NovelToon NovelToon
"My Love...." LILY

"My Love...." LILY

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Aku membacanya di sebuah buku, bunga Lily memiliki pesona yang manis dan lugu, mungkin itulah yang membuat dia jatuh cinta padaku.
Lily biru memiliki arti kesetiaan dan kepercayaan, mungkin inilah yang menginspirasinya untuk selalu menungguku.

Takdir mempertemukannya dengan Reiner.
Lily dan Reiner saling mencintai, namun takdir juga yang memisahkan mereka.
"Apa salah kita Li, kita hanya jatuh cinta".
"Kamu dan aku tidak salah, yang salah adalah waktu, karena kita bertemu diwaktu yang salah".

Disaat itulah Leo datang mengobati Lily.
"Dulu kamu menungguku bertahun tahun untuk aku datang padamu, kali ini maafkan aku membuatmu menunggu lagi...."

Tiger Lily memberi makna kepercayaan diri.
Lily, I dare you to fall in love.
And, I dare you to love me.

Full of love from me,
Author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Anak pertamaku

1 Tahun setelah pernikahanku dengan Leo, kami kembali lagi ke Sydney, tapi bukan untuk mengenang masa lalu, melainkan menghadiri pernikahan Mayra dan Michael.

Mayra menikah di salah satu hotel dekat pelabuhan. Dekorasi pernikahan Mayra sungguh indah, melengkapi jendela kaca yang menyuguhkan pemandangan pelabuhan Sydney.

Aku terharu karena setelah sekian lama mereka berpacaran, akhirnya kini mereka menjadi suami istri.

Sudah 1 tahun ini aku dan Leo mencoba untuk memiliki anak, tapi usaha kami belum berhasil. Kami juga pernah memeriksakan kesehatan kami, dan dokter menyatakan baik baik saja, mungkin memang belum waktunya kami memiliki anak.

Leo mengajakku liburan ke Eropa, Leo berkata, "mumpung kita belum punya anak, lebih baik kita jalan jalan agak jauh sedikit".

Leo sudah membeli tiket perjalanan kami, kini tinggal bagianku mencari hotel yang sesuai dengan budget kami.

Kebetulan saat itu aku dan Leo sama sama sedang banyak pekerjaan di kantor, jadi kami belum sempat membicarakan tentang itinerary kami, sehingga aku terus menunda untuk membooking hotel.

Siang itu aku merasa pusing, jadi aku ijin pulang cepat, lalu memberi pesan pada Leo untuk tidak menjemputku karena aku sudah dalam perjalanan pulang menggunakan mobil online.

Aku terbangun saat Leo menyentuh dahiku.

"Kamu tidak demam Li".

"Iya hanya pusing saja", jawabku.

"Ayo makan dulu, aku sudah beli makan".

Setelah makan malam, aku kembali tidur lagi.

Seperti biasanya, aku bangun lebih dahulu daripada Leo. Pusingku berkurang tapi aku merasa tidak enak badan.

Setelah Leo terbangun untuk bersiap pergi ke kantor, aku berkata pada Leo.

"Aku mau ijin aja hari ini, aku ngerasa ga enak badan", keluhku pada Leo.

"Mau kuantar ke dokter?".

"Ga perlu, aku tidak apa apa, hanya ga enak badan dikit aja", kataku pada Leo sambil tersenyum.

Kuantar Leo sampai depan pintu, lalu kucium pipinya sebelum ia berlalu masuk lift.

Saat ini aku duduk di lobby rumah sakit merenungkan ucapan dokter barusan.

Ia mengatakan, sebaiknya aku memeriksakan diri ke dokter kandungan karena sudah memasuki usia kehamilan di minggu ke 4.

Bagaimana aku tidak menyadarinya. Memang belakangan ini aku sibuk, sampai tidak memperhatikan tanggal menstruasi, mungkin aku sudah telat beberapa hari atau minggu tapi tidak menyadarinya.

Sesampainya aku di apartemen, aku masih penasaran dengan perkataan dokter, jadi aku membeli alat test pack, hasilnya sesuai ucapan dokter.

Aku sungguh tidak menyangka aku akan hamil, bahkan Leo sudah membeli tiket pesawat.

Aku duduk di sofa, memikirkan perjalanan hidupku, dari dulu aku memang menginginkan sebuah keluarga utuh, diusiaku yang ke 28 tahun, aku akan memiliki tambahan anggota keluarga, saat ini ia sudah berada di perutku, tanpa sadar aku meneteskan air mata, berpikir mama papaku pasti akan ikut bahagia melihatku akan memiliki seorang anak.

Tidak lama Leo pulang kantor, kuhapus air mataku.

Aku berjalan ke arah pintu hendak menyambutnya.

"Li ada apa, kamu habis menangis?", Leo bertanya sambil langsung memelukku, bahkan ia masih mengenakan tas ransel kantor.

Dalam pelukan Leo aku bersyukur memilikinya, bersyukur kelak Leo akan menjadi ayah yang baik untuk anakku.

Kulepaskan pelukan Leo dan mengambil alat test pack ku, kuperlihatkan padanya.

Leo tampak bingung tapi mungkin dia bisa menerkanya.

"Kita akan punya anak Leo", kataku sambil tersenyum.

Leo memelukku lagi sambil sedikit mengangkatku karena kegirangan. Lalu dia segera menurunkanku.

"Maaf, apa aku menyakitimu?", tanya Leo sambil mengusap perutku.

"Ga kok, ga apa apa".

Kami berdua berpelukan karena bahagia.

Saat malam menjelang tidur, kami berdua mengobrol tentang kemungkinan masa depan anak kami, lalu Leo berkata,

"Li hangus deh tiket pesawat kita".

Aku dan Leo pun tertawa.

Anak pertama kami berjenis kelamin perempuan, ia lahir dengan normal dan sehat.

Karena aku dan Leo memiliki huruf depan yang sama, maka Leo menamakannya Luna yang berarti bulan yang cantik.

Aku mengurus Luna sendiri tanpa bantuan babysitter, mendekati masa cutiku yang habis baru aku mempekerjakan seorang babysitter.

Sekarang kami akan berangkat keluar apartemen lebih awal. Jadi rutenya adalah mengantarkan Luna dan babysitter ke rumah mama Leo dulu baru ke kantorku.

Begitu pula sebaliknya saat pulang kerja.

Atau kadang mama Leo yang menghabiskan waktunya menjaga Luna diapartemen kami, baru nanti dijemput oleh papa kembali ke rumah.

Sepertinya kebahagiaanku sangat lengkap. Tak hentinya aku bersyukur setiap menggendong Luna dalam dekapanku.

Beberapa bulan kedepan di suatu siang, aku mendapat telepon dari mama kalau papa terkena serangan stroke lagi. Saat ini aku sedang menyusul mama ke IGD rumah sakit menggunakan ojek motor, Leo juga dalam perjalanan menggunakan mobilnya.

Luna dan babysitter menunggu di rumah Leo.

Sesampainya di IGD, aku melihat mama sedang menangis di ruang tunggu. Mama berkata papa akan segera di operasi. Kupeluk mama dan berusaha menenangkannya.

Tidak lama Leo datang, kulepaskan pelukanku, dan kini Leo yang memeluk mama.

Leo berkata telah menghubungi Mayra dan Michael, mereka akan tiba di Jakarta besok pagi.

Saat sore, aku pamit pulang sebentar untuk melihat Luna, lalu akan kembali lagi ke rumah sakit membawa makanan dan baju ganti untuk Leo dan mama.

Saat aku kembali di malam harinya, papa sudah keluar dari ruang operasi dan akan dipindahkan ke ruang ICU untuk observasi.

Leo memintaku membawa pulang mama, hanya dia yang akan menginap di rumah sakit menunggu papa.

Kupeluk Leo erat dan berkata bahwa semuanya akan baik baik saja.

Aku kembali bersama mama ke rumah. Malam itu aku dan Luna tidur di kamar lama Leo.

Saat aku terbangun di pagi hari, Mayra dan Michael sudah berada di rumah.

Aku meminta mba asisten rumah tangga mama untuk menyiapkan makanan untuk mama, Mayra dan Michael. Rencananya aku akan sarapan bersama Leo di kantin rumah sakit. Lalu aku mengurus segala keperluan Luna dulu sebelum kutinggal pergi.

Sesampainya di rumah sakit aku melihat Leo tampak sangat letih, aku tau mungkin ia tidak bisa tidur atau hanya tertidur beberapa jam saja. Kuajak Leo keluar untuk makan, meski aku tau ia tidak berselera makan saat itu.

Malam harinya saat aku menemani Luna untuk tidur aku dipanggil Leo untuk datang ke rumah sakit.

Aku segera pergi menggunakan ojek online, selama perjalanan aku takut mendengar kabar buruk tentang papa.

Saat aku tiba, kulihat mama dan Mayra sudah banjir dengan airmata.

Leo menggandeng tanganku,

"Li papa mencarimu, kata dokter ini mungkin saat saat terakhir papa".

Aku menahan tangisanku, Leo merangkulku dan kami masuk bersama.

Papa tidak bisa berbicara dan dokter melarangnya untuk berbicara.

Kulihat mata papa sangat sayu, banyak alat alat medis yang dipasang ke papa, tapi aku tidak mengerti alat apa saja itu.

Papa hanya mencari tanganku. Satu tanganku memegang papa, satu tanganku lagi kugunakan untuk menghapus air mataku, meski aku sudah berusaha keras menahannya, tapi air mataku membanjiri wajahku.

Kami tidak diperbolehkan berlama lama di ruang itu.

Kuputuskan untuk menginap di rumah sakit malam itu.

Saat menjelang pagi, papa dinyatakan tiada.

Aku menemani Leo mengurus rumah duka terdekat. Mama, Mayra dan Michael dirumah sakit mengurus administrasi keperluan papa.

Usia Luna baru berumur 11 bulan saat papa meninggal.

Papa dimakamkan di salah satu tempat pemakaman Jakarta. Di pusara papa aku berdoa agar papa damai disana, dihapuskan segala dosanya, dan aku juga berterima kasih karena telah menerimaku sebagai anaknya dengan tulus.

1 Minggu semenjak pemakaman, Mayra tinggal di rumah, Michael tidak bisa ijin tidak masuk kantor lama-lama dan hanya berada di rumah 3 hari saja.

Setelah banyak pertimbangan, aku dan Leo memutuskan untuk pindah dan tinggal di rumah saja. Kami tetap meminta bantuan babysitter untuk menjaga Luna, setidaknya kami berharap akan mengurangi rasa kesepian mama.

1
Whyro Sablenk
mkch thor...
crtnya bagus, ending-nya bikin nyesek, harusnya bikin ending mereka bs bersama lg thor...
fien: endingnya diambil dari kisah nyata ditambahkan bumbu2 menjadi karya fiksi kak 🥰
terima kasih kak untuk dukungannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!