NovelToon NovelToon
The Secret Behind Love

The Secret Behind Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: jhnafzzz

"The Secret Behind Love." adalah sebuah cerita tentang pengkhianatan, penemuan diri, dan pilihan yang sulit dalam sebuah hubungan. Ini adalah kisah yang menggugah tentang bagaimana seorang wanita yang bernama karuna yang mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan nya, mencari jalan menuju kebahagiaan sejati, dan menemukan kembali kepercayaannya yang hilang.

Semenjak perceraian dengan suaminya, hidup karuna penuh dengan cobaan, tapi siapa sangka? seseorang pria dari masa lalu karuna muncul kembali kedalam hidupnya bersamaan setelah itu juga seorang yang di cintai nya datang kembali.

Dan apakah Karuna bisa memilih pilihan nya? apakah karuna bisa mengendalikan perasaan nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jhnafzzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Talak atau madu?

Keheningan yang menggantung di rumah itu terasa semakin menyesakkan. Karuna duduk di ruang tamu, tubuhnya masih gemetar, matanya kosong menatap ruang yang sepi. Ethan sudah tidur siang, tubuh kecilnya terbaring di sofa dengan wajah polos yang tampak tenang, meskipun ketegangan yang melanda rumah itu sudah mulai dirasakannya. Karuna menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri, namun pikirannya terus terjerat oleh kata-kata Damian, oleh perasaan yang semakin hancur, dan oleh kenyataan pahit yang kini harus dihadapinya.

Tengah malam itu, setelah Ethan terlelap dalam tidurnya, Damian kembali datang. Pintu depan dibuka dengan suara berderit, dan langkah kaki beratnya terdengar jelas di lorong rumah yang sepi. Karuna yang duduk di ruang tamu mengangkat wajahnya, tatapannya kosong, meski hati kecilnya menjerit.

Damian masuk tanpa berkata apa-apa, wajahnya kembali tampak lelah, namun kali ini lebih dingin daripada sebelumnya. Ia berdiri di depan Karuna, memandangnya dengan tatapan kosong yang tidak bisa lagi dibaca. Karuna merasakan ketegangan yang mencekam, dan meskipun ia mencoba untuk tetap tenang, jantungnya berdegup kencang.

Damian duduk di sofa, cukup jauh dari Karuna. Ia menghela napas panjang, lalu berbicara dengan suara yang lebih tenang, namun penuh penekanan. “Karuna, kita perlu bicara lagi,” katanya dengan suara datar, seolah sudah tidak ada emosi yang tersisa.

Karuna hanya mengangguk perlahan, mencoba untuk tetap memusatkan perhatian pada kata-kata yang akan diucapkan Damian. Setiap detik terasa begitu berat, seolah ia sudah tahu ke mana arah percakapan ini akan berlanjut. “Apa yang ingin kamu bicarakan lagi, Damian?” suaranya hampir tak terdengar, penuh kepedihan.

Damian menatapnya, lalu menarik napas panjang, tampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan. “Aku tidak bisa lagi hidup dalam kebohongan ini, Karuna,” ujarnya, suaranya lebih dalam. “Kamu tahu, aku sudah tidak bahagia sejak lama. Kita sudah berusaha, kita sudah berjuang, tapi semuanya terasa sia-sia. Aku... aku merasa seperti terperangkap dalam hidup yang bukan milikku. Aku ingin kebebasan, Karuna. Aku ingin menjalani hidupku sesuai keinginanku, tanpa merasa terikat pada pernikahan yang sudah lama tidak ada artinya.”

Karuna merasa perasaannya semakin remuk, namun ia berusaha untuk tetap teguh. Ia menarik napas dalam-dalam dan menatap Damian dengan tegas. “Jadi, kamu ingin berpisah, kan?” tanyanya, suara sedikit bergetar, namun lebih kuat daripada sebelumnya.

Damian mengangguk perlahan, lalu berbicara dengan nada yang lebih keras. “Aku tidak bisa terus hidup dengan kamu, Karuna. Ini bukan hanya tentang kebahagiaan pribadi, ini tentang kita yang sudah terlalu lama terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Kita sudah tidak saling memahami lagi, kita sudah tidak saling mencintai lagi. Kita bukan pasangan yang baik untuk satu sama lain lagi.”

Karuna merasa sebuah kegelisahan besar menyelimuti hatinya. Suasana di sekitar mereka semakin berat, dan meskipun ia ingin melawan, ia tahu bahwa keputusannya sudah dibuat oleh Damian. Ia menunduk, merasakan air mata yang kembali menggenang di matanya. “Kamu benar. Mungkin kita sudah tidak bisa lagi bersama,” katanya dengan suara serak. “Tapi Damian, ada satu hal yang tidak bisa aku mengerti. Kenapa kamu harus pergi begitu saja? Kenapa harus ada orang lain? Kenapa harus ada wanita itu?”

Damian menatapnya, wajahnya menunjukkan kekosongan yang dalam. “Karuna, ini bukan tentang dia. Ini tentang aku yang merasa tidak hidup lagi. Aku tidak bahagia, dan aku sudah lelah. Aku butuh ruang, butuh waktu untuk diri sendiri. Kalau kamu bisa menerima kenyataan ini, kita bisa mengurus semuanya dengan baik-baik.”

Air mata Karuna mulai mengalir lagi, namun kali ini ia berusaha keras untuk menahan tangisnya. “Damian, aku sudah cukup menerima semuanya. Aku tahu bahwa kita tidak bisa kembali seperti dulu. Aku akan mencoba untuk melanjutkan hidup, meski berat.”

Damian diam sejenak, lalu melanjutkan pembicaraannya. “Karuna, soal anak... soal Ethan. Aku tahu dia adalah bagian dari kita berdua. Tapi aku juga ingin memberikan yang terbaik untukmu. Aku tidak ingin kamu hidup dalam kesulitan. Aku ingin memastikan kamu dan Ethan tetap terjamin secara finansial. Aku akan membantu membayar biaya hidup kalian berdua, meskipun aku harus pergi.”

Kata-kata Damian terasa seperti tamparan lain bagi Karuna. Ia menatapnya dengan mata penuh kebingungan dan amarah. “Jadi, kamu akan pergi begitu saja, dan berharap uang bisa menggantikan segalanya?” tanyanya dengan suara yang semakin keras. “Kamu kira dengan memberi uang, semuanya akan beres? Itu tidak akan pernah cukup, Damian. Tidak ada uang yang bisa membeli rasa sakit yang aku rasakan sekarang. Tidak ada uang yang bisa menggantikan keluarga yang kita bangun bersama!”

Damian tampak tidak terpengaruh dengan amarah Karuna. “Karuna, aku tidak punya pilihan lain. Aku ingin semuanya berjalan dengan baik untuk kita semua, meskipun aku harus pergi. Aku masih peduli pada kalian, hanya saja... ini yang terbaik bagi kita berdua.”

Karuna berdiri dari tempat duduknya, matanya menatap Damian dengan tajam. “Aku tidak membutuhkan uangmu, Damian. Aku tidak membutuhkan apapun darimu,” katanya dengan suara yang penuh kebencian. “Aku tidak akan membiarkanmu membeli rasa sakitku. Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan hidupku dengan cara itu.”

Damian berdiri, namun wajahnya tetap dingin. “Kamu akan menyesal nanti,” katanya dengan nada yang datar. “Aku akan mengurus pengacara, dan kamu akan mendapatkan hak asuh anak. Aku akan memberi kalian semua yang kalian butuhkan. Tetapi kamu harus tahu, Karuna, ini adalah keputusan yang sudah aku buat. Aku sudah tidak bisa kembali.”

Damian melangkah menuju pintu, namun sebelum ia pergi, ia berhenti sejenak dan berbalik. “Aku... aku ingin agar ini berakhir baik-baik, Karuna. Tidak ada yang harus berlarut-larut. Aku akan tetap bertanggung jawab untuk Ethan, tapi kita perlu hidup masing-masing. Kamu harus melepaskan aku, dan aku harus melepaskan kamu.”

Karuna menatapnya dengan wajah yang penuh amarah dan rasa sakit yang mendalam. “Lepaskan aku?” katanya dengan suara tajam. “Lepaskan aku? Kamu yang harusnya melepaskan dirimu dari kebohonganmu, Damian. Aku sudah cukup terluka. Aku tidak membutuhkan kamu untuk ‘melepaskan’ aku. Aku memilih untuk mengakhiri semuanya, meskipun itu berarti aku harus melakukannya sendirian.”

Damian memutar tubuhnya, dan sebelum ia menutup pintu dengan kasar, ia melemparkan satu kalimat terakhir. “Kalau itu yang kamu pilih, Karuna. Talak atau madu? Pilihan ada di tanganmu. Aku sudah membuat pilihan aku.”

Pintu tertutup dengan suara yang sangat keras. Karuna berdiri terpaku, tubuhnya terasa kaku, otaknya seolah berhenti berfungsi. Kata-kata itu terus berputar di kepalanya. **Talak atau madu?** Apa yang harus ia pilih? Keluarga yang hancur, kebohongan yang begitu besar, dan sekarang, pilihan yang terasa seperti sebuah pukulan terakhir. **Talak atau madu?** Jika ia memilih talak, berarti ia melepaskan segalanya—pernikahannya, masa depannya bersama Damian, dan bahkan masa depannya sebagai sebuah keluarga utuh. Tetapi jika ia memilih madu, apakah ia bisa menerima kenyataan bahwa ia harus berbagi hati Damian dengan orang lain?

Tanpa sadar, air mata kembali mengalir di pipinya. Ia merasakan perasaan yang begitu kompleks, campuran antara amarah, kebingungan, dan keputusasaan. Namun, di dalam hati, ia tahu satu hal: ia tidak bisa hidup dalam bayangan kebohongan lagi.

Pagi itu, ketika Ethan terbangun dan bertanya tentang Damian, Karuna menjawab dengan suara yang tegas, meskipun hatinya bergetar. “Papa tidak akan kembali, Ethan. Papa sudah memilih jalan hidupnya sendiri.”

Ethan hanya menatap ibunya dengan mata penuh kebingungan, namun Karuna tahu, ia harus menjadi contoh yang kuat bagi anaknya. Meskipun hatinya hancur, ia akan berjuang untuk masa depan mereka berdua.

Di depan jalan yang sepi itu, Karuna akhirnya membuat pilihan. **Talak.** Karena ia tahu, ia tidak bisa hidup dalam kebohongan dan kepalsuan yang telah dibangun. Ia memilih untuk melepaskan Damian, demi dirinya sendiri, dan demi masa depan Ethan.

Talak atau madu—Karuna memilih talak. Namun, apakah ia yakin akan benar-benar memilih pilihan fatal itu?

1
Kei Kurono
merasa terhubung dengan tokoh-tokoh dalam cerita.
Alhida
Terpesona☺️
Alucard
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!