Yara Vianca tak sengaja mendapati buku nikah suaminya dengan wanita lain. Tentunya, dia merasa di khianati. Hatinya terlampau sakit dan perih, saat tahu jika ada wanita lain yang menjadi madunya. Namun, penjelasan sang suami membuat Yara tambah di buat terkejut.
"Benar, aku juga menikah dengan wanita lain. Dia Dayana, istri pertamaku." Penjelasan suaminya membuat dunia Yara serasa runtuh. Ternyata, ia adalah istri kedua suaminya.
Setelah Yara bertemu dengan istri pertama suaminya, di sanalah Yara tahu tentang fakta yang sebenarnya. Tujuan Alva Elgard menikah dengan Yara agar dia mendapat kan anak. Sebab, Dayana tak dapat hamil karena ia tak memiliki rahim. Tuntutan keluarga, membuat Dayana meminta suaminya untuk menikah lagi.
Alva tidak mengetahui jika saat itu ternyata Yara sudah mengandung. Karena takut bayinya di ambil oleh suami dan madunya setelah dirinya di ceraikan, ia memilih untuk pergi dan melepaskan suaminya.
5 tahun kemudian.
"Om Alpa, ada indomaletna nda?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan yang tak terduga
Alva turun dari mobilnya, pria itu menghampiri mobil ambulans yang berhenti depannya. Terlihat, sebuah brankar di keluarkan. Alva fokus menatap ke arah sosok yang sedang berbaring lemah di brankar itu. Para tenaga medis pun menyambut kedatangan pasien baru mereka setelah di hubungi oleh pihak rumah sakit yang merujuknya.
"Ruang rawatnya sudah kami siapkan di lantai sembilan, anda bisa bertanya pada resepsionis mengenai nomor ruangannya." Ujar seorang suster pada Alva.
Alva mengangguk, dia membiarkan para tenaga medis membawa istrinya ke dalam lift khusus. Alva harus mengurus administrasinya lebih dulu, sehingga dia berjalan menuju resepsionis seraya memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celananya.
"Sus, pasien rujukan dari Jakarta atas nama Dayana." Ujar Alva pada suster yang berjaga.
"Oh ya, baik. Sebentar Tuan," ujar suster itu dam mengecek data pasien atas nama Dayana.
Alva mengangguk, dia mengeluarkan ponselnya dan memainkannya. Pria itu mengabarkan keluarga yang lain, bahwasanya dia telah sampai di rumah sakit yang di tuju. Papa mertuanya tidak ikut, karena harus mengurus kantor. Sementara, hanya Alva yang menemani istrinya itu.
"Kenapa mommy hanya membaca pesanku dan tidak membalasnya." Gumam Alva dengan tatapan heran.
"Sus, saya ingin mengisi data pasien. Atas nama Vara, dia anak kecil yang datang tadi karena pend4rahan di dagunya."
Alva terdiam, dia mendengar suara yang tak asing baginya. Pria itu menoleh ke sampingnya, dimana dirinya melihat seorang laki-laki yang sangat dirinya kenal. Alva merasa heran, apalagi dia melihat d4rah di kaos putih yang pria itu kenakan.
"Kamu juga disini, Ka?" Tanya Alva yang mana membuat Azka menoleh.
Azka membulatkan matanya, dia tak mengira jika akan bertemu Alva setelah sekian lama. Pria itu tak menjawab pertanyaan Alva, dia masih terkejut dengan adanya Alva di sana. Bahkan, saat suster bertanya pun Azka tak mendengarnya.
"Tuan! Berapa umurnya?" Tanya suster itu dengan suara yang sedikit keras karena Azka tak kunjung menjawab.
"Eh, empat tahun sus," jawab Azka dengan gugup.
"Nama orang tuanya?" Tanya kembali suster itu.
Azka terdiam, dia melirik ke arah Alva yang ternyata sedang memperhatikannya. Azka bingung, dia takut Alva mengetahui jika Vara telah kembali dengan membawa dua anak bersamanya. Azka kembali menoleh pada suster yang sedang menunggu jawabannya itu.
"Catat saja, Azka sebagai wali pasien." Jawab Azka dengan singkat.
Nama Vara yang tadi Azka sebut membuat Alva teringat dengan anak kecil yang dia temui beberapa hari lalu. Pria itu masih menatap Azka, dan menunggu jawabannya. Sejak kepergian Yara, hubungan keduanya tak sebaik dulu. Bahkan, Azka dan Salma tak menerima kiriman apapun yang Alva berikan untuk mereka.
"Azka, bisa kita bicara?" Tanya Alva pada pria itu.
"Maaf, aku sibuk." Jawab Azka dan berlalu pergi. Meninggalkan Alva yang memandang nya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Sementara itu, di kediaman Elgard. Tampak, seorang wanita paruh baya sedang duduk di tepi ranjang kamarnya. Dia adalah Grace, ibu kandung dari Alva. Wanita paruh baya itu menghiraukan pesan yang putranya kirimkan, pandangannya menatap kosong ke arah depan. Dirinya tengah mengulang, tentang ingatannya lima tahun lalu.
"Sudah lima tahun kalian menikah, belum ada tanda-tanda hamil juga?" Tanya Grace pada menantu dan putranya yang duduk di hadapannya.
Alva menatap istrinya sejenak, lalu dia kembali menatap sang mommy yang sedang memandang ke arah mereka berdua. "Mom, bersabarlah. Semuanya perlu waktu," ujar Alva.
"Perlu waktu kapan lagi? Dayana, kamu seharusnya menuruti Mommy. Dokter kandungan yang Mommy rekomendasikan itu bagus, sudah banyak wanita pejuang garis dua yang hamil karena pengobatan darinya. Apalagi, dia teman Mommy. Kamu tidak perlu khawatir," ujar kembali Grace.
Dayana mer3mas rok yang ia kenakan dengan kuat, wanita itu hanya menunduk seraya menggigit kuat bibirnya. Mengerti istrinya merasa tak nyaman, Alva meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya dengan lembut. Kemudian, dia mengangkat pandangannya pada Grace dan menatapnya dengan serius.
"Mom, sebenarnya aku ...,"
"Sebenarnya Dayana pernah hamil mom, hanya saja keguguran." Sela Alva dengan cepat saat istrinya akan jujur tentang kondisinya yang sebenarnya.
"Apa? Benarkah? Kapan? Kenapa mommy tidak tahu?!" Seru Grace dengan tatapan tak percaya.
Dayana memandang ke arah Alva, wanita itu tak percaya jika suaminya berani membohongi ibunya sendiri demi dirinya. Tak di sangka, jika itu adalah kebohongan Alva yang membuat boomerang untuk dirinya sendiri.
"Keguguran bagaimana jika tidak memiliki rahim. Bagaimana bisa Alva tega membohongiku serta keluarga besar Elgard." Gumam Grace dengan mata berkaca-kaca.
"Sayang, Alva menghubungiku dan bertanya kenapa kamu tak membalas pesannya?" Seorang pria paruh baya datang mengejutkan Grace yang sedang melamun.
Karena tak kunjung mendapat balasan, pria paruh baya itu memegang bahu sang istri. Grace, tentu saja terkejut. Tubuhnya bahkan sampai tersentak kaget saat merasakan tepukan pelan sang suami di bahunya.
"Ngagetin aja si Dad!" Omel Grace dengan tatapan kesal.
"Habisnya, kamu bengong begitu. Untung gak kerasukan," ujar pria paruh baya itu.
Logan Elgard, nama pria paruh baya itu yang masih terlihat tampan di usianya yang tak muda lagi. Logan menatap ke arah Grace dengan tatapan heran. Melihat ponsel istrinya yang menganggur, Logan segera mengambilnya. Dia melihat chat yang putranya kirimkan telah di baca oleh sang istri namun tak di balas oleh wanita itu.
"Kenapa kamu tidak menjawabnya?" Tanya Logan dengan heran.
"Biarkan saja, putramu itu sungguh keterlaluan." Desis Grace dengan kesal.
"Keterlaluan? Apa yang telah dia buat? Apa kamu mengenalkan wanita lain untuk nya? Sayang, putra kita sedang berjuang untuk mengobati istrinya. Jangan kamu tambah beban pikiran dia," ujar Logan yang mana membuat Grace membulatkan matanya.
"Kamu pikir aku sejahat itu apa?! Seharusnya putra kesayanganmu itu bilang dari awal jika istrinya tidak bisa hamil! Bukan malah menipu kita selama bertahun-tahun lamanya!" Sentak Grace.
"Apa? Apa maksudmu?" Tanya Logan dengan tatapan terkejut.
Grace menghela nafas pelan, dia pun mulai menceritakan apa yang dia dengar dari pembicaraan putra dan besannya. Tak di sangka, Logan hanya diam. Pria itu tak marah dan emosi, dia hanya mendudukkan dirinya di sebelah Grace seraya menghela nafas pelan.
"Coba kamu pikir, apa putra kita tidak menderita? Sekarang istrinya sakit, putra kita hanya terfokus padanya saja." Seru Grace dengan nafas memburu. Matanya terlihat berkaca-kaca, dia hanya seorang ibu yang tak ingin putranya menderita. Namun, cara pikirnya salah. Tak ada orang yang menginginkan jalan hidup seperti Dayana.
"Kalau kamu berada di posisi Dayana, aku akan melakukan hal yang sama seperti yang Alva lakukan." Ujar Logan dengan santai.
Grace membulatkan matanya, "Kamu masih membela putramu? Dia berbohong! Setelah drama buatan keguguran itu, Dayana sakit. Kita tak lagi membicarakan soal anak karena tahu, dokter pasti tak mengizinkan Dayana hamil karena penyakitnya! Bagaimana mau hamil, rahim saja tidak ada. Astaga, drama apalagi yang akan mereka buat. Jangan-jangan, sakitnya Dayana juga drama yang mereka buat?!" Seru Grace dengan yakin.
"Jaga bicaramu Grace! Dayana sedang sakit, kita fokus dulu pada kesembuhannya. Jangan membuat beban pikiran Alva bertambah berat. Dia juga pasti tidak mau hal ini terjadi." Balas Logan.
Grace membuang pandangannya, wanita itu tampak kesal dengan jawaban sang suami yang justru malah memojokkan dirinya.
"Terus kamu maunya gimana? Mau mereka berpisah? begitu?" Desis Logan saat melihat istrinya justru merajuk.
"Ya enggak juga! Aku hanya kecewa, kenapa mereka tidak jujur saja. Mereka membuatku terus berharap hal yang mustahil bisa terjadi. Aku ingin, rumah ini ramai dengan suara cucu-cucu kita." Gumam Grace dengan suara bergetar.
"Suruh saja putri kesayanganmu itu hamil lagi." Celetuk Logan yang mendapat tatapan sinis dari istrinya itu.
"Apa? Aku hanya memberi saran." Seru Logan membela dirinya.
____
Jangan lupa dukungannya🥰🥰