Dinda harus menulikan telinga ketika ia selalu disebut sebagai perawan tua karena di usia yang sudah menginjak 36 tahun tak kunjung menikah bahkan tidak ada tanda-tanda dia punya pacar hingga membuat spekulasi liar bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis! Dinda geram dengan ocehan orang-orang tak tahu menahu soal hidupnya hingga akhirnya semesta memertemukan dia dengan Alexander Dunn, seorang brondong berusia 25 tahun dari Skotlandia yang kebetulan saat itu menginap di hotel yang sama dengannya. Apa yang akan terjadi pada hidup Dinda selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengulik Masa Lalu
Dinda masuk ke dalam sebuah kamar yang ditunjukan oleh Alex padanya. Di dalam kamar ini, Dinda bisa melihat beberapa foto milik sang suami yang terpasang di dinding maupun meja belajar. Dinda meraih satu foto yang ada di atas meja belajar Alex dan memerhatikan foto tersbeut dengan lekat. Di foto itu nampak Alex yang masih berusia muda tengah bersama seorang wanita namun itu bukan Helen.
"Dia adalah mamaku."
Ucapan Alex barusan belum membuat Dinda paham hingga pada akhirnya Alex mulai menceritakan kisah hidupnya yang selama ini ia pendam seorang diri. Rupanya dulu mamanya Alex adalah istri siri dari tuan Dunn diawali dari tuan Dunn yang datang ke Indonesia dan langsung jatuh hati pada mendiang mama Alex hingga mereka kemudian memutuskan menikah siri dan mamanya Alex diboyong ke negara ini namun sayang justru Helen mengetahui hal itu dan kemudian Helen merencanakan sesuatu hal yang buruk pada mendiang mamanya.
"Wanita itu sengaja membunuh mamaku, dia menenggelamkan mamaku di sungai."
Dinda tercekat dengan penuturan Alex barusan, ia tak tahu harus mengatakan apa pada sang suami oleh sebab itu ia hanya diam membiarkan Alex bercerita atau bahkan berkeluh kesah padanya karena selama ini sepertinya Alex adalah orang yang suka memendam semuanya seorang diri.
"Semenjak mamaku meninggal dunia, aku tinggal di mansion ini. Aku pikir aku akan bisa mendapatkan kehangatan sebuah keluarga di rumah ini namun nyatanya aku salah, wanita itu sangat membenciku karena aku adalah anak istri siri papaku. Sewaktu kecil aku tidak paham kenapa aku dibenci olehnya padahal aku tak pernah nakal atau membuat ulah dengan kedua saudaraku namun nyatanya itu tidak cukup untuk membuatnya mau menganggapku sebagai anaknya. Memangnya siapa yang mau menganggap anak dari wanita yang sudah merusak rumah tangga orang lain?"
"Kapan kamu mengetahui fakta ini?" tanya Dinda yang memang sejak tadi mulutnya sudah gatal sekali untuk bertanya namun selalu ia tahan.
****
Helen berkacak pinggang di depan tuan Dunn, setelah 5 tahun menghilang dari rumah ini dirinya berpikir bahwa selamanya tak akan pernah bertemu lagi dengan Alex yang selalu saja mengingatkannya dengan mendiang Mariana, sang istri siri tuan Dunn namun nyatanya Alex malah tiba-tiba kembali membawa istrinya ke rumah ini. Helen tak rela jika sang suami akan memberikan saham atau bahkan perusahaan pada Alex walau pria itu tetap anak kandung sang suami dari wanita lain.
"Alex dan istrinya baru saja tiba dari perjalanan jauh dan kamu sudah bersikap kurang ajar."
"Aku? Bersikap kurang ajar? Lalu Mariana bagaimana? Apakah dia tidak kurang ajar karena sudah menggoda suami orang?!"
"Dia tidak salah! Aku yang salah karena saat itu aku mencari pelampiasan akibat sifat burukmu ini!"
Helen tertawa sumbang mendengar pembelaan sang suami, Helen menggelengkan kepala dan tetap saja ia panas dan marah saat tahu sang suami berselingkuh dengan Mariana 25 tahun yang lalu dan hasil hubungan itu membuat Alex lahir ke dunia.
"Bagaimanapun juga Alex adalah anak kandungku dan aku sebagai papanya merasa bertanggung jawab atas kehidupannya kelak."
"Lalu bagaimana dengan anak-anakku? Apakah kamu akan mencampakan mereka demi anakmu dengan wanita itu?!"
"Tentu saja tidak, aku tak akan pernah melupakan mereka. Mereka juga anak-anakku."
****
Dinda tak menyangka kalau kehidupan masa lalu Alex begitu rumit dan ia jadi paham alasan Alex melarikan diri ke Indonesia dan berprofesi menjadi seorang model. Alex masih sedih dan terbayang dengan mendiang sang mama dan Dinda jadi tidak tega sendiri melihatnya, Alex sudah tidur karena kelelahan sambil memeluk foto sang mendiang mamanya dan Dinda sama sekali tidak bisa memejamkan matanya.
"Aku lapar sekali, tapi masa aku ke dapur sendirian tanpa Alex? Bukannya itu nggak sopan?"
Dinda hendak membangunkan sang suami namun melihat wajah damai Alex yang tengah tertidur membuat Dinda enggan melakukan itu. Dinda pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke dapur sendiri saja mencari sesuatu untuk ia makan dan kalau ia tidak boleh makan di mansion ini maka ia akan cari makan di luar saja.
"Dinda, di mana Alex?" tanya tuan Dunn yang membuat Dinda terperanjat kala berjalan menuju dapur.
"Dia sudah tidur karena kelelahan dalam perjalanan, Tuan," jawab Dinda.
"Tuan? Jangan panggil aku Tuan, aku ini mertuamu sekarang."
Dinda hanya tersenyum tipis mendengar ucapan tuan Dunn barusan, mertuanya ini nampak baik dan ia merasa sungkan sekali padanya.
"Apa yang kamu lakukan seorang diri di sini?"
"Saya lapar, mau membuat sesuatu di dapur kalau diizinkan."
"Pelayan masih menyimpan sajian makan malam tadi untukmu dan Alex, kamu bisa minta mereka untuk memanaskan makanan itu atau suruh saja buat yang baru."
****
Sementara itu di Jakarta, sore ini Afif sesekali melirik arloji yang ada di tangannya. Ia tengah menunggu seseorang yang bekerja di gedung yang berada di sebelahnya ini. Afif ada di dalam mobil sengaja mengamati keadaan dari sini baru nanti saat orang yang ia tunggu terlihat di depan mata, ia akan segera turun dan menghampiri. Setelah beberapa saat menunggu pada akhirnya Afif bisa melihat sosok yang sejak tadi ia tunggu muncul juga. Tanpa buang waktu, Afif turun dari dalam mobilnya dan menghampiri sosok itu.
"Melvin."
Melvin melirik ke arah sosok Afif yang memanggil namanya. Melvin dan Afif pernah beberapa kali bertemu saat Afif masih menjalin hubungan dengan Dinda namun sayang sebelum Dinda memperkenalkan Afif pada sang bunda, Dinda sudah keburu tahu bahwa Afif sudah memiliki istri.
"Mau apa kamu di sini?"
"Bisakah kita bicara sebentar di dalam mobilku? Aku akan mengantarkan kamu pulang sekalian juga."
Melvin nampak berpikir sejenak sebelum pada akhirnya Melvin menyanggupinya. Tentu saja Afif tersenyum dan mempersilakan Melvin masuk ke dalam mobilnya, perlahan mobil itu melaju dan mulai meninggalkan area kantor Melvin.
"Katakan padaku apa yang sebenarnya mau kamu bicarakan."
****
Afif nampak ragu pada awalnya untuk mengatakan ini namun ia kemudian memberanikan diri pada Melvin untuk bertanya mengenai kabar Dinda yang katanya sudah menikah dengan Alex.
"Apakah benar kalau Dinda sudah menikah dengan brondong?"
"Iya, kakakku memang sudah menikah. Apakah ada masalah dengan itu?" jawab Melvin tegas.
"Ah tidak, hanya saja apakah kamu tahu bahwa Dinda benar-benar mencintai brondong itu? Maksudku ini terlalu mendadak, tiba-tiba saja dia memutuskan menikah dengan brondong sangat tidak masuk akal sekali. Dia mencintaiku bahkan sangat mencintaiku, apakah dia sengaja melakukan ini untuk membuat aku cemburu?"
Melvin tertawa mendengar ucapan Afif barusan yang membuat Afif heran karena ia sama sekali tidak membuat lelucon.
"Sudah aku duga rupanya kamu sengaja mengajakku bicara di sini dan mengantarkan aku pulang supaya bisa mengorek informasi soal kakakku. Dengarkan aku, kakakku sekarang sudah bahagia dengan suami brondongnya jadi jangan berasumsi yang bukan-bukan dan apa katamu barusan, kakakku masih mencintaimu? Percaya diri sekali kamu. Kakakku sangat membencimu karena kebohonganmu."