Bagaimana jadinya kalau kita dijodohkan dengan orang yang kita cintai?
Pasti bahagia sekali bukan? Tapi, tidak untuk Nabila. Justru perjodohan inilah yang menjadi pintu awal penderitaannya.
Bagaimana tidak? Nadeo sang suami yang terang-terangan mengatakan tidak menginginkan pernikahan ini dan akan melakukan poligami. Parahnya lagi, nadeo membawa istri kedua tinggal satu atap bersama dengan Nabila. Wanita mana yang tidak sakit hati, melihat orang yang kita cintai bermesraan setiap hari didepan kita.
Bisakah Nabila bertahan dengan rumah tangganya? atau lebih memilih mundur dan kalah? Yuk baca selengkapnya di menepi (mencintai dalam sepi?)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon da alfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan
Nadeo memasuki rumah dengan wajah ceria. Sepertinya ia baru saja pulang bertemu dengan kekasihnya. Sang kekasih yang amat ia cintai. Wajah gembira, bibir bersiul tanda hati kegirangan bak mendapatkan hadiah tak terduga.
Bu Ningrat yang duduk di sofa di ruang tamu, memang sedang menunggu kepulangan anak laki-lakinya. Ya, Nadeo. Apalagi jikalau bukan ingin membahas masalah perjodohan yang sudah dikatakan minggu lalu.
Jikalau Nadeo belum menemukan pacar lain atau lebih jelasnya, perempuan baik-baik di mata Bu Ningrat, bukan seperti kekasihnya yang pernah terjerat kasus prostitusi, maka siap-siap Nadeo akan kembali ke era 60-an yang gentar akan jodoh menjodohkan.
"Nadeo sini kamu!"
"Iya Ma."
Nadeo yang tadinya ingin menaiki tangga dan menuju ke kamarnya, tapi tidak jadi. Ia segera mendekati mamanya yang ada di ruang tamu lalu duduk berhadapan.
"Ada apa Ma?" Tanya Nadeo lembut.
Nadeo yakin pasti mamanya ingin membicarakan hal penting padanya. Kalau tidak, tidak mungkin sudah hampir tengah malam masih menunggunya pulang.
"Gimana yang mama bilang minggu lalu, sudah dapat belum?" Tanya Bu Ningrat langsung tanpa basa-basi lagi.
"Yang mana ya Ma? Nadeo lupa, kan obrolan minggu lalu banyak." Balik tanya Nadeo.
Jujur, sebenarnya Nadeo juga tidak tahu kemana arah pembicaraan Mamanya. Karna memang banyak hal yang dibahas minggu lalu. Masalah tentang mall, di kampus, atau di rumah sakit. Tapi tidak dengan masalah perjodohan, Nadeo tidak sempat berfikir kesitu. Bahkan, Nadeo sudah lupa akan hal itu.
"Halah kamu ini sok-soan lupa." Lontar Bu Ningrat yang menganggap ucapan Nadeo hanya bercanda.
Bu Ningrat tidak tahu bahwa Nadeo benar-benar lupa tentang perjodohan yang dikatakannya minggu lalu. Padahal masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Nadeo tak terlalu menggubrisnya.
"Iya kan memang pembahasannya banyak Ma. Masalah mall kita yang sekarang bersaing dengan toko online atau keseharian Nadeo di kampus dan rumah sakit."
"Eh eh bukan itu. Ini masalah kamu, kamu udah dapat pacar belum?"
"Astaghfirullah Mama!" Seru Nadeo sambil menepuk jidat. Nadeo tidak habis fikir, rupanya Mamanya benar benar serius ingin mencarikannya pasangan hidup. "Ya ampun Nadeo pikir apaan."
"Apaan gimana? Kamu kok nyepelein. Denger, kamu itu udah dewasa, udah mau tiga puluh tahun, bukan ABG lagi yang masih bisa menghabiskan masa pacaran, jalan sana jalan sini." Cletuk Bu Ningrat panjang lebar, "Kalau bukan sekarang, kapan kamu mau ngasih Mama menantu sama cucu? Mama ini udah bau kubur!" Tambah Bu Ningrat lagi, mengingatkan bahwa ia sudah tak lagi muda, usianya sudah mendekati 60, tapi belum juga bisa menimang cucu. Sedangkan ines kakaknya Nadeo, sudah menikah selama lima tahun, tapi belum juga dikaruniai buah hati. Harapan Bu Ningrat sekarang ada pada Nadeo.
"Mama jangan ngomong gitu dong!" Balas Nadeo.
"Lah terus, kamu dibilangin gak dengar. Kamu gak kasian apa sama mama, mama itu pengen sekali menimang cucu. Mbak ines mu juga belum juga isi, sekarang Mama berharap sama kamu. Mama pengen sebelum mama dijemput tuhan, mama bisa merasakan bagaimana rasanya punya cucu, seperti teman-teman mama yang lainnya." Terang bu Ningrat.
"Iya Ma, baru juga seminggu, mana mungkin bisa langsung dapat pengganti." Kilah Nadeo.
"Iya maka dari itu, Mama mau ngenalin kamu sama seseorang, yang pastinya baik bibit, bebet, bobotnya!" Ucap Bu Ningrat semangat.
"Siapa?" Tanya Nadeo penasaran.
"Pokoknya cantik dan soleh, gak lama lagi mareka kesini!"
"Terserah Mama deh!" Pasrah Nadeo. Lagian tidak ada gunanya juga berdebat dengan Mamanya. "Tapi nadeo ada syarat ma!"
"Apa?" Tanya Bu Ningrat antusias.
"Nadeo gak mau ada resepsi, gak mau ada tamu, cuma akad aja. Dan dilakukan secara tertutup!"
Bu ningrat tampak berpikir sejenak, lalu ia tersenyum "Gak masalah, yang penting kamu mau."
"Oke, nadeo ke kamar dulu." Pamit Nadeo seraya bangun dan beranjak menuju kamar.
Sebenarnya Nadeo ingin sekali menolak perjodohan ini, tapi Nadeo tidak berdaya. Nadeo sangat sayang pada Mamanya, apalagi Mamanya mengidap penyakit jantung. Sungguh sangat sulit menolak permintaannya. Padahal ingin sekali Nadeo membawa sang kekasih sebagai calon istrinya.
...****************...
Langkah kaki jenjang seorang perempuan cantik nan ranum berhenti di meja nomor delapan. Tujuannya telah sampai kepada sang kekasih. Diiringi senyuman manisnya, perempuan yang punya lesung pipi dan gigi gingsulnya menarik sebuah kursi dan mendudukinya, tepat di hadapan sang kekasih.
"Udah nunggu lama ya Mas?" Tanya perempuan itu ramah tanpa berhenti tersenyum.
Raya. Iya, Raya. Pujaan hati Nadeo Arga Winata. Seorang perempuan yang berprofesi sebagai designer dan model, yang juga punya masa lalu kelam. Dan akan di pandang hina oleh siapapun yang mengenalnya di masa lalu.
Mungkin hal itu tidak berlaku untuk Nadeo. Walau Nadeo sudah tahu tentang masa lalu Raya, tapi tak sekalipun rasa cintanya berkurang. Malah yang ada rasa cintanya semakin menggebu-gebu karna rasa nyaman yang diberikan oleh Raya.
"Enggak kok sayang." Jawab Nadeo sambil membalas senyum sang kekasih. Senyum yang paling manis dan tulus.
"Udah pesan makanan Mas?"
"Udah. Aku tadi pesan dimsum udang 2 sama lemon tea" Nadeo memang sudah hafal dengan makanan kesukaan sang kekasih.
"Tau aja aku lagi pengen dimsum."
Tak berselang lama, pesanan mareka pun datang, dua dimsum udang dan dua gelas lemon tea ditaruh di atas meja oleh pelayan resto tersebut. Pelayan dengan baju seragam warna merah dan hitam dengan ramah mempersilahkan nadeo dan raya untuk mencicipi pesanan mareka.
"Silahkan Mbak, Mas!" Ucap sang pelayan ramah.
Pelayan itu menyunggingkan senyum lalu berpamitan pergi. Nadeo dan Raya pun mengambil sumpit untuk mencicipi dimsum udangnya.
"Kamu nyuruh aku kesini mau ngomong tentang apa Mas?" Tanya Raya seraya memasukkan dimsum ke dalam mulut.
"Udah makan dulu, abis itu baru aku ngomong." Jawab Nadeo.
Sebenarnya Nadeo tidak ingin apa yang akan diutarakan pada Raya, membuat nafsu makan Raya hilang. Karna tidak mungkin ada perempuan yang baik-baik saja ketika melihat orang yang dicintai menikah dengan orang lain.
"Udah ah mas, ngomong aja, bikin aku penasaran tau gak?" Desak Raya disela mengunyah makanan.
Nadeo diam sejenak. Menarik nafas, lalu menghembuskannya kembali. Berat!. Begitu berat rasanya mengatakan semua pada Raya.
"Aku mau dijodohi Ray." Lirih Nadeo.
Seketika dimsum yang ingin masuk ke dalam mulut Raya, ditaruh lagi. Dalam sekejap nafsu makan Raya hilang.
Sebenarnya Raya tidak kaget akan hal itu. Sebab Raya sendiri tahu, kalau Bu Ningrat tidak pernah suka padanya, lebih tepatnya dengan masa lalu yang dimiliki Raya. Raya tidak marah. Raya tahu semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya, tidak terkecuali Ibunya Nadeo.
Raya juga sadar diri, dengan masa lalunya yang kelam memang sangat sulit untuk diterima oleh keluarga laki-laki. Siapa pun itu. Karna sudah kodrat wanita, jika wanita dilihat dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dilihat dari masa depannya.
Sakit!. Mungkin itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan Raya sekarang. Bertahun-tahun menjalin hubungan asmara, tapi tetap tidak bisa bersama disebabkan tidak adanya restu dari orang tua.
"Kamu terima kan Mas?" Tanya Raya lembut memastikan. "Aku udah bilang berapa kali sama kamu Mas, itu pasti yang terbaik untuk kamu. Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, enggak terkecuali Mama. Aku gak pantas Mas buat kamu!"
"Tapi yang aku mau kamu Ray." Ujar Nadeo dengan nada memelas.
"Mas, tolong jangan pikirin diri sendiri dulu. Jangan egois Mas. Mas Nadeo pikir dengan kita menentang restu orang tua, kita akan bahagia? Enggak mas!"
"Terus aku harus gimana Ray? Aku gak mau kehilangan kamu."
"Lupain aku Mas, apapun yang kita lakukan gak akan merubah kehendak Mama. udah bertahun-tahun Mas, menikahlah dengan pilihan Mama, aku yakin kamu akan bahagia Mas."
"No! Aku bahagianya sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu, apapun yang terjadi." Nadeo tetap kekeh sama pendiriannya.
"Terus maunya Mas gimana?"
"Jangan tinggalin aku," Pinta Nadeo, "Tetap stay dengan aku. Aku janji akan lakuin apapun yang penting kita bisa bersama."
"Dengan cara?" tanya Raya Ragu.
"Apapun itu."
"Jangan gila Mas!"
"Aku gila, aku emang udah tergila-gila sama kamu!"
"Apapun yang mas lakukan, jangan sampai buat Mama kecewa dan sedih." Mohon Raya.
"Pasti!" Sahut Nadeo yakin, "Asal kamu gak akan berpaling dari aku. Kita akan menikah juga."
Sebenarnya Raya adalah perempuan lembut dan baik hati. Di saat seperti ini dia masih memikirkan perasan Bu Ningrat, yang jelas-jelas tidak menyukainya. yang merenggut kebahagiaanya. Padahal bisa saja ia menghasut Nadeo, untuk kawin lari. Tapi Raya masih punya perasaan.
Dan karna kesalahannya di masa lalu, membuat Raya harus menelan pil pahit sekarang. Pasalnya ibu dari orang yang ia cintai tidak menerimanya.
Raya melakukan semua itu bukan tanpa alasan, Raya yang saat itu bekerja di sebuah cafe, harus rela menjual diri kepada lelaki hidung belang untuk membiayai kuliahnya. Raya tidak tahu harus meminta kepada siapa, karna memang dia tidak punya siapa-siapa.
Gaji tempat Raya bekerja tidak cukup untuk membiayai kuliahnya, sedangkan Raya sangat berkeinginan menjadi designer profesional.
Walaupun mempunyai masa lalu yang pahit, tak membuat karir Raya hancur. malah sekarang Raya juga menekuni dunia permodelan. Mungkin ini adalah hasil dari kerja kerasnya. Karirnya sedang di puncak kesuksesan.
n
🥰🥰😝
🥰🥰cegukan