NovelToon NovelToon
Hijrah Cinta Sang Pendosa

Hijrah Cinta Sang Pendosa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.

Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?

•••••

"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara

___--

Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 - 7 Hari 7 Malam

Kedatangan Azkara membawa serta istrinya setelah pamit ke Yogya dan menghilang lebih dari 24 jam jelas menjadi trending topik di grup keluarga. Sejak pertama Azka datang sebenarnya Opa Mikhail sudah menyarankan agar semua dikabari dan berkumpul saat berbuka.

Akan tetapi, Azkara yang takut jantungan jika dikeroyok keluarga besarnya memilih menunda dan mengutamakan kedua orang tuanya lebih dulu. Dua hari setelahnya, ketika Azka siap bertemu barulah Papa Evan mengumpulkan semua anggota keluarga di kediaman utama.

Tak tanggung-tanggung, Papa Evan bahkan turut serta mengundang adik iparnya yang ada di Bandung, Sean. Sebisa mungkin, formasinya lengkap agar tidak salah dalam penyampaian nantinya.

Bukan hanya sekadar mengenalkan Shanum saja, tapi juga membahas hal serius terkait resepsi putra dan menantunya. Mengingat pernikahan Zavia dilakukan super sederhana dan dihadiri oleh keluarga inti saja, terkhusus Azkara pria itu ingin melakukan hal berbeda.

Sekali seumur hidup pikirnya, terlebih lagi setelah Azkara dia tidak lagi memiliki anak yang akan dinikahnya. Mengeluarkan sejumlah uang demi merayakan hari bahagia Azkara tidak masalah, anggap saja sebagai bentuk rasa syukur lantaran putranya berhasil bangkit dari keterpurukan pasca kepergian Megumi, kekasihnya.

"Terserah papa saja, asal bukan uangku tidak masalah," celetuk Azkara di tengah diskusi bersama anggota keluarga lainnya.

Sebenarnya dia sudah tidak nyaman lagi di tempat ini, sejak awal datang sudah mendapat berbagai pertanyaan konyol dari om-nya hingga membuat Azkara malas untuk ikut andil dalam musyawarah keluarga yang ujung-ujungnya kembali pada keputusan sang papa.

"Masa jawabnya begitu sih, Ka? Ini hari spesial, sebuah keajaiban kau bisa menikah," timpal Zean, omnya yang paling aktif dalam bicara, tapi angkat tangan soal dana.

"Tepatnya mau menikah, Zean, kau tahu sendiri sebelum ini dia bagaimana," sahut Papa Evan yang kemudian diangguki pria itu.

"Nah iya, itu maksudnya ... mau menikah!!"

"Dan kerennya lagi, istrinya spek bidadari!! Coba pikir Azkara yang begajulan begini dapat wanita seperti Shanum kalau bukan hoki coba?"

"Halah!! Pakek ngatain, sendirinya dulu gimana? Om juga bisa dapat Tante Nadin kalau bukan hoki karena apa?" timpal Azkara benar-benar tidak terima tatkala musuh bebuyutannya itu ikut bicara.

"Sebentar, kau tadi menyebut istriku apa?"

"Tante, kenapa memangnya?" Masih dengan mata yang menatap malas, Azkara tetap terlihat emosi dibuatnya.

Beberapa orang di sana mulai mengerti maksud Zain. Perubahan yang Azkara perlihatkan sangat signifikan dan jauh sekali. Tidak lagi ada panggilan Nadin-ku untuk istri omnya, tapi sudah disebut sebagaimana harusnya.

"Ha-ha-ha keren, berarti yang ini benar-benar cocok penggantinya ya?" tanya Zain yang sama sekali tidak Azkara tanggapi lagi.

Pria itu mengerlingkan mata dan semakin bosan berada di antara orang-orang ini. Sudah dia katakan sebelumnya, jika hanya membahas resepsi pernikahan maka cukup berdua saja.

Sayangnya, tidak peduli sekuat apapun Azkara meminta, Papa Evan tetap pada keputusannya. Tentang pernikahan, Papa Evan tidak ingin melupakan peran seluruh anggota keluarganya.

Walau memang tidak meminta sumbangan, tapi tujuan Papa Evan mengundang semua sudah pasti demi menghindari tabrakan dengan agenda lain atau ketidaksiapan salah-satu anggota keluarganya.

Terlebih lagi, saat ini bisa dibilang generasi ketiga keluarga Megantara sudah menikah dan memiliki kesibukan masing-masing, sudah pasti akan cukup sulit menemukan hari dimana mereka benar-benar leluasa dan tidak terganggu akan hal lainnya.

"Sudah lanjut lagi yang tadi, Pa, Om Zain suruh keluar saja," pinta Azkara terang-terangan sembari bersandar di sofa.

Jauh dari Shanum membuatnya semakin lemah, di detik-detik terakhir puasa Azkara harus dipertemukan dengan beberapa jenis jin yang menguji imannya.

"Baiklah, jadi di tanggal 24 tidak ada masalah, 'kan?" tanya Evan masih berusaha mempertahankan kesabaran walau anggota lain bicaranya kemana-mana.

Di sisi lain, Opa Mikhail dan juga Opa Syakil tidak terlalu banyak protes, mereka ikut saja dan menyerahkan semua pada anak-anaknya.

"Aku sih aman, Kak," jawab Bima mengangguk mantap karena memang benar siap. Bukan hanya sekadar siap datang, tapi juga siap menyumbang.

"Aku juga aman, Sean yang jauh mungkin ada masalah," sahut Zean melirik ke arah saudaranya.

Sean yang juga termasuk tim ngalir mengangguk pelan sembari berucap. "Aman, aku bisa semua hari ... Pak Dokter ini mungkin yang sibuk," tutur Sean juga beralih pada saudara sepupunya itu.

"Bisa, apapun untuk Azka, jadi ini acaranya 7 hari 7 malam, 'kan?" tanya Zeshan memastikan yang kemudian ditangapi sang papa dengan anggukan.

"Hah? Apa? Serius 7 hari 7 malam?" tanya Azkara seolah tak percaya tatkala melihat Papa Evan menggangguk mantap.

"Hem, kenapa lagi?"

"Lama sekali, Pa, apa tidak bisa sehari saja?"

"Lah? Sehari apaan? Pernikahanmu sudah ditunggu sejak sembilan tahun lalu, masa setelah waktunya cuma sehari, penantian kami tidak worth it, Ka."

"Ini lagi, Om Cakra jangan ikut-ikutan lah," kesal Azkara mengusap kasar wajahnya.

.

.

Dari yang pendiam sampai yang bermulut pedas benar-benar turut andil dalam membuat Azkara lemas. Energinya sebagai kaum introvert benar-benar terkuras dan ingin berlalu segera.

Sengaja Azkara menguap lebar-lebar seakan paling ngantuk sedunia. Kebetulan mereka musyawarah di malam hari, tepatnya usai melaksanakan shalat taraweh berjamaah.

"Hooooaam!!"

Sesekali menggeliat dan sengaja cari perhatian hingga Papa Evan meliriknya tajam. "Ngantuk?" tanya pria itu yang secepat mungkin Azkara gelengi.

"Iya, capek, Pa."

"Halah, jam sebelas ngantuk ... biasanya juga tidur jam dua," cibir Zean lagi-lagi cari perkara dan membuat Azkara naik pitam.

"Itu kan dulu, sekarang beda." Tak mau ketinggalan, Zeshan ikutan menyumbang umpan.

"Tahu nih Kak Zean pakai dibahas, dia pengantin baru wajarlah tidurnya cepat," celetuk Zain yang juga belum puas membuat wajah Azkara merah padam.

Bukan lagi sekadar malu, tapi sudah marah dan beranjak tanpa kata. Persetan tentang pernikahan, toh suara hatinya sama sekali tidak akan didengar. Semakin lama dia berada di sana, semakin kesal dan agaknya lebih baik ke kamar segera.

Gelak tawa dari keluarga besarnya hanya Azkara anggap angin lalu. Hingga melewati ruang tengah, Azkara kembali dihadapkan dengan kaum hawa yang menyambut kedatangannya.

Kebetulan sang istri masih berada di sana, agaknya berbincang bersama sang mama dan lainnya. Reaksi Shanum yang tiba-tiba berdiri dan menghampirinya sukses membuat Azkara diolok massa.

"Kok masih di sini? Kenapa belum naik?"

"Baru selesai, kamu sudah?" Shanum balik bertanya.

"Bisik-bisik terus, sudah ke kamar sana."

"Astaga orang ini, kenapa harus didorong, Tante?" kesal Azkara tatkala Tante Lengkara tiba-tiba mendorongnya dari belakang.

"Dih emosian, kamu kenapa? Belum nyoblos apa gimana?" terka wanita itu sukses membuat mata Azkara membulat sempurna.

"Heih, Tan_ apasih?"

.

.

- To Be Continued -

Maaf terlambat, atas nama pribadi dan keluarga besar Megantara Author mengucapkan mohon maaf lahir batin penduduk bumi❣️ Maaf kalau ada salah, eps selanjutnya diusahakan ya.

1
Jihanisa Jihan
hayolojhhhhhh
tanggung jawab Azka nanti sm opa khail
Jihanisa Jihan
ngau ngau ngau.
🐈 birahi 🤣🤣🤣
Jihanisa Jihan
tp gmn ceritanya azkara BS JD panutan si saka.
Hanifah NM
aku baru mampir
setelah baca anet thor
duoNaNa
astaga....kelakuan 🤣🤣🙏
duoNaNa
buat narra
Jihanisa Jihan
trus papa Evan mana. kok ga tau saka anak kiyai Habsyi. bingung bingung ku memikirkan
Jihanisa Jihan
sepertinya terjadi kesalahpahaman deh.
Camera Gaming
ini kaya nya edisi ngasih penjelasan harus detail dan di sebut satu persatu,,,aduh azkaaa ada aj akalnya/Facepalm//Facepalm/
Otih Nuraeni
lanjut thor
Hanifah NM
aku baru hadir thor
Mari Anah
🤣🤣🤣🤣dasar azkara
Darna Syukaira
semua karyamu enak dibaca....
Desy Puspita: Mamacih Kak
total 1 replies
Jihanisa Jihan
waaahhhh siapa yaa
knp dipenjara. eleh eleh bisa Bae bikin penasaran 🫠🫠🫠
duoNaNa
waduh...menaang banyak azkara dapet yang pollllooosss....
duoNaNa
azka buka nya ga taggung2..baru kenal juga 🤣
duoNaNa
embek kali...ga suka aer 🤣🤣
Jihanisa Jihan
Luar biasa
Camera Gaming
Rangga kurang ajar mulutnya, good job Azka laki macam tu mesti di bikin perkedel kalo perlu
Ning Fifi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!