🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥
———
"Mendesah, Ruka!"
"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.
"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"
"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.
"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"
———
El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.
Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.
Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Ruka mengerang rendah, saat El mencabut miliknya yang sudah terpuaskan. Gadis yang sudah diambil kehormatannya secara paksa oleh suaminya itu merosot di lantai, tubuhnya bergetar hebat. Air matanya jatuh tanpa henti, mengalir membasahi wajahnya yang memerah. Dengan tangan gemetar, dia meraih sembarangan kain yang tergeletak di dekat sofa dan membungkus tubuhnya untuk menutupi bekas-bekas kehinaan yang baru saja dia alami.
Dia mencoba berdiri, tapi lututnya lemas, sementara rasa nyeri yang menusuk di tubuh bagian bawah membuatnya hampir kehilangan keseimbangan. Erangan kecil meluncur dari bibirnya, sebuah refleksi atas rasa sakit yang tak hanya fisik, tetapi juga emosional.
El yang sedang mengenakan boxer menoleh ke arah Ruka. Wajahnya tampak bingung, bahkan sedikit khawatir, meskipun ekspresi itu tidak mampu menghapus jejak kekejaman yang baru saja terjadi. "Kenapa sakit?" tanyanya datar, seperti tidak sepenuhnya memahami dampak dari tindakannya.
Ruka mendongak perlahan, tatapannya penuh kebencian. "Lo masih berani nanya gue sakit?" suaranya rendah, tapi setiap kata yang keluar membawa kemarahan yang mendidih. "Lo pikir apa yang baru aja lo lakuin itu gak ninggalin luka?"
El terdiam, matanya beralih ke lantai. Sejenak, dia terlihat ingin menjawab, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Hanya keheningan yang menggantung di udara, semakin menambah berat beban di antara mereka.
Ruka akhirnya berhasil berdiri, meskipun tubuhnya gemetar hebat. Dia menatap El dengan sorot mata yang seolah menusuk hingga ke tulang. "Lo pikir gue bakal lupa ini semua, El? Lo udah ngancurin semuanya!" ujarnya dengan suara yang pecah, tetapi tetap dipenuhi kekuatan.
Tanpa menunggu jawaban, Ruka menyeret langkahnya menuju kamar, setiap gerakannya disertai rasa sakit. Dia menutup pintu dengan keras, meninggalkan El sendirian di ruang tamu, tenggelam dalam diam yang penuh dengan rasa bersalah dan penyesalan.
Guyuran air shower terus menghujani tubuh Ruka, membawa butiran dingin yang bercampur dengan panasnya emosi yang mendidih di dalam dadanya. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tapi karena kemarahan yang begitu mendalam. Kehormatan yang selama ini ia jaga, kehormatan yang menjadi benteng terakhir harga dirinya, direbut dengan paksa oleh pria yang seharusnya melindunginya.
“Suami?” gumamnya dengan suara bergetar, penuh sarkasme. Kata itu terasa seperti belati yang terus menusuk hatinya. El memang punya hak secara hukum, tapi apa itu memberikan hak baginya untuk melukai, mempermalukan, dan menghancurkan jiwa seorang perempuan? Tidak. Tidak ada yang punya hak seperti itu, bahkan pria yang terikat dalam status pernikahan sekalipun.
Ruka menengadahkan wajahnya ke arah shower, membiarkan air membasuh setiap inci tubuhnya yang terasa kotor, meski ia tahu tidak ada air yang cukup untuk membersihkan luka di hatinya. Air mata yang awalnya jatuh tanpa kendali kini berubah menjadi bara api di dalam dirinya. Rasa sakit dan penghinaan berganti dengan tekad yang kuat.
Dia menggenggam erat kedua tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. "El, lo udah pilih jalan ini. Lo mau perang, oke gue ladeni." tekad Ruka, penuh kebencian yang tak terbendung.
Ruka mematikan shower dengan gerakan kasar. Dia meraih handuk, membalut tubuhnya dengan cepat, dan menatap dirinya sendiri di cermin kamar mandi. Bekas-bekas kepemilikan yang ditinggalkan oleh El terasa menjijikkan, dan menjadi cambuk semangat untuk membalasnya. Sorot matanya tajam, penuh determinasi. Wanita yang berdiri di depan cermin, bukan lagi Ruka yang pasrah dan lemah, tapi seseorang yang siap melawan.
El mungkin berpikir dia bisa mengendalikan semuanya, tapi dia salah besar. Ruka tidak akan membiarkannya hidup nyaman setelah apa yang dia lakukan. "Ini akhir dari permainan lo, El," bisiknya dengan nada penuh kebencian.
Malam ini, Ruka mulai menyusun rencana. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi satu hal yang pasti: El akan menyesali setiap keputusan yang pernah dia buat.
***
Di sisi lain, El duduk di lantai dengan kepala tertunduk, dikelilingi botol-botol alkohol yang belum sempat dirapikan. Pikirannya kacau, serangkaian adegan yang baru saja terjadi terus berulang di kepalanya, menamparnya dengan rasa bersalah yang tak kunjung reda. Tangan besarnya mencengkeram rambutnya dengan keras, seolah mencoba menghentikan rasa sakit di dadanya.
“Bodoh! Kenapa gue bisa sampai lepas kendali?” suaranya terdengar serak, penuh penyesalan. El memukul lantai dengan tinjunya, frustrasi dengan dirinya sendiri. Rasa marah yang ia rasakan sebelumnya telah berubah menjadi kebencian mendalam terhadap dirinya sendiri. Ia tahu, apa yang baru saja ia lakukan adalah sesuatu yang tak bisa dibenarkan, apa pun alasannya.
Matanya melirik sekilas ke pintu kamar yang masih tertutup, tempat Ruka berada. "Apa yang udah gue lakukan" pikirnya berulang kali.
Bayangan wajah Ruka yang menangis, sorot matanya yang penuh rasa sakit, menghantuinya. Dia tahu, hubungan mereka sudah di ujung tanduk, tapi kini dia telah menghancurkan segalanya dengan tangannya sendiri. Tidak ada jalan kembali. Tidak ada kata maaf yang cukup untuk menyembuhkan luka yang ia buat.
El bangkit perlahan, mengusap wajahnya dengan kasar. Napasnya berat, seolah setiap tarikan dan hembusan udara adalah pengingat betapa rendahnya dia telah jatuh. “Gue gagal... sebagai suami, sebagai satu-satunya manusia yang ada disisi Ruka. Harusnya gue jaga dia, harusnya gue nggak paksa dia,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Dia melangkah ke meja dengan langkah gontai, tangannya terulur mengambil kunci motor yang tergeletak di sana. Jemarinya bergetar saat menggenggam benda kecil itu, seolah beratnya beban di dadanya ikut terbawa. "Gue nggak bisa terus ada di sini. Gue terlalu malu."
El menatap lagi pintu kamar yang masih tertutup rapat. Sebuah bagian kecil dalam dirinya ingin meminta maaf, ingin bicara dengan Ruka, ingin mengakui segalanya—tetapi bagaimana caranya? Apa pun yang ia katakan pasti tidak akan cukup. Tidak sekarang. Tidak setelah apa yang telah ia lakukan.
Tanpa berkata apa-apa, El berjalan keluar dari rumah dengan langkah berat, membiarkan pintu tertutup pelan di belakangnya. Malam yang dingin menyambutnya, tetapi udara dingin itu tidak mampu meredakan panas amarah dan rasa bersalah yang membakar di dadanya. Dia menyalakan motor, mesinnya menggerung keras di tengah keheningan malam, lalu melajukannya tanpa tujuan.
Jalanan gelap yang ia tempuh terasa seperti refleksi dari hatinya sendiri—suram, tanpa arah, penuh kebimbangan. Kepala El penuh dengan pikiran kacau, tapi satu hal yang jelas baginya: dia butuh waktu untuk berpikir, jauh dari Ruka, jauh dari rumah, jauh dari rasa malu yang terus menggerogotinya.
Sementara itu, di dalam kamar, Ruka bersandar lemas di ranjang. Air mata yang ia tahan akhirnya tumpah tanpa henti. Perasaan hancur, marah, dan kebencian bercampur menjadi satu. Ia tahu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi. "El, lo nggak cuma nyakitin tubuh gue. Lo udah menghancurkan hati dan kepercayaan gue," batinnya penuh kepedihan.
Bersambung...
---
Makasih yg udah kasih gift dan like 🙏 lophe-lophe sekebon jengkol ❤️❤️❤️❤️❤️
klo sempet kasih vote, ulasan dan komen jg ya 🙏
Emg byk mau nya nih, Zhy wkwkwk....
jujur Zhy baca loh komen dan ulasan kalian, dan hal itu yg bikin semangat Zhy nulis makin membara.
Pokoknya klo byk yg komen dan kasih vote, insyaallah sehari bisa update 2-3 bab.