Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 SEPI
Karena aku belum yakin, aku mencoba membuka beberapa akun miliknya yang lain. Ternyata hasilnya tetap sama, tidak ada video yang ia upload sama sekali ke media sosial, bahkan postingan terakhir yang ia unggah itu sekitar satu tahun yang lalu itu juga foto keluarga kami saat berlibur di luar negeri.
Karena tak menemukan apapun di akun milik Siska, aku langsung merebahkan diriku di atas ranjang dan memijit keningku yang sudah mulai pusing.
Aku baru sadar, jika Siska dari dulu tidak terlalu menyukai media sosial. Bahkan ia jarang sekali menggugah sesuatu ke akun miliknya karena dia tidak ingin orang lain mengetahui semua tentang keluarganya.
Betapa bodohnya aku, baru menyadari kalau ucapan Ibu memang benar, bahwa bukan Siska lah yang menyebarkan video tersebut. Lebih parahnya lagi aku sudah membuat sebuah fitnah kepada istriku sendiri.
Ya, Tuhan. Apa yang harus kulakukan, padahal aku sudah menuduh dia tanpa bukti hingga membuat dia benar-benar kecewa.
Pantas saja, ketika aku bertanya mengenai perihal video tersebut dia tidak mengetahui karena memang dia tidak mengupload video tersebut ke media sosial, bahkan yang katanya Siska menjual barang-barang perabotan milik Rahma pun tidak terlihat di akun miliknya sepertinya Siska menjual perabotan itu di akun teman-temannya.
Kenapa rasa penyesalan ini harus datang belakangan, aku jadi ingat kata-kata ibu beberapa waktu yang lalu. Syukur-syukur kalau Siska tidak meminta cerai. Jujur saja aku benar-benar takut jika harus berpisah dengan Siska dan juga Angga, lalu apa maksud Siska agar aku harus menyiapkan mental kalau bukan perihal video tersebut.
saat mata ini Tengah fokus dengan akun milik Siska tiba-tiba saja Rahma menelponku kembali.
"Mas, kamu di mana?"
"Aku lagi di rumah."
"Loh, kenapa di rumah? Kamu enggak mau ke sini jemput aku?"
"Memang kenapa lagi?"
"Aku mau kembali ke rumah kita, aku enggak tahan tinggal rumah ibu, Mas."
"Kalau kamu kembali ke rumah di kompleks, kamu mau tidur di mana? Sedangkan kasur di rumah saja tidak ada."
"Tapi aku sudah enggak tahan tinggal sama ibu, Mas. Aku mau pulang. Kamu bilang dong sama istri tua kamu, kembalikan barang perabotan yang dia rampas. Aku sempat melihat ada beberapa akun yang menjual barang-barang milik kita ke marketplace dengan harga yang sangat miring, padahal kamu beli barang-barang itu kan harganya cukup mahal."
"Kayaknya aku nggak bisa deh mengembalikan barang-barang perabotan kita. Siska sudah menjual semuanya."
"Terus kamu nggak berbuat apa-apa gitu? Kamu pasrah aja dengan keadaan ini? Kalau memang barang perabotan tidak bisa kembali. Lalu bagaimana dengan rumah kita? Apa aku masih bisa tinggal di sana sedangkan ibu-ibu komplek yang di sana saja sudah menyuruhku untuk pergi ke tempat lain, jujur ya Mas aku sudah tidak tahan dengan keadaan seperti ini aku ingin sekali hidup dan tinggal bersama kamu, Mas."
"Tolong, jangan terlalu menekanku atau menuntutku dengan permintaanmu kamu, saat ini aku sedang mengalami masalah."
"Kalau saja istri tuamu tidak melakukan sesuatu yang keterlaluan, mungkin hidup kita masih damai damai saja, lebih baik kamu ceraikan saja Dia! Buat apa kamu mempertahankan istri yang suka membongkar aib suaminya dengan cara menyebarkan video kita berdua di media sosial, apa dia tidak malu jika video tersebut menjadi bahan olok-olokan orang-orang!"
"Hentikan omong kosongmu! Tidak ada kata perceraian antara aku dan Siska, asal kamu tahu ya. Yang menyebarkan video kita waktu itu bukanlah Siska, sebelum kamu mengucapkan seperti itu seharusnya kamu mencari bukti dulu bukan asal tuduh seperti itu. Gara-gara ucapanmu aku jadi menuduh Siska yang bukan-bukan!" geramku tak kuasa menahan emosi.
"Aku nggak menuduh, Mas. Kalau bukan Mbak Siska, siapa lagi. Aku yakin sekali kalau itu ..."
"Cukup! Jangan diteruskan kata-katamu itu, Aku tidak mau lagi mendengarnya."
"Lalu aku harus bagaimana, Mas? Aku sudah tidak bisa lagi tinggal bersama ibu apalagi di rumah ini sudah ada keluarga yang lain bahkan untuk tidur pun aku sangat kesulitan aku mau pulang saja ke rumah bersama kamu aku terdiam sejenak jika dibiarkan seperti ini aku begitu kasihan dengan Rahma karena aku selalu saja menyuruh dia untuk bersabar Bagaimana ya aku memberitahukan dirinya kalau aku tidak bisa memberikan rumah itu kepadanya karena aku tidak bisa lagi membayar angsuran rumah tersebut aku yakin sekali Siska tidak akan memberikan aku uang untuk rumah itu
"Begini saja, tunggulah sebentar lagi aku akan membicarakan ini kepada Siska agar kamu bisa tinggal bersama di rumahku."
"Kamu serius, Mas. Kamu lagi nggak bercanda kan?" ujar Rahma begitu bahagia.
"Iya aku serius, tapi kamu harus bersabar ya tidak mungkin aku langsung membawamu ke rumah tanpa bertanya dulu kepada istriku."
"Kalau bisa yang cepat ya, Mas. Aku bener-bener nggak bisa tinggal di rumah ibu." Karena tak ada lagi pembicaraan yang harus dibahas aku langsung mematikan sambungan teleponnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, tetapi Siska dan juga anakku belum pulang ke rumah aku mencoba menghubunginya melalui ponsel namun tidak pernah diangkat, bahkan pesanku selalu diabaikan olehnya.
Aku benar-benar merasa bersalah karena sudah menuduh dia tanpa adanya bukti. Kenapa aku begitu ceroboh dan langsung percaya dengan ucapan Rahma bahwa bukan Siska lah pelakunya buktinya akun miliknya sepi tidak ada foto atau sebuah video yang ya upload di media sosial.
lalu Siapa yang menyebarkan video itu apakah ada salah satu pelanggan Resto waktu itu yang menyebarkan videoku waktu itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam Siska dan Anakku belum juga kembali ke rumah aku begitu khawatir dengan mereka berdua kenapa belum pulang ke rumah berkali-kali aku menghubunginya tetapi hasilnya nihil
Apa Siska pulang ke rumah orang tuanya ya pikirku dalam hati, kalau memang benar dia pulang ke rumah orang tuanya. Apakah aku harus menjemputnya tapi aku belum siap bertemu Siska di rumah orang tuanya aku benar-benar takut dengan ayah Mertuaku yang begitu tegas.
Lebih baik aku biarkan saja Siska pulang ke rumah orang tuanya setidaknya di sana dia bisa menenangkan dirinya.
...****************...
Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, aku terbangun dengan badan yang begitu lelah. Aku menoleh ke arah samping. Kukira Siska sudah pulang dan tidur di kamar ini, nyatanya kasur ini masih kosong melompong tanpa dirinya.
setelah meregang tubuh aku langsung bersiap-siap mandi dan tak lupa Sebelum beraktivitas aku lebih dulu sarapan
Setelah semuanya selesai, aku langsung menyiapkan semuanya. Biasanya, pagi ini Siska selalu menyiapkan sarapan tapi tidak kali ini rumah begitu sepi tanpanya, baru saja Aku ingin memasukkan makanan ke dalam mulut tiba-tiba ponselku bergetar
"Halo, kenapa?"
" ... "
"Apa?"
Tanpa pikir panjang aku langsung datang ke Resto , barusan mendapatkan kabar dari salah satu karyawanku bahwa Resto tengah mendapatkan masalah akibat videoku yang beberapa hari itu viral.
Tak lupa aku memakai masker untuk menutupi wajahku, jujur saja aku begitu malu dengan pandangan orang ketika videoku sudah tersebar ke mana-mana aku benar-benar malu dan tidak berani menampakkan wajah dihala yang umum.
Sesampainya di restoran aku langsung menemui Siska ternyata ia tengah melakukan meeting dengan semua karyawan dan untuk sementara restoran ini tutup.
menceritakan wanita kuat.
recommended banget
bodoh yg berkepanjangan sekarang rasakan akibatnya