Benih Kakak Iparku

Benih Kakak Iparku

Bab 1. Kejadian dalam lift

"Bagaimana dok, apa istri saya hamil?"

Mendengar pertanyaan Adam, Bella duduk di kursi samping Adam menunduk seraya saling meremas tangannya di atas paha. Ini sudah ke sepuluh kalinya, mereka mendatangi dokter kandungan berbagai rumah sakit. Hanya untuk memastikan, apakah Bella sudah berbadan dua.

Mertua Bella berdiri di belakang kursi Bella, ikut buka suara.

"Pasti hamil kan dok? Soalnya beberapa hari ini, menantu saya ini. Sering mengalami mual dan pusing, iya kan Bella?"

Bella menelan ludahnya

melihat sorotan tajam mata mertuanya ter-poles shadow gelap dengan eyeliner melengkung tajam, khas ibu-ibu konglomerat.

"Iya, mah tapi ...."

Bella ragu melanjutkan kata-katanya, takut mertuanya kecewa. Bella memang belum haid bulan ini namun mual yang sering ia rasakan karena Bella memang memiliki maag akut.

"Diam lah kalian! Biar dokter membacakan hasilnya," sahut Adam pada Bella dan ibunya.

"Baiklah, Bapak, Ibu, saya ijin membuka suratnya."

"Silahkan Dok," balas Adam.

Bella terus memperhatikan wajah sang dokter perempuan. Keringat dingin mulai membuat kening mulus Bella mengkilap.

Dokter tersenyum tipis pada Bella dan Adam. "Dengan berat hati saya katakan, tuan Adam dan nyonya Bella harus mencoba lebih keras lagi. Bayi tabung bisa menjadi solusi."

Mendengar itu, Adam berdiri kasar disusul Bella yang ketakutan. Adam menarik tangan Bella dengan mencengkeramnya menuju pintu keluar. Mertua Bella, Devita. Mendengus sekilas lalu tersenyum anggun kembali pada sang dokter.

"Akan kami pikirkan Dok. Kami permisi."

Di luar, Bella terhempas di samping pintu mobil di parkiran. Adam tidak segan membentak Bella habis-habisan. Orang-orang yang berada di sana hanya memperhatikan dengan bingung.

"Dasar istri tidak berguna! Apa lo itu mandul sebenarnya? Buat apa perawan kalo hamil aja susah! Asal lo tahu Bella, gue nikahin lo buat menghasilkan anak! Gue gak mau kalah start sama si lumpuh itu. Kalo tahu gini, baiknya gue gak nikahin lo waktu itu!" bentak Adam mencengkram kedua pipi Bella.

"Mas, sakit ...," rintih Bella mulai menangis.

"Alah! Cengeng banget lo! Ini yang gue gak suka sama lo, dikit-dikit nangis! Di ranjang juga, bisanya nangis!"

Kesal mendengar kata Adam, Bella mendorong dada suaminya kuat. Wajah Bella memerah malu. "Mas, jaga omonganmu!" balas Bella membentak.

"Harusnya, kamu jaga Sikap! Wanita miskin tidak tahu diri! Mandul lagi!" ucap Devita datang dengan aura angkuhnya.

"Adam, Ayo pulang! Tinggalkan saja wanita tidak berguna ini!"

"Mah, Mah, maafin Bella. Mas adam seharusnya juga tidak berbicara kasar pada Bella. Bella juga belum tentu mandul karena kita belum sekalipun periksa kesuburan."

Plak!

Ucapan lembut Bella di balas tamparan keras di pipi kirinya. Bahkan kuku panjang bercat merah itu meninggalkan goresan memanjang di pipi putih Bella.

"Tuan."

Seseorang duduk di kursi roda dengan satu pengawal setia di belakangnya di sudut rumah sakit. Mata tajam ber-iris abu-abu dan rahang tegas serta aura dingin penuh karisma darinya membuat siapapun ingin berlama-lama menatap ke arahnya.

"Biarkan saja," bibir merah itu membalas acuh.

"Kau menuduh putraku mandul? Bukannya kata Adam kau yang selalu menolak di ajak periksa, hah?!"

Bella menatap Adam dengan linangan air mata namun suaminya itu seakan tidak perduli. '

Mas Adam, tega sekali memfitnahku.' batin Bella nelangsa.

"Mah, itu--"

Adam segera memotong perkataan Bella. Takut istrinya buka suara.

"Tidak perlu di dengar Ma. Ayo pulang."

"Benar! Buang-buang waktu berbicara dengan udik ini!"

Keduanya memasuki mobil dimana Adam yang menyetir. Seiring mobil berjalan pelan hingga melaju kencang, Bella berusaha berlari mengejar dengan tak henti mengetuk kaca mobil.

"Mas! Mah! Tunggu!"

Bukannya berhenti, mobil itu semakin tancap gas hingga Bella tersungkur di aspal menyebabkan kedua lututnya lecet dan hampir tertabrak mobil Porsche di belakangnya.

Tin!!

"Maaf, maaf," ucap Bella seraya menangkup tangan di dada lalu berjalan tertatih ke bahu jalan. Mobil itu melaju kembali. Bella mendudukkan diri di halte sambil membuka sendal flat ber-talinya yang putus karena berlari tadi. Bella menangis terisak.

"Aku tahu pernikahan kita terpaksa mas, tapi sedikit saja, kasihani aku selayaknya istrimu. Aku memang gadis bodoh, tidak bisa apa-apa. 2 tahun, aku berusaha menerima sikap kasar mu mas, tapi sampai kapan?"

"Tuan, maaf, kenapa nona Bella tidak kita berikan tumpangan? Nyonya Devita pasti tidak memberinya sepeser uang," tanya sang Bodyguard merangkap jadi sopir itu. Dia tahu, tuannya di kursi belakang setia menatap Bella dari kaca spion.

"Bukan urusanku. Jangan pernah kau panggil jalang itu nyonya atau ku potong lidahmu," suara datar penuh ancaman itu membuat sang bodyguard bergidik.

"B-baik Tuan ...."

***

Bella tiba di rumah pukul delapan malam. Perut lapar dan kehausan parah dengan kondisi basah kuyup membuat Bella baru masuk lift tanpa melihat orang di dalamnya. Bella jatuh di pangkuan pria yang setia menatap Bella datar dari kursi rodanya. Bella merasa suhu hangat, menempel erat membuat basah baju kaos putih pria itu.

"Begitu nyaman di pelukanku?"

Seakan alarm berbahaya berbunyi di kepala Bella. Menyadarkan wanita berusia dua puluh tiga tahun itu. Bella segera melompat berdiri kaku.

"Kak Leo ...," Bella menelan ludahnya ketakutan.

Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. Usia hampir kepala tiga malah membuat laki-laki berdarah campuran tiga negara Korea, Rusia, dan Indonesia itu semakin menawan. Kakek Leo berasal dari Rusia sedangkan neneknya dari Korea dan ibu kandung Leo asli orang indonesia.

Kecelakaan mobil empat tahun lalu berhasil membuat kaki Leo berhenti berfungsi. Leo dinyatakan lumpuh permanen. Tunangan Leo bersamanya di nyatakan meninggal namun Leo tidak sekalipun tahu dimana kuburan kekasihnya itu.

"Maaf kak, baju kakak basah karena aku."

"Baru pulang?"

Bella tertegun, ini kali pertama Leo berbicara dengannya. Biasanya, laki-laki lulusan magister manajemen di Harvard dan menyandang predikat mahasiswa terbaik itu terlihat acuh pada Bella.

Bella mengangguk. Tidak melihat wajah seputih kapas Leo yang memerah di sertai rahang yang mengerat.

"Naik apa?"

"Naik taksi," kilah Bella. Sepeser uang saja dia tidak memegangnya bahkan tas selempang dan ponsel Bella tertinggal dalam mobil Adam, suaminya.

"Lalu kenapa bisa basah? Kakimu sepertinya lecet."

Bella menatap arah telunjuk Leo. Kakinya memang memerah dan perih, sepertinya kebohongan Bella tidak berarti. Tak lama, Bella keheranan karena Leo menggeram aneh.

"Kakak kenapa?" panik Bella menyentuh salah satu lengan berotot Leo namun Leo segera menepisnya.

"Menjauh! Keluar dari sini sekarang juga!"

Bella kekeh tidak mau. Urat di kening Leo bahkan tercetak Jelas. "Keluar Bella!" bentak Leo. Kabut dimata Leo dapat Bella lihat namun dia berusaha menampik perasaan curiga itu.

"Tidak kak. Ayo Bella antar kakak ke kamar!"

"Pergi!!"

Teriakan Leo membahana bahkan membuat Bella spontan menutup telinga. Tangan Leo di atas paha saling mengepal.

"Iya kak, iya. Aku pergi," ucap Bella gemetar menahan dingin dan ketakutan. Padahal Bella sangat penasaran dan ingin membantu Leo tapi laki-laki itu, sepertinya kembali menciptakan jarak.

Tepat Bella akan keluar, lampu lift mati dan pintu besi itu spontan menutup. Bella yang memang takut kegelapan berlari kembali masuk ke pelukan Leo. Napas Leo semakin memburu bagai predator.

"Kak, Aku takut kak, aku phobia gelap. Tolong jangan usir aku kak ...." Bella bahkan sampai menangis di pangkuan Leo.

"Hmmm ...."

"Kak, kakak kenapa? Apa aku berat ya? Ini kok ada keras-kerasnya. Tadi perasaan nggak ada," ucap Bella keheranan. Di tengah gelap, bokongnya bergerak tidak nyaman.

"Hentikan gerakanmu, Bella ...," balas Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella merinding, napas mint Leo memburu dengan wajah tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.

"Kak, jangan seperti ini."

"Bantu aku, Bella."

"Maksudnya, bantu apa?"

"Dia terbangun. Tolong ambil alih. Aku tidak bisa menahannya karena posisi ini. Aku harap kau tidak keberatan...," ucap Leo semakin berat.

Cup!

Mata Bella terbelalak, lumatan menuntut dengan tangan berurat Leo nan berbulu kasar begitu aktif menapak di area milik Adam seorang. Bella memberontak namun kekuatan Leo begitu memenjaranya. Bunyi robekan kain mengisi ruangan itu beserta tangis Bella.

Dua orang di luar lift, tersenyum penuh kemenangan.

"Rencana kita berhasil!"

Terpopuler

Comments

Pena dua jempol

Pena dua jempol

sama kaya tokoh utama di cerita aku berdarah Rusia. tapi dia psikopat, villain bucin gak kaya Leo yg baik meskipun dingin 😍😍 aku suka neh pemeran utamanya blasteran Rusia atau eropa.

2024-06-30

0

ッ𝕲𝖗𝖆𝖓𝖌𝖗𝖊✈︎off

ッ𝕲𝖗𝖆𝖓𝖌𝖗𝖊✈︎off

baru juga mo baca kek komik aja /Facepalm/

2024-06-30

1

Bilqies

Bilqies

jangan bilang kamu takut jika rahasaimu terbongkar

2024-06-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!