Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2. Pernikahan di Las Vegas
Dua pasangan muda mudi asal Indonesia yang dilihat Dian di dalam bar, juga ikut keluar dan menghampiri Dian serta Stefan.
"Halo. Kamu dari Indonesia?" tanya salah satu wanita ke Dian.
"Iya," jawab Dian dengan singkat.
"Aku Ersa. Ini pacarku Johan, dan mereka berdua teman baikku Sheila dan Hiro," ucap Ersa memperkenalkan diri dan teman-temannya.
"Salam kenal juga. Aku Dian dan dia Stefan."
"Kalian sangat mesra dan serasi," puji Ersa.
"Terima kasih," jawab Dian.
Dian tidak berusaha menjelaskan kesalahpahaman Ersa dan rombongannya terhadap hubungannya dengan Stefan karena fokus utama Dian saat ini adalah membawa Stefan ke hotel untuk beristirahat.
Dian tidak akan menyangka jawabannya membuat Ersa, Sheila, dan pacar mereka semakin tersenyum lebar ke arahnya dan Stefan.
"Dian. Aku melihat pacarmu melamarmu dengan cincin berlian di dalam bar," ujar Sheila.
Dian terkejut mendengar perkataan Shella. Gadis muda itu berusaha melepaskan cincin milik Stefan dari tangannya dan masih tidak berhasil.
"Gara-gara cincin ini, kesalahpahaman mereka semakin dalam," batin Dian.
"Hiro, Johan. Cepat bantu papah Stefan. Kita bisa berangkat bersama mereka ke sana," ucap Ersa.
Hiro dan Johan membantu memapah Stefan dalam waktu singkat, sedangkan Ersa dan Sheila mengapit Dian di sisi kiri dan kanan sambil berjalan cepat.
"Stefan pasti sangat gembira sehingga mabuk," ucap Ersa.
"Aku yakin perasaan hatimu berbunga-bunga tadi," lanjut Sheila.
"Ersa, Sheila. Kalian mau membawaku ke mana? Aku mau check in di Hotel Bellagio," ucap Dian saat menyadari arah yang dituju saat ini berlawanan arah dengan Hotel Bellagio.
"Tenang saja Dian. Nanti kita antar kamu ke Hotel Bellagio. Wah kita telat nih. Sudah banyak yang mengantri," kata Ersa sambil menunjuk antrian pasangan sejoli dari berbagai negara di hadapan mereka.
Beberapa saat kemudian mereka ikut mengantri dan kejadian selanjutnya terjadi dengan cepat hingga Dian tidak bisa mencegahnya.
***Kamar Hotel Bellagio***
Stefan tertidur pulas di atas tempat tidur hotel, sedangkan Dian duduk di sofa sambil menatap selembar kertas dengan wajah tegang.
"Apa-apan nih? Kenapa surat nikah ini bisa didapatkan dengan mudah di Las Vegas? Daddy bisa membunuhku," batin Dian.
Dian tidak pernah menyangka Ersa dan Sheila bersama pasangan mereka memang berencana mendapatkan surat nikah di Las Vegas, tepatnya di Marriage License Bureau yang terletak di Clark County.
"Semua gara-gara cincin berlian ini nyangkut di jari tanganku," keluh Dian.
Dian berjalan menghampiri tempat tidur dan meletakkan surat nikah di atas meja nakas, lalu menatap intens wajah Stefan yang tertidur pulas.
Dian masih mengingat perkataan Ersa di Marriage License Bureau tadi. Syarat yang harus dipenuhi olehnya dan Stefan setelah memperoleh surat nikah adalah dalam satu tahun, sebuah upacara pernikahan harus dilakukan untuk memperoleh persatuan secara hukum.
"Satu tahun!" ucap Dian sambil tersenyum samar ke arah Stefan yang masih tertidur pulas di atas tempat tidur hotel. Satu rencana cemerlang muncul di pikiran Dian saat ini.
Rencana itu bisa membuat Dian menguji apakah Stefan sebagai cinta pertamanya sewaktu kecil bisa kekal menjadi pasangannya hingga tua nanti.
Rencana Dian memang terkesan gila karena gadis muda itu bersedia menjalani pernikahan satu tahun dengan Stefan.
Keputusan yang diambil Dian saat ini terpengaruh oleh kisah percintaan Jackson dan Rossy, mommy dan daddynya.
Dian mengetahui kisah percintaan kedua orang tuanya dari Kelvin dan Chandra, kakak kembar Dian. Rossy dengan penampilan jelek menjadi koki pribadi Jackson dan berhasil membuat Jackson jatuh cinta pada pandangan pertama serta menyembuhkan trauma masa lalu Jackson.
Dian ingin mencobanya dengan Stefan. Pertemuan di Las Vegas setelah lima belas tahun membuat hasrat Dian terhadap Stefan sebagai cinta pertamanya muncul lagi.
"Kamu memang jodohku yang dikirim Tuhan ke Las Vegas untuk menemuiku," ucap Dian.
Sejak usia 18 tahun, Dian tinggal di New York selama empat tahun, tepatnya di rumah Michael, pamannya. Selama dua tahun pertama di New York, Dian mengambil kuliah jurusan bisnis dan berhasil lulus dengan nilai memuaskan.
Dian melanjutkan kuliah di CIA (Culinary Institute of America), yang merupakan keinginannya sejak kecil untuk menjadi koki handal seperti ibunya, Rossy.
Seharusnya hari ini Dian berada di dalam pesawat untuk perjalanan pulang ke Bali dan berkumpul bersama keluarga besar Wijaya. Akan tetapi, gadis muda itu ingin mengunjungi Las Vegas terlebih dahulu.
Dian menaiki pesawat dari New York ke Las Vegas. Gadis muda itu berangkat di pagi hari dan menempuh perjalanan pesawat sekitar lima jam lebih untuk tiba di Las Vegas. Waktu di Kota New York lebih cepat tiga jam dari Las Vegas sehingga Dian memiliki waktu yang cukup banyak untuk mengunjungi tempat terkenal di sana.
Tempat tujuan terakhir Dian adalah bar yang terletak di Clark County, dekat Hotel Bellagio, tempatnya menginap dan tidak disangka Dian bertemu Stefan di sana.
"Aku harus check out kamarku sekarang juga," kata hati Dian.
Dian meninggalkan kamar hotel Stefan menuju kamarnya dan mengambil ransel besar miliknya terlebih dahulu sebelum menuju lobi hotel.
***Kamar hotel Stefan***
Sewaktu Dian kembali ke kamar hotel Stefan, gadis muda itu terkejut karena tidak melihat sosok Stefan di atas tempat tidur.
"Apakah Stefan sudah bangun dan pergi?" kata hati Dian.
Beberapa saat kemudian Dian mendengar suara dari dalam kamar mandi hotel sehingga gadis muda itu membuka pegangan pintu kamar mandi dengan perlahan.
Stefan terduduk di bawah pancuran shower. Dian segera mematikan keran air dan memapah Stefan keluar dari kamar mandi. Mata tajam Dian melirik sekilas toilet bowl dan melihat ada muntahan Stefan di sana.
Dian menduga Stefan terbangun karena merasa mual sehingga berakhir di dalam kamar mandi hotel. Dian memapah Stefan untuk duduk di kursi sofa hotel. Gadis muda itu menatap Stefan dari atas kepala hingga ujung kaki. Penampilan Stefan bagaikan anak ayam jatuh ke dalam selokan.
"Stefan. Bajumu basah semua," ucap Dian.
"Buka saja semua," jawab Stefan.
Stefan membuka dasi, jas, kemeja, dan celana panjangnya dengan cepat serta melemparkannya ke lantai kamar hotel.
"Stop! Stop! Jangan buka di sini!" teriak Dian sambil berdiri dari kursi sofa ketika melihat Stefan akan membuka celana yang melindungi tubuh polos bagian bawah.
Wajah Dian merona merah melihat tubuh atletis dan perut sixpack Stefan, sedangkan pria muda itu memicingkan matanya menatap Dian.
"Kenapa?" tanya Stefan.
"Kamu….kamu tidak ada pakaian lagi. Nanti kedinginan," jawab Dian terbata-bata.
Stefan menganggukkan kepalanya, lalu meringkukkan badannya untuk melanjutkan tidurnya di sofa hotel.
"Stefan. Jangan tidur di sofa," kata Dian sambil menarik tangan Stefan.
Stefan merangkul pundak Dian dan menatap intens wajah cantik Dian. Stefan merasa familiar dengan wajah gadis muda itu, tetapi kesadarannya yang masih dibawah pengaruh alkohol membuatnya tidak bisa mengingat jelas.
"Dian," gumam Stefan.
"Iya benar. Aku Dian," jawab Dian sambil memapah Stefan menuju tempat tidur.
Stefan naik ke atas tempat tidur dan menarik tangan Dian dengan keras sehingga gadis muda itu terjerembab dan jatuh dalam pelukan Stefan, dengan posisi berbaring. Stefan memeluk erat pinggang Dian dan membuat gadis muda itu merasa risih karena bersentuhan langsung dengan kulit tubuh Stefan.
"Stefan! Lepaskan pelukannya," ujar Dian sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Stefan.
"Kamu sudah janji untuk memelukku," jawab Stefan dan mempererat pelukannya.
"Celaka! Kenapa dia bisa ingat perkataanku. Padahal mabuk berat," gerutu hati Dian.
Dian membiarkan Stefan memeluknya. Lima menit kemudian Dian mendengar suara napas Stefan yang teratur menandakan pria itu sudah tertidur pulas.
Dian mengangkat tangan Stefan yang melingkar di pinggangnya dengan perlahan. Tepat ketika Dian berhasil melepaskan diri, handphone yang berada di dalam tas pinggang Dian berbunyi sehingga gadis muda itu segera mengambilnya.
Dian terkejut ketika Stefan menggerakkan tubuh karena terganggu oleh bunyi handphone. Dian segera menarik tangan Stefan dan meletakkannya kembali di pinggang rampingnya.
Dian menarik napas lega ketika Stefan melanjutkan tidur pulasnya. Gadis muda itu menekan tombol di handphonenya untuk menerima panggilan.
"Halo Om Michael," ucap Dian.
"Dian, kamu sudah tiba di hotel?" tanya Michael.
"Sudah Om," jawab Dian.
"Jangan lupa besok pulang ke Bali. Daddymu mengomel selama satu jam di telepon karena aku mengizinkanmu ke Las Vegas," ujar Michael.
"Iya Om," jawab Dian patuh.
"Cepatlah beristirahat. Ingat telepon Om setelah tiba di Bali. Tante Chika mengkhawatirkanmu," kata Michael.
"Oke Om. Good night," ucap Dian dan segera mematikan sambungan telepon.
***
Apa yang akan dilakukan Stefan setelah sadar keesokan harinya? Jawabannya ada di bab besok ya.
TERIMA KASIH
SALAM SAYANG
AUTHOR : LYTIE