"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Bella Pingsan
Bella menangis dalam diam saat cairan hangat itu mengisi rahimnya untuk kedua kali. Cengkraman di pinggang Bella mengendur seiring cucuran keringat dari ujung rambut Leo menetes di pipi Bella.
'Sial! Apa yang sudah aku lakukan?' batin Leo tersadar.
Lampu tiba-tiba kembali hidup, Bella yang masih merasakan nyeri di pangkal paha, Leo dorong kasar tanpa belas kasihan. Pria itu cepat-cepat menaikan resleting celana jeans sepaha nya.
"Keluarlah," ujar Leo tak mau menatap Bella.
Dimana dress adik iparnya itu terdapat robekan besar bagian dada serta bercak kemerahan maha karyanya.
"Kenapa kak?" tanya Bella nanar.
Sungguh, sebagai seorang istri, Bella merasa gagal menjaga kehormatannya.
Mata Leo berubah tajam. Kentara tidak suka pada pertanyaan Bella.
"Lupakan malam ini. Anggap saja, aku khilaf."
Airmata Bella berjatuhan tak terbendung. Leo berbicara segampang itu, seolah Bella sama dengan wanita malam di luaran sana. Bersama Adam saja, Bella membutuhkan satu bulan untuk meyakinkan diri.
"Tidak sesederhana itu kak. Bagaimana jika aku hamil karena ulah kakak?"
Deg!
Leo sempat tertegun namun ia tersenyum sinis setelahnya.
"Mustahil kau hamil benihku karena di rahim mu juga ada benih pria lain. Sekalipun benar, aku tidak akan mengakuinya."
Serasa ada pisau tajam mengiris hati Bella. Tidak ia sangka ternyata rumor tentang Leo yang begitu kejam dan tak punya hati nyatanya benar. Bella benar-benar ketakutan, jika sampai Adam mengetahui perbuatan hina ia dan Leo ini.
"Aku pastikan Adam tidak akan tahu hal ini. Kecuali, mulutmu sendiri yang buka suara," ucap Leo seolah tahu isi pikiran Bella.
"Sekarang pergi!"
Bella berusaha berdiri, kedua lututnya bergetar. Sekuat tenaga ia menahan perih di area sensitifnya. Leo menatap punggung mungil yang menjauh itu dengan pikiran bercabang.
"Aku harap mahluk itu tidak berkembang di perutmu," gumam Leo tak terdengar Bella.
Pria itu sadar ada kemungkinan benihnya berkembang apalagi Leo tidak mengunakan pengaman.
Bodyguard setia Leo berlari tergopoh memasuki lift, Revan Erlangga berusia 25 tahun.
"Astaga Tuan, saya mencari anda di seluruh sudut mansion ini. Tidak tahunya anda ternyata berada disini."
Leo tak mendengar perkataan Revan, mata tajamnya fokus menyusuri setiap lekuk kotak persegi itu.
"Revan, berikan aku rekaman di dapur dan hapus rekaman dalam lift hari ini."
"Siap laksanakan Tuan. Tapi ada apa, Tuan?"
Rahang Leo mengetat.
"Ada seseorang yang sengaja menjebak ku. Temukan dia dan bawa ke hadapanku."
Disisi lain, Bella berjuang menapaki anak tangga satu persatu. Kamarnya di lantai dua berhadapan dengan kamar Leo. Baru membuka pintu, Bella mendengar obrolan suaminya lewat telpon dengan seseorang. namun membuat Bella membeku, perkataan tercetus dari bibir Adam.
"Jangan khawatir, satu bulan lagi akan aku ceraikan udik itu. Tidak berguna! Leo ternyata tidak menyukainya. Aku kira dulu, Leo hanya berpura-pura makanya aku bersedia menikahinya. Lagian dia juga mandul!"
'Ya Tuhan, kejam sekali bicaramu mas. Apa kau tidak memikirkan jika aku mendengar perkataanmu itu,' batin Bella semakin nelangsa.
"Aku janji sayang, hanya kamu yang cocok jadi nyonya Adam. Apalagi kamu sudah mengandung darah dagingku."
"Mas Adam, selingkuh?"
Bella mundur tanpa sengaja menabrak pot bunga. Pintu yang tidak tertutup membuat Adam mendengar keributan itu.
"Sayang, nanti lagi aku telpon."
Adam menutup panggilan sepihak, menghiraukan protes dari seberang sana. Pria berambut coklat itu, berlari ke arah pintu sambil memasukan ponsel di saku celana.
Bella yang meluruh di dinding membuat wajah datar Adam semakin datar.
"Darimana aja lo? Pulang-pulang udah kayak gembel. Rambut berantakan, baju robek. Melacur dimana, hah?!"
'Benar, aku memang serendah itu.'
Karena kesal Bella tak kunjung menjawab, Adam menarik rambut depan Bella hingga Bella terdongak. Leo baru keluar dari lift dengan Revan menyaksikan aksi kdrt itu. tanpa siapapun sadari, wajah Leo menyiratkan kemarahan besar.
"Punya mulut itu jawab! Jangan diam kayak orang bisu, Bella. Nggak sadar punya suami malah asik sendiri keluyuran di luaran sana. Beruntung gue tahan dengan lo yang gak guna ini!"
"Sakit mas ... Bukannya mas tadi ninggalin aku tanpa kasi uang sepeser pun? Aku jalan kaki mas dari rumah sakit kesini," ucap Bella sesenggukan.
Perlakuan seperti ini sudah sering Bella dapat dari Adam. Berhubungan intim saja, punggung Bella pasti penuh oleh bekas cambukan pagi harinya.
Ya, Adam menyukai seks keras.
"Alah, itu bukan alasan buat lo pulang malam! Sekarang masuk! Layani gue!"
Wajah Bella berubah pucat pasi. Sempat itu terjadi, Adam akan melihat tanda di buat Leo. Bella semakin meremas erat menyatukan robekan kain di dadanya.
"Jangan sekarang mas, aku sedang tidak enak badan."
Bella tidak berbohong, tubuhnya memang begitu letih.
Napas Adam memburu kesal mendengar itu.
"Gue gak peduli! Lo sebagai istri nurut sama suami. Gue udah siapin baju buat lo dinas. Bersihin tubuh lo dan turutin kata gue!" bentak Adam bergema.
Bella tetap menggeleng tak mau.
"Mas, aku mohon sekali ini aja. Besok aku janji, akan turutin mau mas."
Bella di ambang ketakutan. Usia Adam masih 19 tahun membuat pemuda beristri itu sering marah meledak-ledak.
"Bodoh amat! Itu udah resiko lo sebagai istri!" Adam tak kalah kekeh.
Rasa marah di hati Bella mencuat, Adam sudah berselingkuh lalu memakainya seperti binatang. Bella tak tahan lagi.
"Lalu bagaimana dengan perempuan yang berbicara denganmu di telpon tadi? Kau mencintainya kan mas, sampai-sampai dia mengandung? Kenapa tidak dia saja yang kau suruh memuaskan napsu besar mu--"
Perkataan Bella terhenti karena Adam yang luar biasa emosi membenturkan cukup kuat belakang kepala Bella di dinding. Namun, seseorang memelintir tangan Adam hingga pemuda itu mengaduh.
"Ngapain lo ikut campur lumpuh?! Lo suka sama dia? Sial, sakit!"
Leo semakin memperkuat cengkeramannya. Tulang Adam serasa akan remuk. Meski beraktivitas di atas kursi roda, Leo tidak pernah alpa melatih otot-otot tubuhnya. Tidak heran, setiap hari tubuhnya semakin kekar saja.
"Tidak mencintainya bukan berarti kau bebas menyiksanya! Memperlakukan dia seperti binatang padahal bintang sesungguhnya adalah dirimu!" kecam Leo.
"Bangsat! Tangan gue sakit! Suka-suka gue istri punya gue. Harusnya lo malu ikut campur rumah tangga orang lain! Oh lupa, lo kan bujang lapuk. Tunangan juga udah mati. Mana ngerti rasa surga dunia!" ejek Adam.
Leo mendorong Adam hingga nyaris tersungkur. Meski tidak melihat secara langsung kejadian di lift namun rasa yang dialami Leo, benar-benar melekat di memorinya.
Benar, Bella adalah yang pertama untuk Leo.
Adam mengibaskan angkuh jaket kulitnya. Seakan Leo itu biang bakteri. Adam menunjuk Bella yang memijit dahi.
"Lo mau dia, lumpuh? Ambil aja itu bekas gue. Masih rapat kok. Gak perlu drama jadi pahlawan kemalaman, basi! Bentar lagi juga gue bakal buang dia!" kata Adam mengentengkan lalu melangkah pergi.
Karena Adam yakin, Bella memang mandul. Otomatis, jika Leo memungutnya, tidak akan menghasilkan apapun.
Leo akan menjalankan kursi roda untuk mengejar Adam. Tidak jadi, karena panggilan Revan. Dalam pelukan bodyguardnya itu, Bella terlihat tak berdaya.
"Tuan, nona Bella pingsan!"
Timbul rasa aneh di hati Leo. Pria berambut hitam legam itu tanpa sadar menyorot sangat tajam Revan yang bersentuhan langsung dengan Bella.
"Berikan padaku!"
Revan walau teramat bingung, meletakan Bella di atas pangkuan Leo.
"Panggil dokter dan suruh seorang maid ke kamarku," perintah Leo lalu menjalankan kursi rodanya memasuki kamarnya sendiri tanpa menunggu jawaban dari Revan.
"Lah, Kenapa ke kamar Tuan Leo? Ini kan kamar nona Bella?" ucap Revan berbicara sendiri menunjuk pintu kamar Adam. Merasa aneh pada tingkah tuannya itu.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️