Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Di kediaman Rudi, mantan ibu mertua Ayana sedang santai-santai tanpa melakukan apa pun. Sementara sang anak tak kalah santainya, duduk dengan kedua kaki di meja dan makan jajan dengan bungkus yang berserakan di mana-mana.
Benar-benar pasangan ibu dan anak yang sangat jorok dan pemalas.
Rudi pulang ke rumah saat sore hari karena toko sembakonya hanya buka sampai sore saja di pasar. Penghasilannya yang lumayan karena Rudi pandai mengatur semuanya membuat ibu mertuanya sangat bangga.
Namun Rudi merasa semakin muak saja melihat sikap ibu mertua dan istrinya yang semakin tidak tahu aturan.
"Apa-apaan ini, Sinta? Kenapa rumah sangat kotor?" Marah Rudi saat melihat bukan hanya bagian ruang televisi yang sedang di gunakan saja yang kotor.
Dapur yang menyatu dengan ruang makan tidak kalah kotor dan berantakan. Piring bekas di gunakan untuk makan siang belum di cuci hingga memancing datangnya lalat.
"Kenapa sih Mas berisik banget? Biarin saja lah kotor. Besok pagi kan ada mbak yang bakalan beresin," kata Sinta dengan santainya tanpa merasa bersalah.
Bahkan Sinta tidak segan-segan membuang kulit kuaci yang sedang di makannya sembarangan. Semakin kesal saja Rudi mendengar jawaban istrinya yang sangat malas ini.
"Jangan hanya mengandalkan Mbak saja, Sinta. Mbak itu datangnya pagi dan pulang siang hari, apa kamu gak risih melihat rumah kotor berantakan layaknya kandang hewan begini?"
Bu Rena sang mertua menatap sinis anak menantunya itu. Ia sangat tidak suka jika anaknya di marah-marah oleh sang suami.
"Kamu apa-apaan sih, Rudi? Kenapa marahin Sinta hanya karena rumah berantakan? Biarkan saja besok pembantu yang kerjakan. Dia di bayar ya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah," kata bu Rena.
"Dan kalian akan membiarkan rumah dalam keadaan berantakan seperti ini sampai besok pagi? Bukan hanya lalat dan nyamuk yang akan datang ke rumah ini, tapi juga semut."
Benar-benar menguji kesabaran sekali ibu mertuanya Rudi ini. Sudah di biarkan ikut tinggal bersama mereka, bukannya membuat anaknya sadar akan tanggung jawab sebagai istri. Malah rumah di biarkan berantakan dan sangat kotor.
"Mana ada hewan kotor begitu yang bakalan datang ke rumah kita. Pintu dan jendela semua sudah di tutup," ujar bu Rena.
"Tahu nih Mas, jangan norak deh jadi orang. Aku gak mungkin kerjakan semua itu, nanti kuku aku rusak," ucap Sinta pula.
"Aku gak mau tahu, bereskan semua kekacauan di rumah ini atau kalian berdua gak ku beri uang," bentak Rudi kesal.
Pria itu meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke dalam kamar untuk bebersih. Benar-benar sakit kepalanya, semenjak sang ibu mertua tinggal di rumahnya sebula lalu. Sinta semakin bersikap seenaknya sendiri karena ada yang membelanya.
Biasanya Rudi akan diam saja karena malas ribut dengan kedua wanita itu. Terutama sang ibu mertua karena ia masih menghormatinya. Namun kini ia akan mencoba untuk berani dan sedikit membuang rasa hormat itu demi kenyamanan bersama.
"Apa-apaan sih Mas Rudi ini? Kesambet apa sih dia sampai marah-marah begitu?" Gerutu Sinta tidak terima di marahi suaminya.
"Sudah lah Sinta, kamu bersihkan saja rumah ini. Kan kami juga yang buat berantakan, piring itu juga cuci sana," kata bu Rena memerintah anaknya.
"Enak banget Ibu minta aku kerjain semua itu, nanti tangan dan kuku aku rusak kalau kena sabun. Aku ini biasa semuanya tinggal beres, mending Ibu saja sana yang kerja kan."
"Kok kamu malah suruh Ibu sih, Sinta? Ibu ini kan sudah tua, gak sanggup lagi kalau harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Sudah saat nya Ibu ini duduk santai tanpa di bebani oleh pekerjaan lagi. Sekarang saat nya bagi Ibu juga untuk menikmati masa tua, di beri uang oleh anak dan bersenang-senang. Bukan malah mengerjakan pekerjaan kotor itu," tolak bu Rena.
"Kan Ibu memang sudah di kasih uang sama Mas Rudi. Kemarin Ibu sudah di kasih 1,5 juta, jadi sudah seharusnya Ibu membantu membereskan pekerjaan rumah," kata Sinta menatap ibunya kesal.
"Dasar anak semprul kamu, kamu itu harus berbakti sama Ibu mu ini. Karena hanya tinggal Ibu yang kamu punya dan sudah menjadi tugas kamu untuk menjaga dan merawat Ibu tanpa mengeluh apa lagi menyuruh Ibu. Kamu harus menjadikan Ibu ini layaknya Ratu," ujar bu Rena.
Kedua mata Sinta melotot mendengar ucapan ibunya itu. Dan perdebatan di antara kedua wanita itu terus berlanjut tanpa mengindahkan perintah Rudi tadi. Bahkan ancaman pria itu juga tidak di hiraukan keduanya.
Rudi yang sudah selesai mandi dan bersiap segera keluar dari kamar. Bukannya melihat keadaan rumah yang sudah bersih, Rudi malah mendapati pasangan ibu dan anak itu sedang berdebat dan tidak ada habisnya.
"Berhenti kalian berdua!" Bentak Rudi keras.
Sontak saja bu Rena dan Sinta menghentikan perdebatan mereka yang sangat tidak bermanfaat itu. Keduanya menatap Rudi yang terlihat sangat marah.
"Bereskan rumah ini segera atau kalian berdua keluar dari rumah ini," teriaknya benar-benar kesal sekarang.
Sinta dan bu Rena bergerak dengan ketakutan karena tidak menyangka Rudi bisa terlihat sangat menyeramkan saat marah. Meski merasa sayang dengan kuku yang baru di pasang. Sinta mengabaikan itu sejenak asal selamat dari amukan Rudi.
Rudi menghembuskan napas kasar melihat mertua dan istrinya yang gelagapan mengerjakan semua pekerjaan rumah.
"Benar-benar sial kita, Bu. Seharusnya ini bukan pekerjaan ku," gerutu Sinta pelan nyaris berbisik pada sang ibu agar tidak di dengar suaminya yang sedang berada di kamar.
"Kamu kira Ibu pernah mengerjakan ini semua? Semenjak tinggal di rumah Almarhum Mas mu, Ibu sama sekali gak pernah mengerjakan pekerjaan rumah," bisik bu Rena pula.
"Kemana lagi perempuan sialan itu ya, Bu? Sudah dia berani-beraninya menjual rumah Mas Dimas. Nomornya gak bisa di hubungi lagi, kemana dia pergi kira-kira ya Bu?"
"Entah lah, awas saja dia nanti kalau ketemu sama Ibu. Gak bakalan Ibu lepas kan dia itu, uang penjualan rumah juga harus Ibu dapatkan. Enak saja dia mau menguasai semua uang Mas mu," kata bu Rena kesal.
"Iya Bu, aku juga kesal banget sama dia. Pokoknya kita harus kasih dia pelajaran nanti kalau ketemu," ujar Sinta mendukung kekesalan sang ibu.
Keduanya membersihkan rumah dengan gerutuan yang tidak berkesudahan. Namun untuk menolak juga tidak berani kala mengingat kemarahan Rudi.
Sedangkan orang yang menjadi sumber kekesalan ibu dan anak itu sedang bersama Abian. Hidup mereka semakin membaik dan Ayana sangat bersyukur dengan hal itu.
"Kamu benar-benar membawa berkah untuk Bunda, Nak."
Ayana mengecup kening Abian yang sedang tidur pulas di pelukannya.