Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut nongkrong
"Mau kemana, Gi? Nongkrong lagi?" tanya Ariana yang sedang menonton televisi sambil mengemil keripik usus.
Giandra mengangguk. "Kakak mau ikut? Tenang aja, malam ini banyak ceweknya kok. Kan kalau malam Minggu, anak-anak suka bawa pasangan mereka untuk saling berkenalan gitu."
Giandra sengaja mengajak sang kakak untuk menghiburnya agar melupakan berbagai masalah yang akhir-akhir ini menerpanya.
Apalagi Giandra baru saja melihat berita viral tentang perselingkuhan calon mantan kakak iparnya itu dengan seorang perawat di rumah sakit tempatnya bekerja. Sungguh melihat video itu berseliweran membuat hati Giandra benar-benar sakit. Giandra yang hanya adik dari korban perselingkuhan kakak iparnya saja benar-benar sakit hati dan kecewa, apalagi sang kakak.
Giandra bisa melihat sang kakak sejak pulang bekerja tadi tampak murung. Murungnya Ariana bukan karena ia masih menginginkan Danang. Ia justru sudah mengikhlaskan semuanya. Tapi yang membuatnya murung adalah kini hampir semua orang mengetahui tentang permasalahannya. Semua orang kini mengetahui tentang perselingkuhan suaminya dengan seorang perawat. Bahkan semua orang yang mengenalnya berbondong-bondong mengirimkan pesan pada dirinya untuk mempertanyakan kebenaran berita tersebut.
Sebenarnya Ariana tahu itu merupakan sebuah reaksi yang wajar. Tak sedikit dari mereka yang mungkin memang benar-benar mengkhawatirkannya. Namun tetap saja, Ariana merasa terganggu. Padahal ia sebisa mungkin menutupi permasalahannya dari orang lain. Ariana tak pernah mengungkap permasalahannya pada orang lain selain orang-orang terdekatnya.
"Emang nggak papa?"
"Nggak papa kok. Kan ada aku, adik tersayang kakak yang akan selalu menjaga kakak dengan baik."
Plukkk ...
Ariana melempar bantal sofa membuat Giandra tergelak.
"Ya udah, kakak ikut deh. Daripada sumpek di rumah. Kakak ganti baju dulu ya!"
"Siapa Bos!"
"Bang Gian, Mika ikut."
"Mike juga."
"Nggak. Lusa kalian ada ujian semester. Belajar sana."
"Ih, Abang nggak adil."
"Iya. Giliran kak Ana diajakin."
"Kan beda. Kak Ana udah gede."
"Kami juga sudah gede," rengek Mika.
"Gede dari mana. Kalo masih pake seragam sekolah namanya belum gede. Semua ada waktunya, Dek. Lagian nanti kalian pasti bosen soalnya isinya orang-orang gede. Ada yang udah kerja. Ada yang udah punya bini. Nah yang Abang takutin, nanti kalian ditaksir sama om-om dan tante-tante. Kan Abang jadi repot."
"Apa bang? Banyak om-om dan tante-tante? Ah, nggak jadi deh. Takut." Mika seketika bergidik ngeri.
"Sama. Aku juga." Sedetik kemudian, mereka pun melipir ke kamar masing-masing membuat Giandra tergelak
Tak lama kemudian, Ariana pun keluar dengan penampilan barunya. Memang Ariana tidak mengenakkan gamis. Ia juga masih mengenakan hijabnya. Baju kaos putih ditutup dengan jaket kulit hitam. Lalu celana jeans belel hitam dan boots dengan warna senada. Tidak ketat, tapi tetap terlihat wow di mata Giandra. Ia yang adiknya saja terpana, apalagi nanti para laki-laki di tempat nongkrongnya.
"Gawat!" gumam Giandra.
"Gawat kenapa?" tanya Ariana yang mendengar jelas kata yang baru saja Giandra lontarkan.
"Eh, ng-nggak ada, Kak. Yuk, kita berangkat!"
Ariana pun mengangguk. Tadi Giandra sudah menyiapkan helm untuk sang kakak dan menyerahkannya. Setelah mengenakan helm dan duduk di belakang Giandra, adiknya itupun segera melajukan kendaraannya menuju tempat tongkrongannya bersama anak club' motor mereka.
...***...
Tak lama kemudian, mereka pun akhirnya sampai. Dan seperti dugaannya, kakaknya itu menjadi bahan perhatian hampir semua orang. Tak terkecuali ketua club' motor mereka.
"Hai, Bang. Udah lama?"
"Nggak kok. Barusan aja." Athariq menjawab sambil melirik Ariana yang tampak memperhatikan sekeliling.
"Aku nggak papa kan, Bang, ajak kak Ana. Kasian, entar depresi karena ditinggal sendiri," seloroh Giandra membuat mata Ariana mendelik.
"Enak aja. Jangan sembarangan ngomong! Entar kakak hentikan uang saku kamu, baru tau rasa."
"Eh, jangan kak, jangan, please! Gian kan cuma bercanda. Hehehe ... "
"Bercanda gundul mu," ketus Ariana.
Giandra tampak kebingungan kenapa kakaknya tiba-tiba senewen.
"Kalian mau bandrek?" tawar Athariq. Ia sengaja mengalihkan perhatian keduanya sebelum pecah perang di sana
"Boleh," jawab Ariana cepat membuat Giandra mendelik.
...****...
Satu jam sudah berlalu dan seperti yang Giandra katakan, ternyata kumpul dengan anak club motor dirinya memang menyenangkan. Apalagi ternyata mereka tidak sekedar kumpul-kumpul saja. Tapi saat berkumpul tadi, ternyata mereka sekalian membahas rencana mereka yang akan mengadakan Jum'at berkah ke panti asuhan. Ariana yang dulu sering menyepelekan perkumpulan yang adiknya ikuti, kini sebaliknya justru mengagumi. Terutama pada sosok yang sudah beberapa kali bertabrakan dengan dirinya. Ia memiliki jiwa kepemimpinan dan sosial yang tinggi. Dia mampu memimpin dan mengkoordinasi teman-temannya agar mau lebih peduli terhadap sesama.
"Kak ... Kak Ana ... Kak Ana, woy, kita sudah sampe!" teriak Giandra saat setibanya di rumah.
Ariana sampai gelagapan dan reflek melompat dari motor membuat Giandra tergelak.
"Giandra! Ngagetin aja bisanya!" rutuk Ariana sambil membersihkan bokongnya yang kotor karena terduduk di tanah.
"Lah, ngambek. Salah Kakak sendiri yang ngelamun. Aku udah manggil beberapa kali ngasi tau udah sampe, malah nggak kakak denger. Ngelamunin apa sih? Jangan bilang sedang ngelamunin dandang gosong?"
"Dandang gosong? Maksudnya?" Dahi Ariana berkerut bingung. Setelah beberapa detik, barulah ia paham apa yang Giandra maksud. "Njirrr, gila. Ngapain juga kakak mikirin dia, Gi. Nggak ada kerjaan banget."
"Ya, kali-kali aja. Siapa yang tau kan."
"Dah ah, ngomong sama kamu lama-lama makin ngaco." Setelah melepas helm, Ariana segera menyodorkan helmnya dan pergi dari hadapan Giandra meninggalkan sang adik yang tampak terkekeh melihat raut wajah cemberut sang kakak.
"Aku senang bisa melihat kakak ceria lagi. Teruslah tersenyum kak. Semoga setelah ini kakak akan menemukan kebahagiaan kakak yang sebenarnya," gumam Giandra.
Sementara itu, di sebuah rumah, tampak Danang mengetuk pintu dengan tidak sabaran.
"Danang, kamu mabuk?" seru sang ibu terkejut.
"Aku nggak mabuk kok," kilahnya, tapi gestur tubuhnya menunjukkan kalau ia memang sedang mabuk.
"Kalau nggak mabuk, pergi sana. Nggak usah kemari. Pulang sana ke pelukan perempuan kesayanganmu itu."
"Tapi aku mau di sini, Ma. Di sana nggak enak. Ana nggak ada. Jadi aku mau di sini saja."
"Ngapain kamu nyebut-nyebut nama Ana lagi? Bukankah ini memang keinginanmu, berpisah dengan Ana dan bersatu dengan perempuan itu?"
"Tapi aku nggak mau pisah sama Ana, Ma. Ma, bantu Danang, Ma. Danang nggak mau pisah. Tolong Danang, Ma! Danang ... Huekk ... Huek ... Huek ... "
...***...
Haru sudah cukup larut, tapi entah kenapa Azura tak kunjung bisa tidur.
"Kamu kenapa Ma Cherie?" tanya Arkandra saat mendapati istrinya belum tertidur. Padahal hari sudah hampir tengah malam.
"Nggak tau deh, Mas. Mataku kok rasanya nggak mau terpejam ya?"
"Apa yang tadi kurang? Energi mu sepertinya masih full "
Bugh ...
Azura memukul Arkandra dengan guling membuat laki-laki itu terkekeh. Dengan wajah cemberut, ia mengambil ponsel yang sejak siang memang tidak dibukanya selain untuk membalas pesan dan mengangkat panggilan. Entah mengapa malam ini ia ingin membuka aplikasi toktok. Siapa tahu ia bisa melihat video-video yang bisa menghiburnya agar bisa segera tertidur
Lalu dalam hitungan detik, mata Azura pun membulat.
"Astaghfirullah ... "
"Ada apa, Sayang?" tanya Arkandra bingung melihat ekspresi sang istri.
"Itu Mas, lihat! Oh, pantas saja Ariana mau bercerai dengan suaminya. Ternyata ini lho permasalahannya. Dasar, suami nggak tau diri! Udah punya istri spek bidadari, malah milih gabah. Emang pantes nih lakik dibuang. Kalau aku yang jadi Ariana, sudah aku potong-potong sosisnya terus aku lemparin ke kolam buaya biar nyahok tuh suami nggak tau diri," ucapnya menggebu membuat Arkandra reflek menutup ke benda yang tergantung di dalam celana boksernya.
"Ngapain mas nutupin itu? Memangnya mas selingkuh?" Azura memicingkan mata.
"Eh, nggak. Nggak kok, Ma Cherie. Mas nggak mungkin kayak gitu kok, sumpah."
"Awas ya kalau sampai berani" Azura meletakkan telapak tangannya di depan senjata Arkandra dan membuat gestur memotong membuat Arkandra bergidik ngeri. Apalagi Azura memasang ekspresi seperti seorang psikopat. Arkandra tiba-tiba merinding sendiri.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
tolong kirim obat sakit kepala thor,aku banyak nangis hu hu hu.....
surpres......😁
nggak perduli kamu udah pacaran berapa abad,tapi kamu menikah dengan wanita lain dan tetap berhubungan dengan pacarmu
Itu namanya SELINGKUH