Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Dimas pulang ke rumah Anna setelah semalam melewati malam panjang bersama Lisa. Dia keluar dari dalam mobil dan langsung saja masuk ke dalam rumah.
Dimas memang pagi-pagi sekali pulang ke rumah Anna. Dia ingin sarapan bersama istri pertamanya. Dimas langsung saja menuju dapur. Perutnya sudah sangat lapar.
Lisa istri keduanya tidak sempat untuk membuat sarapan. Lisa masih tertidur karena aktifitas panas yang mereka lakukan. Dimas tidak melihat Anna maupun hidangan di meja makan.
Biasanya di jam segini Anna sudah menyiapkan sarapan untuknya. Dimas lalu beranjak menuju kamar tidur. Dia memutar knop pintu. Dimas mengeleng sebab istrinya masih tertidur pulas.
Dimas duduk di tepi ranjang. Dia elus puncak kepala istrinya. Dimas juga mengecup kening Anna. Dimas membelai wajah Anna yang masih terlihat sembab.
Sudah di pastikan istrinya itu menangis sampai semalaman. Sungguh tega Dimas telah menduakan cinta Anna. Cinta wanita yang telah memberi segalanya hanya untuk Dimas.
Anna mengeliat dari tidurnya. Dia mengerjap dan membuka matanya perlahan. Anna melihat wajah suaminya berada persis di hadapanya. Anna memperhatikan seksama wajah dan tubuh Dimas.
Hati Anna teriris melihat bekas ciuman Lisa di leher Dimas. Suaminya itu sudah melewati malam panjang bersama istri barunya. Di saat istri pertama terluka, suaminya menikmati surga dunia bersama istri kedua.
"Kapan kau pulang?" tanya Anna.
"Baru saja," jawab Dimas.
Anna langsung saja turun dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi. Kebiasaan mencium Dimas di pagi hari tidak di lakukan Anna. Dimas mengerti mungkin Anna masih marah padanya.
Anna keluar dari kamar mandi. Dia lalu keluar kamar dan beranjak menuruni anak tangga. Anna pergi ke dapur untuk membuatkan Dimas sarapan.
Anna berkutat dengan bahan-bahan masakan. Dia tampak fokus dengan setiap pekerjaan yang dia lakukan. Anna juga membuatkan secangkir kopi untuk Dimas.
Dimas turun dengan pakaian kantor yang sudah rapi. Dia menarik kursi dan duduk. Anna lalu melayani Dimas dengan mengambilkan sarapan untuknya.
Anna langsung saja kembali ke atas. Dia pergi mengambil tas kantor dan juga dasi Dimas. Suaminya itu memang tidak bisa memasang dasi sendirian.
Dimas makan dengan lahap masakan yang di buat istrinya. Inilah mengapa Dimas jatuh cinta pada Anna. Selain cantik, Anna juga bisa memuaskan perutnya. Dimas sebisa mungkin hanya makan masakan yang di buat Anna.
Anna turun dari tangga dengan membawa dasi dan tas kantor Dimas. Dia meletakan itu semua di atas kursi sofa. Anna kembali ke dapur untuk menyiapkan bekal makan siang untuk Dimas.
"Ann ... siapkan juga bekal untuk Lisa. Aku ingin dia bisa memasak seperti dirimu," kata Dimas.
Anna hanya diam mendengar titah dari suaminya. Anna tetap melaksanakan perintah Dimas dengan membawakan bekal untuk Lisa juga.
Anna meletakan dua rantang di hadapan Dimas. "Warna biru untukmu dan yang warna pink untuk ja**ngmu."
"Cukup Ann ... dia istriku juga," bentak Dimas.
Anna memutar mata malas. "Selesai sarapan pergilah. Kamu minta pakaikan saja dasi dengan istri barumu."
Anna melangkah pergi, dia tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. "Oh ... tutupi bekas ciuman istrimu itu."
Anna lalu melangkah menaiki anak tangga. Dimas kaget akan hal itu. Dia lupa akan tanda yang ada di lehernya. Dimas menatap nanar kamar atas. Dia telah menyakiti hati istrinya.
Dimas lalu membawa dua rantang makanan itu ke dalam mobil. Dia juga membawa dasi dan tas kantornya. Dimas menyalakan mesin dan berlalu dari sana.
Anna melihat seluruh wajah dan tubuhnya. Dia lalu membuka ikatan rambut yang selalu dia cepol ke atas. "Apa aku tidak menarik lagi. Sampai suamiku berpaling dariku."
Air mata mengenang di pelupuk matanya. Sungguh sakit rasanya di duakan. Apa lagi melihat tanda bekas percintaan suaminya sendiri. Hatinya begitu perih, begitu sesak.
Anna memukul-mukul dada untuk menghilangkan rasa sakit hatinya. Dimas bahkan meminta Anna untuk menyiapkan bekal untuk Lisa. Apa Dimas tidak mengerti perasaanya. Hanya dengan menyebut nama Lisa saja sudah membuat hati Anna teriris.
Anna mengambil pakaian ganti. Dia ingin pergi ke suatu tempat. Sudah lama Anna tidak pergi ke sana. Anna mengambil kunci mobil dan tas. Dia segera turun menuju mobilnya.
Anna melajukan mobilnya ke salon sahabatnya. Dia ingin memotong rambut panjang yang menghiasi kepalanya. Dia juga bertekad akan mewarnai rambut hitamnya.
Selama ini Anna memanjangkan rambutnya hanya untuk Dimas. Suaminya itu sangat menyukai rambut hitam dan panjang Anna. Sekarang Anna akan menjadi dirinya yang sebenarnya. Dia akan melakukan apa pun sesuai keinginan hatinya.
Mobil Anna sampai di tujuan. Dia keluar lalu segera masuk ke dalam salon. Anna di sambut hangat oleh sahabatnya.
"Anna ... sudah lama kita tidak bertemu," ucap Tere.
Anna memeluk sahabat baiknya itu. "Tere ... aku sangat merindukan kamu."
"Aku juga," ucap Tere.
Tere menatap selidik Anna. "Ada apa Ann?"
"Tere ... aku ingin mengubah rambutku. Aku bosan dengan potongan rambut panjang dan hitam," ucap Anna.
Tere melepas ikatan rambut Anna. Rambut sahabatnya itu memang indah. Hanya saja potongannya terlalu kuno.
"Rambutmu sangat indah. Kamu yakin akan memotongnya?" tanya Tere.
"Potong saja sedikit, ini terlalu panjang," kata Anna.
Tere mengerti apa yang di inginkan sahabatnya itu. Tere lalu menyuruh Anna untuk duduk di kursi. Dia mulai melakukan pekerjaannya. Tere juga mewarnai rambut Anna dengan warna kecoklatan.
"Anna ... bagaimana, kamu suka hasilnya?" tanya Tere.
Anna tersenyum puas melihat hasil karya dari Tere. Rambutnya sudah terurai dengan cantik. Tere memberi sentuhan curly di bagian bawah rambutnya. Anna sudah bisa menguraikan rambutnya. Dia tidak harus seharian mengikat rambut panjangnya.
"Tere ... makasih banyak. Aku sangat puas dengan hasilnya."
"Kamu itu sangat cantik. Dimas pasti makin cinta sama kamu," kata Tere.
Anna memaksakan tersenyum akan ucapan Tere. "Tentu saja ... aku pamit pulangnya. Makasih sekali lagi."
Anna dan Tere saling berpelukan. Tere melambaikan tanganya saat Anna sudah masuk ke dalam mobil dan melaju membelah jalan raya.
"Andai ... kamu tahu yang sebenarnya, Tere," lirih Anna.
Anna lalu melajukan mobilnya menuju butik tempat dia bekerja.
Jam istirahat kantor sudah tiba. Pasangan suami istri itu tengah duduk di kantin untuk makan bersama. Dimas memberi rantang makanan berwarna pink pada Lisa.
"Lisa ... ini, makanlah bekal yang di bawakan Anna," ujar Dimas.
Dimas sudah membuka rantang makanya dan makan dengan lahap. Lisa memperhatikan Dimas yang makan dengan sangat lahap dan nikmat.
Lisa membuka rantang makan berwarna pink. Dari penampilanya, makanan itu sangat mengiurkan dan terasa lezat. Lisa lalu menyendokan nasi berserta lauk ke dalam mulutnya.
Lisa membelalak lalu memuntahkan makanan yang berada di mulutnya. Dia segera meminum air putih. Dimas kaget melihat hal itu.
"Lisa ... ada apa?"
"Mas ... coba kamu rasa sendiri masakan yang di buat istrimu. Ini itu asin rasanya," tutur Lisa.
"Asin ... makanan kita sama. Masakan Anna sangat enak. Coba kamu makan punyaku," kata Dimas.
Dimas menyuapkan nasi di rantangnya pada Lisa. Rasanya berbeda sekali dengan nasi yang tadi di makanya. Nasi Dimas terasa sangat enak.
"Enak rasanya?" tanya Dimas.
Lisa mengangguk. "Enak ... lalu kenapa punyaku rasanya asin?" Lisa mengepal geram. Sudah pasti Anna mengerjai dirinya. "Anna pasti sengaja mengerjai diriku."
"Jangan menuduh Anna," kata Dimas.
Lisa mendelik kesal. "Coba sendiri saja nasi punyaku."
Dimas lalu mencoba nasi dan lauk di rantang Lisa. Dimas langsung memuntahkan makanan itu. Rasanya memang sangat asin. Pantas saja, tadi pagi Anna tidak protes saat dia meminta istrinya itu untuk menyiapkan bekal mereka berdua. Ternyata Anna punya rencana jahat.
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.