Pengkhianatan yang di lakukan Mike, membawa Aleena bertemu dengan seorang pria tampan yang tidak di kenalnya sama sekali di sebuah club mewah yang berada di pusat kota London.
Minuman alkohol yang di teguk Aleena malam itu benar-benar mempengaruhi dirinya. Gadis polos itu seketika menjadi liar bahkan dengan berani merayu pria yang saat itu berada di dekatnya.
Pria tampan pemilik rahang tegas itu terlihat semakin gelisah, ketika merasakan aliran panas tubuhnya tidak wajar. Terlebih gadis muda pemilik wajah cantik dengan rambut warna karamel bergelombang indah itu merayunya dengan gerakan begitu seksi.
Dalam keadaan setengah sadar Aleena menyerahkan tubuhnya pada pria asing yang tidak di kenalnya sama sekali.
Keduanya menghabiskan malam panas dengan liar layaknya pasangan yang sedang di mabuk cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEJUTAN
Drt
Drt
Drt
Getaran handphone di antara tumpukan bantal menyentakkan pria yang sedang tertidur pulas. Dengan mata terpejam tangannya meraba-raba di bawah bantal dan sprei yang berantakan, bahkan simpulnya terlepas dari ujung tempat tidur empuk itu.
"Huhh...Siapa yang berani mengganggu ku. Sialan!", umpat laki-laki itu kesal. Kedua matanya enggan terbuka. Bahkan nafasnya kembali terdengar teratur. Sepertinya pemilik tubuh atletis itu benar-benar kelelahan.
Lagi-lagi terasa getaran handphone miliknya. Laki-laki itu kembali meraba di bawah tumpukan bantal.
Ia merenggangkan kedua tangannya.
Seketika wajah itu nampak kesal begitu melihat nama di layar handphone miliknya. Alis tebal saling bertaut tanda dirinya sedang di lingkupi perasaan kesal.
"Ada apa Ryan kau mengganggu ku pagi-pagi begini. Apa kau sudah bosan bekerja dengan ku hah!", ketusnya kesal.
Terdengar helaan nafas berat di ujung telpon.
"Hm...maaf tuan Sean jika saya mengganggu anda, tapi sekarang sudah pukul sepuluh dan anda ada meeting penting bersama pemegang saham tuan".
Mendengar penuturan Ryan, membuat Sean sesaat terdiam.
"Shitt. Aku lupa". Sontak terduduk di tempat tidur.
"Bawakan pakaian ku sekarang juga. Aku berada di hotel Evans. Jangan lupa kau beritahu permohonan maaf dari ku pada pemegang saham atas keterlambatan ini", tegas Sean menyibak selimut tebal yang menutupi tubuh maskulinnya.
"Baik tuan", jawab Ryan asistennya dengan hormat.
Sean melempar handphone miliknya ke atas tempat tidur. Sesaat memijat keningnya yang masih sedikit pusing.
"Semua ini gara-gara Evans menjebak ku dengan wanita sialan itu. Di mana jallang itu? Pasti di kamar mandi. Wanita itu harus pergi sekarang juga, aku akan memberinya banyak uang", ucap Sean sambil merobek selembar cek dari saku blazer abu-abu yang di kenakan nya semalam.
Sean melangkah ke kamar mandi, terlebih suara air dari shower terdengar jelas. Laki-laki itu memutar handle pintu kamar mandi.
"Kau harus pergi sekarang juga sebelum orang lain melihat mu bersama ku. Cepat selesai kan mandi mu! Aku tidak mau berurusan dengan jal–"
Sean menatap tajam ke penjuru kamar mandi berukuran luas itu. Tidak ada siapapun di sana. Hanya shower yang dibiarkan menyala.
"Dimana gadis itu? Apa ia pergi begitu saja, sebelum aku membayarnya?", ujar Sean seraya berpikir.
Ia membuka laci nakas, memeriksa kalau-kalau ada yang di tinggalkan gadis asing yang menghabiskan malam bersamanya. Ternyata tidak ada apapun di sana.
Sean memeriksa satu persatu barang miliknya. Semua aman. "Tidak mungkin ia memberikan layanan gratis", pikirnya merasa aneh pada gadis yang memuaskan nya semalam.
Sean mengangkat satu bahunya tanda tak perduli. "Bukan salah ku juga, dia yang menggoda ku".
"Jarang sekali ada jallang seperti dia. Hm ..tapi apa perduli ku, dia merayuku dengan memohon semalam. Sekali jallang tetaplah jallang. Wanita murahan tidak berharga!", ketus Sean hendak membalikkan tubuhnya.
"Sebaiknya aku mandi sekarang, waktu ku tidak banyak".
Namun laki-laki itu meringis ketika kakinya menginjak benda tajam yang menancap di telapak kakinya.
Sean menundukkan tubuhnya mengambil benda itu. Kedua matanya menyipit melihat tak berkedip sebuah anting-anting mutiara berwarna putih. Mengingatkannya kejadian semalam. Ia tahu anting itu milik gadis yang bersamanya.
"Kenapa kau harus meninggalkan benda ini jallang. Aku pastikan...aku tidak akan mengingat mu".
"Yang benar saja seorang Sean, mengingat cinta satu malam bersama wanita penjajah seks. Tentu saja tidak ada dalam kamus ku..."
Drt
Drt
"Dimana handphone ku? Kenapa hidup ku sial sekali sejak semalam", umpat Sean sambil menarik selimut tebal yang menutupi tempat tidur.
Seketika tubuh Sean terdiam mematung. Mulutnya terbuka sementara kedua netranya menatap intens tepat pada warna merah yang ada di tengah seprai berwarna putih yang sangat berantakan itu.
Berapa kali mata laki-laki itu mengerjap-ngerjap untuk memastikan apa yang di lihat nya. Nyatanya warna merah tersebut tetap ada.
"Darah?"
"A-pa milik gadis itu? Bagaimana mungkin. Ia virgin?", gumam Sean tak percaya apa yang di lihatnya kini. Namun kenyataan itu terpampang di hadapannya.
"Oh God...benarkah ia masih virgin? Aku merenggutnya?"
"T-idak... tidak. Gadis itu jallang. Aku yakin ia jallang. Tidak mungkin ia wanita baik-baik berada di club dan merayu pria seperti semalam. No...no. Aku tidak mempercayai nya".
"Shitttt...
Sean duduk di tepi tempat tidur sambil menatap sebuah anting-anting yang ditemukan nya yang ia yakini milik gadis itu.
"Sial. Aku dalam masalah jika ia bersih. Bahkan aku tidak memakai pengaman!"
"Bodoh sekali kau Sean!!!"
"Awas saja kau Evans. Kau menjebak ku terlibat skandal. Aku akan membunuhmu!"
...***...
To be continue