Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAM DUA BELAS
"Sampai mati pun, aku tidak akan menceraikan mu, Fasha!"
Kata itu tercetus dari mulut Bachrie sebelum masuk ke dalam kamar mandi dan mulai terdengar gemericik air dari dalam sana.
Mendengar dering dari ponsel Bachrie, Fasha bangkit dari selimut untuk kemudian meraih gawai pipih tersebut.
Semenjak menikah, meski tahu pola ponsel milik Bachrie. Fasha tak pernah sekalipun membuka atau sekedar mencari tahu, apa isi percakapan di ponsel suaminya.
Namun entahlah, kali ini Fasha dibuat penasaran dengan sesuatu yang seharusnya tidak pernah Fasha buka sama sekali. Yah, seharusnya tidak dibukanya karena hanya akan menambah luka.
Sebuah pesan dari Azahra, dan saat diperiksa, rupanya Azahra begitu centil memamerkan kemolekan tubuhnya dengan pakaian seksi.
📨 "Mas Bachrie suka nggak, sama baju baru Zahra? Tadi, Zahra beli ini sama Ummi."
Ada panas yang tiba- tiba menyeruak di dada Fasha. Dia kembali terkekeh melihat pesan Azahra yang ternyata sungguh menggelikan.
Fasha jadi penasaran dengan respon Bachrie jujur saja, hingga dengan lancang tangannya menggulir ke atas dan mulai membaca satu persatu pesan- pesan terdahulunya.
Sungguh, Fasha tak pernah mengirimkan pesan nakal seperti ini. Sebab sebelumnya, Fasha tak pernah mengira jika ternyata, Bachrie juga menyukai obrolan erotis.
Sebenarnya wajar saja Azahra mengirimkan pesan seperti ini pada Bachrie. Mereka sudah halal dan lagi, keduanya tidak sedang berselingkuh di belakang Fasha.
Namun, yang membuat Fasha meradang adalah, pesan Bachrie di tanggal ketika Fasha ke salon hingga menabrak tiang, tak pernah mendapat jawaban bahkan sedari siang hingga malam.
Bulan lalu, Fasha masih maklum, saat Bachrie bilang tak bisa membalas seluruh pesannya karena sibuk. Namun kebenarannya adalah, Bachrie dan Azahra saling berbalas pesan di hari itu.
Bahkan, dalam perjalanan pulang, Bachrie dan Azahra masih sibuk balas membalas hingga Bachrie tiba di depan pintu. Semua bisa diketahui, dari percakapannya.
Jadi ini alasan dibalik sikap perubahan Bachrie semenjak menikah lagi? Ternyata, Azahra pandai di segala bidang.
Pandai memasak, mengobrol hal erotis, dan jika dilihat lagi, Bachrie menyukai seluruh pembahasan yang Azahra sampaikan.
Fasha sempat menghela napas. Ya Tuhan, pantas saja Bachrie perlahan berpaling, ternyata Fasha telah jauh tertinggal di belakang Azahra yang lebih mengasikkan.
📨 "Terima kasih, uangnya, Mas."
Pesan terakhir yang Fasha baca sebelum ponsel tersebut diraih pemiliknya. Bachrie telah rapi dengan pakaian kasualnya.
Yah, Bachrie selalu tampan dengan gaya pakaian ala rumahnya. Kaus putih berbahan ringan, yang dipadukan dengan celana pendek berwarna krimer.
"Kamu ngapain, buka hape? Kamu tahu kan ini privasi?"
Fasha tertawa miris, iya privasi karena Fasha bukan satu satunya seseorang yang memiliki Bachrie.
"Kemarin kamu sibuk benar. Bahkan kamu sampai bilang, kamu nggak bisa pegang handphone sama sekali dalam satu hari itu. Tapi ajaibnya, kamu mengirim banyak pesan untuk Azahra," sindir Fasha.
Bachrie belum bisa menimpali. Karena sungguh, dirinya belum siap sama sekali atas pertanyaan itu.
"Aku tidak tahu ini disebut selingkuh atau tidak, yang pasti, aku sakit," ucap Fasha.
Bachrie menunduk. Yah, dia akui, kemarin, dia sedang jenuh dengan Fasha yang selalu menanyakan kapan pulang ke Indonesia.
Dia malas membalas pesan Fasha karena dia jenuh dengan pembahasan Fasha yang itu itu saja, tidak inovatif, bahkan tidak menarik sama sekali.
Sementara Azahra, wanita itu pandai dalam berkomunikasi. Bachrie tak merasa jenuh karena ada banyak pembicaraan yang bisa dibahas karena tak melulu soal kegiatan.
Azahra sering menyelipkan gurauan tentang bagaimana baiknya suami istri berhubungan, dan sungguh itulah yang membuat Bachrie selalu membalas pesan istri keduanya.
"Aku bukan selingkuh. Saat itu aku merasa bosan terus diteror untuk pulang ke Indonesia sementara di Dubai Azalea butuh aku!"
Alah, Fasha hanya menanggapi lelaki itu dengan terkekeh samar. "Lalu kenapa sekarang Mas di sini? Azalea sudah tidak butuh Mas lagi?"
"Aku sudah bilang," potong Bachrie. "Aku ingin memperbaiki hubungan kita yang sudah tidak lagi harmonis. Aku rindu Acha yang ceria, juga Acha yang menyenangkan seperti dulu."
"Kalau begitu suruh Azahra mengajari aku ikhlas berbagi!" Fasha berteriak.
"Ajari aku caranya berpaling darimu. Ajari aku, setengah hati mencintai mu. Ajari aku tidak menjadi wanita perasa lagi, bila perlu matikan semua rasaku untuk mu, Mas!" tambahnya.
Bachrie tertunduk.
"Mungkin setelah itu semua bisa kulakukan, aku akan dengan senang hati membagi mu bahkan bersama Azahra! Karena jika masih sepenuh hati seperti sekarang ini, aku jamin, aku tidak akan pernah ikhlas."
"Sayang..."
Bachrie terenyuh tentu saja. Kata- kata Fasha begitu dalam dan tepat sasaran hingga, sedikit ada ruang untuknya menyesal.
"Maaf." Bachrie merangkum pipi Fasha yang lekas menepisnya. "Aku merindukan mu."
Meski ditolak sekuat Fasha, Bachrie berhasil memaksakan sebuah ciuman. Fasha tak bisa menolak lebih jauh, nyatanya Bachrie masih berhak atas dirinya.
Walau, jika dirasa lagi, tak ada kesan bahagia, karena bahkan Fasha menitihkan air mata di sela pagutan- pagutan suaminya. Perlahan, jemari- jemari Bachrie mengusap aliran bening yang luruh ke pipi wanita itu.
Sampai, sebuah ketukan mengharuskan Bachrie menyudahi aksinya. Itu pun, oleh dorongan Fasha yang meminta diselesaikan secepatnya.
Sekejap, Fasha menyapu sisa air mata di sekitaran pipinya, lalu memakai gamis dan hijab, sebelum ia membuka pintu kamar yang menampilkan sosok pemuda paling tampan di keluarga besarnya.
"Siapa yang datang, Sayang?" Bachrie lekas memeluk Fasha dari belakang. Dan Rayyan adiknya menyengir di depan keduanya.
"Hay!" sapa Rayyan.
Sontak, Fasha mendorong Bachrie agar masuk kembali ke kamarnya. "Acha pamit sebentar ya, Acha ada urusan penting sama Rayyan, sebentar saja. Mas lanjut istirahat."
"Tapi, ... Sayang--"
"Hanya sebentar."
Fasha tak peduli dengan raut keberatan, Bachrie. Wanita itu tetap menarik bagian penutup kepala di jaket jeans milik Rayyan hingga menepi.