Sang penjaga portal antar dunia yang dipilih oleh kekuatan sihir dari alam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon faruq balatif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Ganda
Kabut kelam meliputi seluruh medan pertempuran di dimensi pertengahan. Vaneca, Dom, Murais, dan para tetua kelompok Giory dengan kekuatan penuh menghadapi makhluk-makhluk kegelapan yang berbondong-bondong datang. Araya berdiri di tengah mereka, tangannya erat mencengkeram kalung peninggalan ibunya, sumber kekuatan yang ia gunakan untuk memperkuat perlindungan di sekitar pasukan. Meski belum sepenuhnya menguasai sihir, Araya berusaha menyalurkan energi sebanyak yang ia bisa dari kalung tersebut.
Di dekat portal, Una dan Fran menjaga perbatasan dengan senjata sihir yang mereka dapat dari kerajaan Ve. Tanpa kemampuan sihir, mereka berfokus untuk menghentikan makhluk-makhluk kegelapan yang mencoba menembus portal menuju dunia nyata.
“Aku tidak akan membiarkan satu pun dari kalian lewat!” teriak Una sambil menembakkan panahnya kepada makhluk-makhluk itu, membakar dan memukul mundur beberapa makhluk yang mendekat.
Sementara itu, Vaneca mengarahkan tongkatnya, memancarkan kekuatan sihir es yang membekukan, membelah kabut dan menghempaskan segerombolan makhluk hitam yang merangsek. Dom, di sisi lain, bergerak cepat dengan tebasan-tebasan pedang apinya, menghancurkan setiap makhluk yang cukup berani mendekat.
“Ayo! Kita tak punya banyak waktu!” seru Murais, mengarahkan pasukannya untuk memperkuat barisan.
Araya menatap sekeliling, menyaksikan betapa gigihnya semua orang bertempur. Ia berusaha mengendalikan energi dari kalung ibunya, memunculkan pelindung cahaya yang melindungi pasukan dari serangan makhluk-makhluk yang semakin kuat.
Di kejauhan, para tetua kelompok Giory mengerahkan sihir kuno mereka, memanggil akar-akar pohon besar dari dalam tanah untuk mengurung makhluk-makhluk kegelapan. Setiap mantra yang mereka lafalkan menambah kekuatan medan tempur, namun serangan-serangan musuh terus menerus menekan mereka.
Fran menghantamkan pedangnya pada makhluk yang mencoba menyelinap ke arah portal. “Tidak ada jalan pulang untuk kalian!” Serangannya cukup kuat untuk mendorong makhluk-makhluk itu kembali, namun ia mulai kelelahan setelah beberapa kali menghadapi serangan yang datang bertubi-tubi.
Di tengah kekacauan, Araya mendekati Murais yang terus memberikan arahan pada pasukannya. “Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” tanyanya, tatapannya menunjukkan tekad namun juga kekhawatiran.
Murais menoleh dan berkata. “Apa kau bisa membuka portal ke dimensi kegelapan dan mengirim mereka kembali kesana?."
Araya hanya terdiam sambil menatap Murais.
Kemudian Vaneca yang ada disebelah Araya melanjutkan, "cobalah, kami akan menahan mereka sedikit lebih lama, Araya. Percayalah pada kekuatan kalung ibumu dan jangan ragu,” katanya sembari kembali menyerang makhluk yang berusaha mendekati Araya.
Araya mengangguk, kemudian memusatkan kembali pikirannya pada kalung tersebut, membiarkan kekuatan sihirnya memancar, mencoba membuka portal kedua yang terhubung pada dimensi kegelapan. Namun, ia tak mampu melakukannya walau mencobanya berkali-kali. Cahaya yang keluar dari kalungnya, hanya memukul mundur makhluk-makhluk kegelapan yang mendekat.
Araya menagis, merasa tak berguna sebagai penjaga portal. Vaneca langsung merangkulnya, tersenyum sambil menyuruhnya bangkit. "Tak apa Araya, kita akan menghabisi mereka semua disini." ucap Vaneca yang berusaha menguatkan Araya.
Dom yang saling bertatapan dengan Murais seolah saling menguatkan dengan situasi yang ada. Namun, serangan tak kunjung berhenti. Makhluk yang lebih besar dan kuat muncul di tengah kawanan. Ia melangkah maju, menatap langsung ke arah Araya dan Vaneca, auranya memancarkan kekuatan yang mematikan.
“Berani sekali kalian menantang kekuatan kegelapan,” geramnya. Tanpa menunggu lebih lama, ia menghentakkan tanah, menciptakan gelombang energi hitam yang menerjang mereka semua.
Vaneca melompat ke depan, mengarahkan tongkatnya untuk menahan serangan itu. “Semua bersiap! Ini bukan makhluk biasa!” teriaknya, suaranya menggema di tengah kekacauan.
Murais dan Dom segera merespons, menahan gelombang energi yang datang sambil memberikan kesempatan bagi Araya untuk menguatkan sihir perlindungan. Dengan sisa kekuatan mereka, para tetua Giory mulai merapal mantra lain, menyalurkan energi mereka untuk membantu menahan serangan makhluk raksasa itu.
Di sisi lain, Una dan Fran terus berjaga dengan senjata sihir mereka. Tanpa henti, mereka melindungi portal dari makhluk-makhluk kecil yang mencoba menyelinap. Meskipun kelelahan, mereka tak pernah menunjukkan keraguan, menyadari betapa pentingnya tugas mereka untuk menjaga dunia nyata tetap aman.
Fran menoleh ke arah Una, terengah-engah namun penuh semangat. “Kita harus terus bertahan!”
Una mengangguk cepat, ia mulai semakin takut dan berteriak. “Apa pun yang terjadi, kita tidak boleh mundur!” sambil menembakkan panahnya kesegalah arah
Di tengah-tengah pertempuran yang semakin sengit, Araya mulai merasakan dorongan kekuatan sihir yang semakin kuat dari kalung ibunya. Cahaya dari kalung itu semakin terang, menyelimuti seluruh medan pertempuran. Ia mulai memahami bagaimana mengendalikan kekuatan tersebut, memberikan perlindungan yang lebih kokoh bagi para pejuang di sekitarnya.
Namun, pertarungan ini belum usai. Makhluk raksasa itu mengamati Araya, menyadari sumber kekuatan yang melindungi pasukan mereka. Dengan suara menggelegar, makhluk tersebut mengumpulkan energi hitam yang lebih besar, bersiap untuk menghancurkan segala bentuk perlindungan yang ada.
Di saat kritis ini, Vaneca dan Murais berusaha sekuat tenaga menahan serangan tersebut. Araya, dengan sisa tenaganya, mengarahkan kalungnya dan memusatkan seluruh pikirannya pada mantra pelindung, menciptakan dinding cahaya yang menahan energi hitam makhluk itu. Menciptakan dentuman keras yang membuat semua makhluk itu terhempas.