NovelToon NovelToon
NIGHT LIGHT

NIGHT LIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Balas Dendam / Cinta Terlarang
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralias melupakannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bocah Pemanjat

Kerajaan Erundil merupakan kerajaan termakmur yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Alvart Raelys. Raja Alvart Raelyst terkenal akan kewibawaannya sedari muda.

Dia berambut perak dengan warna iris sebiru lautan. Alvart Raelyst menjadi di nobatkan menjadi Raja, sejak usianya yang ke-19 tahun. Setelah perselisihan atas perebutan kekuasaan dari keempat saudaranya.

Alvart Raelyst, menikahi seorang Putri terbaik dari Negri Xerl. Dia bukanlah seorang bangsawan. Melainkan, Putri Academi yang terkenal akan kepintaran dan kebijaksanaannya.

Putri Academi itu, sungguh cantik jelita. Dia memiliki kulit poselen, rambut pirangnya yang sehalus sutra, dan irisnya yang selaras dengan warna hutan. Raja Alvart Raelyst jatuh cinta pada pandangan pertama sejak usianya menginjak 18 tahun.

Setelah lima belas tahun menikah, mereka baru di karuniai seorang Putri, berambut pirang dengan warna mata yang sama dengan Raja Alvart Raelyst, yakni biru laut.

Pesta di gelar begitu meriah atas kelahiran Sang Putri. Putri tersebut, bernama Andralia Raelyst. Pesta itu, tidak hanya digelar di Istana. Tapi, sepanjang jalanan Kerajaan Erundil merayakannya.

Para rakyat, bersuka cita. Mereka bersulang, mereka makan-makan, mereka menyalakan kembang api yang sangat terang di langit yang gelap.

Putri Andralia harus kehilangan Ibundanya, setelah empat bulan usianya. Istri Raja Alvart, meninggal karena komplikasi yang tidak jelas. Meski begitu, Putri Andralia tumbuh dengan baik di tangan para Pelayan Istana. Raja Alvart, selalu melihat kondisi Putrinya setiap hari. Dia tidak pernah melewatkan sehari pun demi bertemu Putrinya, kecuali adanya undangan dadakan.

Putri Andralia tumbuh dengan manjaan orang-orang di sekitarnya. Di usianya yang ke-10 tahun, dia mulai merasa bosan karena hari-harinya selalu sendirian. Hanya di temani oleh pelayan-pelayan di sana.

"Ayah, Andralia ingin minta hadiah" Ucap Putri Andralia di ulang tahunnya yang ke-10.

Raja Alvart yang kini berusia hampir 50 tahun, tersenyum pada Putrinya. Dia mengusap rambut kepang pirang itu.

"Apa yang Andralia inginkan?" Tanya Alvart dengan senang hati.

Andralia terlihat sedikit ragu untuk mengatakannya. Dia berhenti sejenak. Mengambil napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan.

"Andralia, ingin punya teman dan bersekolah seperti anak lain" Bibir Andralia manyun saat mengatakan hadiah yang dia minta kepada Ayahnya.

Senyuman Alvart menghilang.

Andralia melihat perubahan itu. Dia berfikiran buruk. "Apa Ayah marah?" Batinnya.

Alvart menunduk. "Aku hanya mengunjungi Putriku, tapi tidak satupun keinginannya yang ku mengerti. Apa aku terlalu mengkekang Putriku?" Itulah yang ada di kepala Alvart.

Andralia cepat-cepat mencari alasan. Dia memutar bola matanya. "Uh, eh... Andralia tidak benar-benar memintanya Ayah. Maaf" Ucap Andaralia.

Alvart kembali melihat Putrinya. Dia tersenyum. "Teman seperti apa yang Andralia inginkan? Perempuan atau laki-laki?" Tanya Alvart.

Kedua iris biru milik gadis kecil itu, terbuka. Dia tersenyum dengan lebar. "Andralia ingin punya teman laki-laki. Tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan Andralia. Andralia, ingin dia bisa memanjat pohon tinggi untuk mengambilkan bunga di hutan sana!" Tegas Andralia dengan riang dan semangat.

Saat itu, Alvart termenung. Dia melihat sosok kepercayaannya di belakangnya. Sosok pria berambut hitam dengan luka panjang di pipinya mengangguk.

"Baik, Ayah akan mencarikannya untuk Andaralia" Ucap Alvart.

Alvart langsung lemas setelah pesta kecil bersama Andralia berakhir.

"Anak laki-laki bisa memanjat pohon tinggi? Astaga, buku apa yang membuat Putriku terispirasi memiliki teman seperti kera itu?" Ucap Alvart di ruangan pribadinya.

Orang Kepercayaan Alvart, tengah melihatnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun. "Saya akan mencarikan anak itu seperti yang Putri inginkan" Ucapnya.

"Kyle, kau jangan mengada-ngada. Aku bisa di tertawakan pihak Panti Asuhan kalau kau memberi kriteria seperti yang diucapkan Andralia" Alvart memanyunkan bibirnya dan melempari Sosok Kepercayaannya, yang bernama Kyle itu dengan permen cokelat di mejanya.

Kyle menangkap permen cokelat itu. "Beri saja saya waktu satu bulan untuk mencarinya. Saya akan memilih mereka dengan ujian yang sudah saya pikirkan" Ucapnya sambil membuka bungkus permen itu.

Alvart melongo. "Ah sudahlah!" Dia mengibaskan tangannya dan melihat tugas-tugasnya yang belum kelar. "Ambil saja cuti sesukamu. Lagi pula, tak ada yang perlu di khawatirkan. Kondisi sekitar Kerajaan masih aman" Ucap Alvart sambil melihat lembaran-lembaran surat yang dia terima dari Bangsawan Pembisnis lainnya.

Kyle melihat ke arah jendela luar. Di luar begitu terang, karena malam itu, hari purnama. "Kondisi sekitar Kerajaan memang aman, Baginda. Tapi, saya sebagai Komandan Pasukan Anda, tidak bisa berlama-lama santai. Tolong, beri saya perintah berapa lama saya mencari anak sesuai permintaan Putri Andralia" Ucap Kyle.

Alvart menatap Kyle dengan malas. "Kenapa kau selalu begini, aku sudah percaya padamu. Jadi, kembalilah setelah kau menemukan bocah itu" Perintah Alvart.

Kyle segera memberi bungkukkan kepada Alvard. "Saya menjalankan perintah Anda" Ucap Kyle perlahan bangkit dan pergi dari ruangan Alvart.

Alvart menghela napas. "Bocah itu, sudah hampir 20 tahun bekerja denganku, dia masih saja tidak bisa santai. Kaku sekali. Duh, apa-apaan ini? Kenapa pajaknya bisa naik 2%? Astaga.... Bisa cepet keriput kalo gini" Celoteh Alvart di ruangannya.

...♧♧♧...

PRAKKK!

Pecutan dari rotan di terima oleh anak laki-laki berambut hitam legam dengan iris semerah darah.

"Urgh..." Dia menahan suara kesakitannya.

"Lucian, berapa kali harus ku beritahu? Kau tidak boleh pulang sebelum kau mendapatkan hasil buruan!" Bentak seorang wanita paruh baya dihadapannya.

CPLASSSH!

Wanita itu, terus melesatkan pukulan rotan itu pada punggung bocah berusia 12 tahun itu. Bocah bernama Lucian itu, mengigit bibirnya sendiri menahan rasa sakitnya.

Punggungnya terlihat merah dan berdarah. Wanita itu, tidak terlihat iba sedikit pun. "Cih! Memuakkan! Pergi dari hadapanku Lucian! Melihat wajah itu, sungguh menjengkelkan"

Bocah itu berdiri, memgambil pakaiannya dan berlari entah kemana. "Bocah pembawa kesialan!" Umpat wanita itu.

Lucian terus berlari ke arah hutan rimbun di sana. Matanya terlihat berlinang. Dia memasuki hutan itu cukup dalam. Lalu, dia duduk, menekuk lututnya.

Air mata terasa hangat di kedua telapak tangannya yang gemetar, berusaha menutupi semua bagian wajahnya dengan pakaiannya yang usang.

Dia merasa sendiri.

Dia mulai terisak.

Perutnya berbunyi. Dia memegang perutnya yang terasa perih. Enzim mulai memenuhi mulutnya. Dia merasa mual karena menahan rasa lapar terlalu lama.

Matanya yang terlihat berlinang, mulai menjelajahi hutan di sekitarnya. Jauh di depan sana, dia melihat pohon yang penuh dengan buah apel merah.

KRUKKKK!

Perutnya meraung dengan keras. Dia berjalan lemah ke arah pohon apel itu. Buah dari pohon apel itu, tidak terlalu besar. Ukurannya kecil-kecil. Lucian, mulai memanjat untuk mengambil satu buah apel.

Dia membersihkan kulit apel itu dengan pakaian usang yang dia kenakan. Mulai mengigitnya. "KRACK"

"Ewwww" Gusinya menyempit. Matanya menyipit. Air liurnya keluar dengan cepat.

"Masam" Dia mengambil apel yang belum matang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!