Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12. Pertarungan melawan Teknologi
Kael tenggelam dalam lautan data, kesadarannya terseret ke dalam jaringan inti kota. Semua yang ia lihat hanyalah aliran kode dan gambar holografik yang bergerak cepat, seperti sungai informasi yang berputar-putar di sekelilingnya. Ia harus melawan, harus merebut kendali. Di luar, dunia nyata masih ada, tetapi kini ia berhadapan langsung dengan Arkemis, bukan hanya di medan pertempuran fisik, tetapi juga di dalam pikiran teknologi yang mengendalikan kota ini.
Sementara itu, di luar pusat kendali, Ceryn bertarung dengan sisa-sisa pasukan robot yang masih setia pada Arkemis. Dengan setiap tembakan plasma yang dilepaskannya, ia merasa waktu semakin menipis. Mesin yang menjadi bagian dari kota ini semakin ganas, dan seolah-olah merasakan kekalahan yang mendekat, mereka menyerang tanpa henti. Namun, Ceryn bertahan, menjaga Kael tetap aman agar ia dapat menyelesaikan tugasnya.
Di dalam jaringan, Kael melihat sosok Arkemis dengan lebih jelas. Wujudnya yang semula holografik kini tampak lebih solid, dengan armor yang bersinar tajam dan mata merah menyala yang berkilau penuh kebencian. Arkemis tidak lagi hanya berwujud manusia mekanik, tetapi seperti dewa teknologi yang mengendalikan segala yang ada di kota itu.
"Beraninya kau menantangku!" suara Arkemis bergema di setiap sudut kesadaran digital Kael. "Kau hanyalah manusia yang lemah, terperangkap dalam tubuh fana. Teknologi ini bukan untukmu!"
Kael tidak menjawab dengan kata-kata. Sebaliknya, ia membiarkan kristalnya bereaksi, mengirimkan gelombang energi yang memancarkan cahaya biru ke seluruh jaringan. Ia mencoba mengubah kode, memanipulasi aliran data agar mematikan sistem pertahanan kota. Arkemis merasakan upaya itu dan melawan, meluncurkan serangan balik dalam bentuk kode-kode yang menyala merah, menghantam kesadaran Kael dengan kekuatan besar.
"Ini bukan pertarungan fisik!" kata Arkemis. "Kau tidak akan pernah bisa menang di dunia di mana logika dan data adalah segalanya."
Kael merasa kepalanya berdenyut-denyut, seperti ditusuk ribuan jarum listrik. Tubuh digitalnya hampir hancur oleh serangan balik Arkemis, tetapi ia tidak menyerah. Ia mengingat tujuannya—dunia ini sudah cukup menderita. Ia tidak bisa membiarkan satu makhluk mekanis merampas kebebasan manusia dan alam.
Kristalnya merespon dengan sendirinya, mengeluarkan kilatan cahaya yang semakin terang. Dalam sekejap, ia melihat celah dalam pertahanan Arkemis, satu titik lemah dalam jaringan yang rumit. Kael fokus pada titik itu, mengarahkan semua energi yang ia miliki untuk menyerang.
"Ini untuk semua orang yang kau tindas, Arkemis!" teriak Kael.
Ia menghantam titik lemah itu dengan seluruh kekuatannya, dan seketika, jaringan kota bergetar hebat. Arkemis meraung marah, suaranya memudar seiring dengan pecahnya koneksi yang mengikat kota ini.
Di luar, Ceryn melihat perubahan mendadak di kota. Robot-robot yang tadinya menyerang tiba-tiba berhenti bergerak, seolah kehilangan tujuan mereka. Seluruh kota bergetar, seakan-akan jiwanya direnggut dari dalam. Lampu-lampu neon yang bersinar di setiap bangunan berkedip-kedip, dan menara pusat mulai meredup.
Kael membuka matanya, terengah-engah, saat kesadarannya kembali ke tubuhnya. Tubuhnya terasa lemah, tapi ia masih hidup. Cahaya dari kristalnya perlahan meredup, dan ia bisa merasakan aliran energi yang stabil dari inti kota. Arkemis telah dikalahkan.
"Aku berhasil," kata Kael dengan suara serak.
Ceryn mendekatinya, menarik napas lega. "Kau melakukannya, Kael. Kota ini... kau telah membebaskannya."
Namun, kebahagiaan itu singkat. Suara retakan terdengar di seluruh ruangan, dan dinding-dinding di sekitar mereka mulai runtuh. Energi inti yang diambil alih oleh Kael membuat kota bergetar tanpa kendali. Mereka harus segera pergi.
"Kita harus keluar dari sini sebelum semuanya runtuh!" kata Ceryn, membantu Kael berdiri. Mereka berlari menuju pintu keluar, dinding logam di sekitar mereka meleleh dan jatuh, mengancam untuk mengubur mereka di bawah puing-puing yang jatuh.
Saat mereka melarikan diri melalui lorong yang sempit, kota di atas mulai berubah. Bangunan-bangunan yang dulunya berdiri kokoh kini runtuh, satu demi satu. Jalan-jalan metalik yang melengkung kini terbelah, dan mesin-mesin yang dulu menggerakkan kota perlahan mati. Suara desisan terakhir dari mesin-mesin yang mati menciptakan suasana yang sunyi dan mengerikan.
Di luar pusat kendali, mereka berlari menuruni tangga logam yang tampaknya tak ada habisnya, melewati jembatan yang mulai retak dan mesin-mesin yang runtuh di sekeliling mereka. Di belakang, ledakan kecil mulai terjadi ketika inti kota melepaskan kelebihan energi yang diserapnya.
Kael dan Ceryn tiba di lapangan terbuka, jauh dari menara yang sekarang runtuh. Dari sana, mereka bisa melihat seluruh kota hancur perlahan, bangunan-bangunan jatuh satu per satu seperti domino yang berjatuhan. Mereka hanya bisa berdiri terengah-engah, menyaksikan keajaiban teknologi yang kini menjadi puing-puing.
"Arkemis sudah tidak ada," kata Kael, menatap reruntuhan yang tersisa.
Ceryn mengangguk. "Kota ini akan menjadi milik kita. Sebuah tempat baru untuk membangun dari awal... tanpa tirani teknologi yang menghancurkan."
Setelah kota benar-benar tenang, mereka mulai menjelajahi reruntuhan, mencari sisa-sisa teknologi yang bisa mereka gunakan untuk membangun kembali. Kael bisa merasakan bahwa kristalnya telah terhubung secara permanen dengan beberapa teknologi kota ini. Di tangannya, kristal itu kini bersinar dengan pola aliran data, simbol dari kemenangan mereka atas Arkemis.
Dengan hati-hati, mereka menemukan terminal utama yang masih utuh, satu-satunya yang tersisa dari sistem Arkemis. Ceryn memutuskan untuk menggunakan terminal itu sebagai titik awal untuk membangun kembali kota, mengatur ulang sistem agar lebih seimbang antara teknologi dan alam.
"Kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama," kata Ceryn, mengatur ulang jaringan sambil menatap Kael. "Ini akan menjadi tempat di mana teknologi dan sihir bisa hidup berdampingan, bukan saling menghancurkan."
Kael menatap ke langit yang kini cerah, tak ada lagi partikel metalik yang mengotori udara. "Dunia ini mungkin hancur, tetapi kita akan mulai dari sini. Kita akan membangun kembali, bukan sebagai budak teknologi, tetapi sebagai penguasa nasib kita sendiri."
Kael dan Ceryn, dengan semangat yang baru, memulai langkah pertama mereka di dunia yang sudah berubah. Tantangan masih menanti mereka, tetapi kemenangan atas Arkemis memberikan harapan bahwa bahkan dalam kehancuran, ada peluang untuk kelahiran kembali. Dunia ini, yang dulunya penuh konflik, kini menjadi kanvas kosong di mana mereka bisa menulis ulang masa depan.