Jelas tabib Liu dengan wajah anehnya.
Terlalu sulit di percaya menurutnya, beberapa saat yang lalu dia memeriksanya dengan baik, bahkan kondisi gadis itu benar benar memburuk bahkan dia tidak yakin jika gadis itu bisa membuka matanya hingga akhir, tapi sekarang gadis itu benar benar seperti gadis normal tanpa penyakit apapun.
Apakah pemeriksaannya salah? Tapi jika iya, tidak mungkin dia salah memeriksa bertahun tahun lamanya.
Semakin di pikirkan semakin membuatnya pusing, hingga dia memilih untuk turut berbahagia karna putri Jendral hebat di negaranya kini telah sembuh.
"Kau yakin tabib Liu? Tapi kenapa putriku terlihat sedang kesakitan"
Tanya jendral Bai dengan kebahagiaan yang luar biasa namun masih merasa cemas dengan keadaan sang putri, meski merasa heran dan aneh, namun dia yakin ini adalah karunia dewa yang di berikan untuk putrinya dan dia bersyukur atas itu.
"Tentu jendral Bai, selamat atas kesembuhan putri anda"
"Dan untuk sakit di kepala putri meilan, Bisa saja terjadi akibat benturan ketika terjatuh, saya akan membuat ramuan untuk mengurangi rasa sakitnya"
"Tapi"
Tabib Liu tampak menggantung perkataannya beberapa waktu
"Tapi apa tabib?"
"Bisa saja akibat dari benturan itu menghilang beberapa memori atau ingatan di kepala putri meilan"
Jawab tabib tersebut dengan cepat.
Jendral Bai terdiam beberapa waktu, meski merasa sedih dengan hal itu. Namun ada kebahagiaan besar yang di berikan untuknya yakni putrinya benar benar bisa seperti anak pada umumnya
Jendral Bai benar benar merasakan kebahagiaan yang membuncah, bergerak memeluk sang tabib kemudian beralih memeluk putrinya dengan begitu erat.
Aurora tampak mematung, membiarkan tubuhnya kini berada dalam pelukan pria paruh baya yang saat ini berperan menjadi ayahnya.
"Meier, apa kau merasakan sakit di daerah lain lagi?"
Jendral bertanya kembali dengan penuh kasih sayang.
"Ahh tidak ayah, hanya kepalaku sedikit pusing, tapi dengan istirahat sebentar mungkin bisa sembuh"
Jawab gadis itu dengan senyum tipis, dia tiba tiba merindukan ayahnya di zaman modern.
Dia pikir mungkin dengan kematiannya dia bisa bertemu dengan ayah dan ibu angkatnya tapi ternyata salah, dia di kirim dalam dunia baru yang jelas dia belum tau apapun tentang dunia ini.
"Baiklah kalau begitu istirahatlah lebih dulu, ayah akan meminta zinzin untuk membawakan makanan untukmu"
Sahut jendral Bai kemudian.
Meilan hanya menganggukkan kepalanya, membiarkan sang ayah, tabib dan beberapa pelayan kini keluar dari kamar miliknya.
kepergian mereka membuat gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, bergerak mendekati cermin yang tidak jauh dari posisinya.
"Ini tidak buruk"
Gadis itu bergumam pelan, meskipun tidak secantik wajahnya di dunia modern namun setidaknya dia tidak pindah di tubuh gadis yang buruk rupa
Lantas gadis itu kemudian memperhatikan tubuhnya dan berdecak sebal.
"Apakah dia tidak makan, tubuhnya benar benar seperti tulang yang tidak di beri makan dalam satu minggu"
Gerutu gadis itu dengan sebal.
Namun matanya tidak sengaja menatap sesuatu di balik lengan kanannya.
Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, tampak seperti sebuah luka yang kering membuat gadis itu semakin penasaran dan mulai menggaruknya secara perlahan.
"Ini?"
Gadis itu tersenyum sebentar.
"Apakah gadis berfikir untuk membuat tato"
Dia tertawa terbahak bahak.
"Burung? Apakah dia tidak memiliki referensi gambar tato yang lebih keren dari burung Phoenix? Benar benar tidak keren"
Lanjut gadis itu yang masih terkekeh
Tok tok tok
Meilan membalikkan badannya tampak seorang pelayan bergerak masuk membawa nampan di tangannya.
"Ini makan siang anda putri"
sahut pelayan tersebut
"Letakkan di situ, Lalu keluarlah aku ingin sendiri untuk malam ini"
Ucap gadis kemudian.
"Baik putri"
Dan kini hanya tinggal Meilan yang kini berada dalam kamar tersebut, dia memilih menyantap makanan miliknya dengan cepat.
Setelah selesai dengan kegiatannya, gadis itu memilih berselonjoran di tempat tidur yang berselonjoran kaki menatap atap kamarnya dengan bosan.
Dia merenung beberapa waktu, menurut dari ingatannya kini dia hidup di dunia dimana kekuatan berada di atas segalanya, dan pembantaian bukanlah hal yang salah, itu sesuatu hal yang wajar.
Dan sialnya gadis itu malah bereinkarnasi di tubuh gadis dengan kondisi kesehatan yang buruk, jangankan berkultivasi berjalan pun dia tidak bisa melakukannya dalam waktu yang lama.
Meilan menghela nafasnya, Kini dia harus mencari cara agar meningkatkan kekuatannya secepat mungkin tidak peduli dengan cara apapun.
Namun meski begitu dia merasa tertantang menaklukkan dunia baru ini.