NovelToon NovelToon
Jejak Cinta Dan Dosa

Jejak Cinta Dan Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Konflik etika / Selingkuh / Mengubah Takdir / Kaya Raya / Harem
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Hidup Kirana Tanaya berubah dalam semalam. Ayah angkatnya, Rangga, seorang politikus flamboyan, ditangkap KPK atas tuduhan penggelapan dana miliaran rupiah. Keluarga Tanaya yang dulu disegani kini jatuh ke jurang kehancuran. Bersama ibunya, Arini—seorang mantan sosialita dengan masa lalu kelam—Kirana harus menghadapi kerasnya hidup di pinggiran kota.

Namun, keterpurukan ekonomi keluarga membuka jalan bagi rencana gelap Arini. Demi mempertahankan sisa-sisa kemewahan, Arini tega menjadikan Kirana sebagai alat tukar untuk mendapatkan keuntungan dari pria-pria kaya. Kirana yang naif percaya ini adalah upaya ibunya untuk memperbaiki keadaan, hingga ia bertemu Adrian, pewaris muda yang menawarkan cinta tulus di tengah ambisi dan kebusukan dunia sekitarnya.

Sayangnya, masa lalu keluarga Kirana menyimpan rahasia yang lebih kelam dari dugaan. Ketika cinta, ambisi, dan dendam saling berbenturan, Kirana harus memutuskan: melarikan diri dari bayang-bayang keluarganya atau melawan demi membuktika

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Kamar Dingin

"Siapa dia? Kenapa Haryo menyembunyikannya di sini?" pikir Arzan, kebingungan dan penasaran.

Tanpa sadar, langkah Arzan semakin mendekat. Ia memutuskan untuk menepuk bahu gadis itu dengan lembut, berharap tidak membuatnya terlalu terkejut. Namun, sentuhannya membuat gadis itu melompat dari tempat duduknya, matanya melebar penuh ketakutan.

"Kau siapa?!" seru Kirana dengan nada keras, tubuhnya bergeser mundur hingga punggungnya menempel ke dinding. "Jangan sentuh aku! Jangan melecehkanku!"

Arzan mengangkat kedua tangannya di udara, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak bermaksud jahat. Wajahnya menunjukkan rasa terkejut sekaligus bersalah. "Hei, hei, tenang... aku tidak berniat buruk. Aku hanya... penasaran. Siapa namamu? Dan kenapa kau ada di sini?" tanyanya dengan suara yang lembut dan penuh kehati-hatian.

Kirana masih memandangnya dengan waspada. "Kau tidak perlu tahu. Dan aku juga tidak perlu menjawab pertanyaanmu. Pergi! Jangan dekat-dekat aku!" teriaknya, mencoba menjaga jarak.

Namun, bukannya mundur, Arzan malah melangkah lebih dekat, meski dengan gerakan perlahan. "Aku tahu ini aneh," katanya. "Tapi aku bukan orang jahat. Aku Arzan, sepupu Haryo. Aku hanya ingin tahu kenapa Haryo menyembunyikanmu di sini. Kau terlihat... sepertinya kau butuh bantuan."

Kirana terdiam sejenak, memperhatikan pria di depannya. Meski tubuhnya tetap tegang, ia mulai merasakan bahwa pria ini berbeda. Nada bicaranya tenang dan matanya tidak menunjukkan niat buruk. Tapi, trauma yang ia alami membuatnya tetap berjaga-jaga.

"Aku tidak percaya padamu," ucap Kirana akhirnya. "Siapa pun kau, kau pasti sama seperti dia. Kau pasti bekerja sama dengan Haryo."

Arzan menghela napas panjang. "Aku tidak tahu apa yang Haryo lakukan padamu, tapi aku bisa lihat kau merasa tertekan. Aku bisa pergi kalau itu yang kau mau. Tapi jika ada sesuatu yang bisa kubantu, katakan saja."

Kirana memandang Arzan dengan tatapan penuh keraguan. Bibirnya bergerak seolah hendak mengatakan sesuatu, tetapi ia ragu-ragu, seolah menimbang apakah pria di depannya bisa dipercaya atau tidak.

"Apakah kau orang baik dan bisa menolongku?" tanya Kirana dengan suara pelan, hampir seperti bisikan.

Arzan tersenyum kecil, mencoba menenangkan gadis di depannya. "Tentu saja. Kalau tidak, aku tidak akan berada di sini berbicara denganmu. Tapi, aku butuh kau menjawab pertanyaanku dulu. Kenapa Haryo mengurungmu di sini?"

Kirana terdiam lagi, matanya mulai berair. Ia menunduk, mencoba menyembunyikan air matanya yang mulai jatuh. "Aku... Aku tidak tahu harus mulai dari mana," katanya sambil mengusap wajahnya. "Dia ingin menikahiku. Tapi aku tidak mau. Aku tidak mencintainya. Aku tidak pernah memintanya untuk melakukan ini."

Arzan mengernyitkan alis. "Menikahimu? Tapi kenapa dengan cara seperti ini? Tidak ada alasan yang cukup baik untuk mengurung seseorang."

Kirana menggeleng dengan putus asa. "Haryo... dia sudah membayar ibuku untuk memaksaku menikah dengannya. Aku hanya seorang alat bagi mereka. Tidak ada yang peduli apa yang aku inginkan."

Mata Arzan melebar, rasa tidak percaya menyelimuti dirinya. "Membayar ibumu? Ini gila. Kau serius?"

Kirana menatapnya tajam. "Menurutmu aku bercanda? Hidupku sudah hancur. Aku bahkan tidak tahu siapa yang bisa kupercayai lagi."

Arzan menghela napas panjang, memandang Kirana dengan campuran simpati dan kemarahan. "Ini salah. Semua ini salah. Aku tidak tahu bahwa Haryo sejahat itu."

Kirana tertawa sinis. "Dia tidak peduli dengan perasaanku. Yang dia pedulikan hanyalah memiliki apa yang dia inginkan. Dan itu termasuk aku."

Belum lama mereka berbicara, tiba-tiba pintu kamar diketuk. Suara berat salah satu bodyguard terdengar dari balik pintu. “Pak Arzan, maaf mengganggu, tapi Pak Haryo sudah datang.”

Arzan segera berdiri, raut wajahnya berubah serius. Ia melirik Kirana yang tampak panik dan cemas.

"Apa yang akan kau lakukan? Kalau dia tahu kau ada di sini, dia pasti akan marah besar," bisik Kirana, suaranya penuh kekhawatiran.

Arzan mengangkat tangannya untuk menenangkan. “Tenang. Aku akan mengatasinya.”

Ia berjalan menuju pintu dan membukanya sedikit, memperlihatkan wajah bodyguard yang tampak gugup.

“Dengar,” ujar Arzan pelan namun tegas. “Katakan pada Haryo aku sedang berjalan-jalan di taman atau istirahat di kamar tamu. Jangan bilang aku ada di sini.”

Bodyguard itu tampak kebingungan. “Tapi, Pak Arzan... jika Pak Haryo tahu saya menyembunyikan informasi ini...”

Arzan memotongnya dengan nada dingin. “Aku yang akan bertanggung jawab. Kau hanya perlu lakukan apa yang kukatakan. Atau kau ingin Haryo tahu bahwa aku berhasil masuk ke kamar ini denganmu di sini tanpa memberitahunya?”

Wajah bodyguard itu semakin bingung dan panik. Ia mengangguk dengan enggan. “Baik, Pak. Saya akan bilang begitu.”

Arzan menepuk bahunya dengan ringan. “Bagus. Sekarang pergi dan pastikan dia tidak curiga.”

...****************...

Di dalam ruang kunjungan penjara yang suram, Rangga duduk dengan raut wajah lelah. Hidup di balik jeruji besi selama bertahun-tahun telah menggerus semangatnya, meski dalam hati kecilnya ia masih percaya bahwa dirinya hanya dijadikan kambing hitam dalam kasus korupsi yang mengguncang karier politiknya.

Hari itu, seorang pengacara muda bernama Faris datang untuk mengunjungi Rangga. Faris adalah bagian dari tim hukum baru yang ditugaskan untuk mengkaji ulang kasus Rangga. Ia tampak membawa beberapa dokumen tebal di tangannya.

"Pak Rangga, ada perkembangan terbaru yang ingin saya sampaikan," kata Faris, membuka pembicaraan dengan nada hati-hati.

Rangga mengangkat alis, rasa penasaran bercampur dengan skeptisisme. "Perkembangan apa? Bukankah semuanya sudah jelas? Saya dijadikan kambing hitam."

Faris mengangguk pelan. "Betul, Pak. Dan setelah kami melakukan investigasi lebih dalam, ada bukti baru yang menunjukkan manipulasi dalam kasus ini. Sepertinya, seseorang dari partai politik Bapak yang satu divisi dengan Bapak terlibat dalam rekayasa ini. Tapi masalahnya, identitas orang itu masih sangat dirahasiakan."

Rangga terdiam. Kata-kata Faris menguatkan dugaannya selama ini, tetapi tetap menyakitkan mendengar kenyataan itu.

"Jadi mereka benar-benar menyusun semuanya untuk menjatuhkan saya?" tanya Rangga dengan suara serak. "Saya tahu ada yang salah, tapi saya tidak pernah menyangka mereka akan sejauh ini."

Faris mengangguk lagi. "Ya, Pak. Bukti-bukti awal menunjukkan adanya manipulasi laporan keuangan dan dokumen internal yang dengan sengaja diarahkan agar terlihat seperti Bapak yang melakukan semuanya. Namun, pihak-pihak yang terlibat sangat kuat, dan mereka melindungi nama orang yang sebenarnya bertanggung jawab."

Rangga mengepalkan tangannya di atas meja, kemarahan dan rasa frustrasi menyelimuti dirinya. "Orang itu harus bertanggung jawab. Saya kehilangan segalanya—keluarga, karier, harga diri saya."

Faris menatap Rangga dengan penuh simpati. "Kami sedang berusaha menggali lebih jauh, Pak. Tapi ini tidak mudah. Pihak-pihak yang terlibat memiliki jaringan yang kuat di dunia politik dan hukum. Namun, saya yakin, lambat laun kebenaran akan terungkap."

1
Wega kwek kwek
kasih syarat Kirana kau mau menikah asal ayahmu dibebaskan dari semua tuduhan , jangan mau rugi minta bagi harta juga sebagai mas kawin
Wega kwek kwek
semoga kirana itu darah daging mu Haryo biar kapok
Wega kwek kwek
ayo semangat kak author,,,,kita tunggu updatenya
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
kok yh like dikit ya
Lucky One: makasih ya, udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
hadir thor
Yuniarti Yuniarti
lg 10persen
Ninik
semoga aja Kirana darah daging Haryo biar Haryo menyesal dan hancur
Ninik
ya Alloh ada ya seorang ibu yg tega menjual anaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!