Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Sementara itu, di kamar Sarah, Lina mencoba pakaian pakaian yang di keluarkan oleh Sarah dari lemarinya,
“Um...Sar, kepanjangan dan kekecilan di bagian ini,” ujar Lina yang sedang memakai kaus Sarah sambil menunjuk bagian bawah kausnya dan bagian dadanya.
Sarah menoleh, dia mengamati Lina dari atas ke bawah dan kembali ke atas, di banding dirinya, Lina memang lebih pendek namun bagian dadanya lebih besar dan sedang di tunjuk oleh nya, Sarah melihat ke bawah dan melihat dadanya sendiri.
“Grrrr....lo pamer ya ?” tanya Sarah.
“Hah pamer apaan ?” tanya Lina kaget.
“Udahlah, copot coba yang ini,” balas Sarah memberikan kaus lainnya kepada Lina.
“Ok ok,” balas Lina.
“Ternyata lo gede juga ya....kalah gede gue, dulunya gue kurus sih,” ujar Sarah.
“Lo ngoceh apaan sih ?” tanya Lina.
“Dah lah, cepet pake,” jawab Sarah.
Setelah Lina memakai nya dan cocok, Sarah berjalan ke jendela dan melihat keluar, ternyata Rio dan Alex sudah menunggu di depan pagarnya dan menaiki motor mereka.
“Mereka udah di bawah, yuk Lin,” ujar Sarah.
“Lo tinggal sendirian ya Sar ?” tanya Lina.
“Iya, ini rumah peninggalan bokap, gue sendirian di sini,” jawab Sarah.
“Nyokap lo kemana ?” tanya Lina.
Sarah meneceritakan secara singkat keadaan dirinya, Lina langsung menunduk dan tidak berkata apa apa,
“Kenapa ?” tanya Sarah.
“Enggak, lo ternyata sama kayak gue ya,” jawab Lina.
“Lo tinggal di mana ?” tanya Sarah.
“Gue di kos kosan yang ada di gang di belakang sekolah, jadi gue kesekolah jalan kaki dan ga takut telat hehe,” jawab Lina.
“Lo ngekos ?” tanya Sarah.
“Iya, kenapa ?” tanya Lina.
“Hmmm.....di sini gue sendirian dan lo ngekos, gimana kalau lo tinggal ama gue aja ? daripada lo keluar duit buat ngekos, kita satu sekolah ini,” tanya Sarah tersenyum.
“Eh...bukannya lo tinggal ama Rio ?” tanya Lina.
“Emang, beberapa hari ini, kita bolak balik karena Rio juga tinggal sendirian, tapi ga mungkin selamanya kan, kecuali kalo udah merid,” jawab Sarah.
“Bener juga sih, tapi ga enak ah, ntar gue malah ganggu lo ama Rio,” balas Lina.
“Mana ngeganggu sih, santai aja kale, lagian seru juga ada temen yang sama kayak gue, sama sama aneh hehe,” balas Sarah.
“Hehe emang bener sih....boleh mikir dulu kan ?” tanya Lina.
“Silahkan aja, tapi emang apa yang mau lo pikirin lagi ?” tanya Sarah.
“Yah paling ga, gue ngomong dulu ama perawat yang selama ini ngasuh gue,” jawab Lina.
“Perawat yang ngasuh lo ? emang nyokap lo kemana ?” tanya Sarah.
Lina menceritakan dengan singkat keadaan dirinya dan ibu nya, setelah mendengar ceritanya, Sarah langsung maju memeluk Lina yang sedikit terlihat terkejut karena di peluk Sarah,
“Gue juga ngerti perasaan lo Lin, Rio juga gue yakin sama sebab dia juga gitu, lo ngomong dulu ama pengasuh lo, gue tunggu jawaban lo,” ujar Sarah.
“Makasih ya Sar, padahal kita baru ketemu hari ini ya, lo udah ngajak tinggal bareng,” balas Lina.
“Kita senasib, kita sama sama aneh, lagian....gue mau minta lo ajarin gue,” ujar Sarah.
“Hah...ajarin apa ?” tanya Lina.
“Gimana caranya memperbesar *nyot* ini\,” ujar Sarah sambil meremas dada Lina.
“Aaaw...apaan sih lo, jangan main asal pencet aja,” ujar Lina sambil menyingkirkan tangan Sarah dan menutupi kedua dadanya.
“Hehehe ngiri gue, lo gede,” balas Sarah.
“Dasar lo, lo juga ga kecil kecil amat, udah lah yu, kata lo mereka udah nungguin,” ujar Lina.
“Ok yuk, semua udah beres, tinggal jalan,” balas Sarah.
Tak lama kemudian, keduanya keluar dari dalam, Rio dan Alex melihat keduanya memakai kaus dan rok abu abu mereka. Setelah mengunci pagar, keduanya langsung membonceng motor dan mereka pergi menuju ke rumah Alex. 30 menit kemudian, setelah melintasi kota,
“Ini rumah lo ?” tanya Rio sambil melihat ke atas.
“Wow...kayak istana,” tambah Sarah.
“Ga percuma demon lord,” tambah Lina.
“Iya ini rumah gue, ayo masuk,” balas Alex sambil membuka pagar.
Di depan mereka ada sebuah rumah yang lebar, besar dan luas dengan gaya arsitektur eropa modern dengan dua pilar di depan rumah. Ketika masuk ke dalam, Rio, Sarah dan Lina bisa melihat ada dua mobil di carport dan tiga lagi di dalam garasi yang terbuka. Ada seorang tukang kebun yang sedang menggunting tanaman di balik dinding pagar yang tinggi. Ada seorang asisten rumah tangga yang sedang bekerja keluar masuk ke dalam garasi dan seorang pengemudi yang sedang menyiram mobil untuk membersihkannya.
“Ok gue percaya dia demon lord,” ujar Rio.
“Dia orang kaya rupanya,” balas Sarah.
“Keren juga ya, dia beruntung banget,” balas Lina.
“Oi semua ini punya bokap gue kale, gue mah ga punya apa apa,” ujar Alex.
“Tau kale,” balas Rio, Sarah dan Lina.
“Klek,” Alex membuka pintu rumahnya, tiba tiba “buak,” seseorang langsung melompat memeluk Alex dan Alex membalas memeluknya,
“Kak, aku kesal kak, masa di sekolah tadi (menoleh melihat ke belakang Alex dan langsung menjadi geram) lo ngapain di rumah gue hah ?” teriak gadis yang memeluk Alex.
“Um...halo Sofi haha,” ujar Sarah mengangkat tangannya.
“Kak, apa apaan ini, kenapa kamu bawa mereka kesini, aku benci mereka kak,” teriak Sofi sambil menunjuk Rio dan Sarah.
“Sofia, kamu kenal Rio dan Sarah ?” tanya Alex bingung.
“Kenal lah kak, kan aku udah bilang aku benci mereka,” jawab Sofi kencang.
“Oi lo yang ngejelek jelekin orang tua Rio tadi, Sof, lo yang harusnya minta maaf,” ujar Sarah mulai geram.
“Hah...ngejelekin orang tua gue ? dia ? kapan ?” tanya Rio kepada Sarah.
“Tadi pas lo pulang ganti baju,” jawab Sarah.
“Diem lo Sar, keluar lo dari rumah gue, jangan sampai gue panggil polisi,” teriak Sofi.
“Aduh kenapa jadi begini....um...sori Rio, Sar, Lin, kalian tunggu bentar ya, gue ngomong dulu bentar,” ujar Alex yang merasa tidak enak.
“Iya, santai aja,” balas Rio.
Alex langsung mendorong Sofi masuk ke dalam dan menutup kembali pintunya. Rio dan Sarah menggelengkan kepalanya sementara Lina melihat Rio, Sarah dan pintu dengan wajah bingung, kemudian dia bertanya,
“Um...ada apa sih ini ? gue ga ngerti apa apa nih,” ujar Lina.
“Iya juga, coba Sar, ceritain, ada apa, gue juga ga ngerti jelas perkaranya,” ujar Rio.
“Ok ok gue ceritain,” balas Sarah.
Selesai Sarah bercerita, Rio langsung memegang kening nya sendiri dan mengusap wajahnya, sementara Lina menggelengkan kepalanya,
“Gue terima kasih banget ama lo Sar karena sudah membela gue, tapi lain kali jangan gitu ya, lagian bukannya kemarin lo takut ama dia ? lo di bully ama dia dan temen temen nya kan ?” tanya Rio.
“Oh mereka bully lo Sar ?” tanya Lina.
“Gue bukan takut karena mereka bully gue, gue takut ga bisa nahan diri dan tadi akhirnya gue ketelepasan karena yang mereka hina elo Rio, untung aja ada Yuli,” jawab Sarah menunduk.
“Ya udahlah, ntar kalau si Alex keluar ngomong aja, gue bantuin ngomong, tenang aja,” ujar Rio memegang kepala Sarah.
“Iya, gue juga bantuin, mereka mulai duluan jadi wajar aja kalau lo jadi marah,” tambah Lina.
“Lin lo juga ga usah manas manasin,” balas Rio.
“Hehe sori, gue sewot aja,” balas Lina.
“Thanks ya, lo berdua,” balas Sarah.
Tak lama kemudian, "ckrek," gagang pintu bergerak ke bawah. Rio, Sarah dan Lina melihat ke arah pintu dan mundur sedikit menunggu pintu di buka dari dalam.