NovelToon NovelToon
Dia Anakku

Dia Anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Anak Genius / Ibu Pengganti / Kehidupan di Kantor / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.

Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.

“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.

“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.

“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Sering Dipukul Dan Dicubit

Irfan dibuat tidak berdaya dengan anaknya sendiri setelah mata mereka berdua terbuka di pagi hari, Noah menagih janjinya untuk kembali bertemu dengan Naura, sementara itu Irfan sebenarnya sangat berat hati membawa Noah bertemu dengan Naura. Hatinya masih belum bisa menerima jika melihat kedekatan Noah dengan Naura yang begitu cepat akrab, padahal baru beberapa hari bertemu.

Ingat Irfan, ikatan darah itu sangat kental, tanpa ditunjukkan mereka akan kembali bertemu dengan caranya tersendiri.

Sofia pagi ini masih berusaha mendekati suaminya dengan cara menggoda Irfan ketika kembali ke kamar utama untuk mengambil baju kerjanya. Dengan menunjukkan tubuh polosnya lalu meliuk-liuk menggoda hasrat pada suaminya, tetap saja Irfan tidak peduli, justru ia lekas keluar dari kamar utama. Sebegitu kecewanya Irfan terhadap Sofia.

“Sebenarnya Nyonya selama ini memang suka memukul Noah, Tuan. Tapi saya tidak bisa mengadu karena tidak memiliki bukti untuk menunjukkan pada Tuan. Apalagi jika saya mengadu nasib pekerjaan saya pasti akan dipecat sama Nyonya.” Elin setelah didesak oleh Irfan selama perjalanan menuju rumah sakit akhirnya buka suara.

“Kenapa kamu takut untuk melaporkan pada saya! Sudah jelas hal kekerasan terhadap anak saya!” sentak Irfan, semakin marah dan kecewa.

Elin yang duduk di belakang tuannya tertunduk takut dan agak gemetaran, sementara Noah yang duduk di samping papinya sibuk menikmati susunya.

“Saya takut dipecat sama Nyonya, Tuan,” balas Elin gemetaran.

“Saya yang mengaji kamu, bukan istri saya! Dan seharusnya kamu tidak perlu takut! Sejak kapan istri saya suka memukul Noah?”

“Sejak Noah dari bayi, Tuan. Apalagi pas Noah masih bayi kalau rewel pasti pahanya habis dicubitin,” ungkap Elin.

Irfan meraup wajahnya dengan tarikan napas beratnya, lalu ia menatap sendu pada putranya. Pria itu sangat tidak menyangka, seingatannya ketika Noah masih bayi Sofia tampak sangat menyayanginya meski Elin'lah yang hampir 80% mengurus Noah.

“Noah, boleh Papi bertanya sesuatu?” Kini Noah yang disidak oleh Irfan.

Noah menarik pipet susunya lalu menatap aneh pada papinya. “Papi mau anya apa?”

Irfan memiringkan duduknya agar nyaman menatap putranya. “Papi mau tanya, selama ini Noah sering dipukul sama Mami kayak semalam?” tanya Irfan dengan lembutnya.

Sebelum bertanya Noah melirik baby sitternya seakan butuh pertolongan, dan Elin hanya mengangguk pelan.

“Iya Papi, Mami cuka pukul dan cubit Noah, kata Mami Noah nakal jadi dipukul cama Mami,” jawab Noah jujur.

“Astagfirullah.” Irfan menarik napasnya dalam-dalam.

“Kenapa Noah tidak bilang sama Papi kalau suka dipukul sama dicubit sama Mami?”

“Kata Mami ndak boleh bilang cama Papi, kalau bilang cama Papi nanti Mbak Elin bakal pelgi diucil cama Mami, jadi Noah ndak celita cama Papi. Nanti kalau Mbak Elin pelgi telus Noah cama ciapa,” jawab Noah sesuai perkataan Sofia yang berkeliaran di otak kecilnya.

“Huft.” Irfan mendesah, hatinya pilu. Selama ini hidup putranya tidak senyaman dan bahagia sesuai yang ia pikirkan, apalagi ia tidak bisa 24 jam mendampingi Noah karena mesti bekerja. Sementara Sofia yang tidak bekerja lebih banyak di mansion atau yang kongkow dengan teman sosialitanya, intinya wanita itu lebih banyak waktu luang bersama Noah.

Irfan menatap dalam putranya, lalu membingkai wajah putranya dengan kedua tangannya. “Maafin Papi yang tidak bisa menjagamu, mulai sekarang Papi akan lebih melindungimu, Nak,” ujar Irfan, lalu mengecup kening Noah penuh kasih sayang.

“Tapi Mbak Elin ndak pergi kan Papi?” Noah tampak khawatir karena telah mengadu.

“Mbak Elin tidak pergi, tetap akan menemani Noah. Dan Elin tolong jika anak saya dipukul lagi sama istri saya cepat lapor ke saya dan jauhkan Noah dari istri saya!” pinta Irfan dengan tegasnya.

“Baik Tuan.”

***

45 menit kemudian, mobil yang membawa Irfan dan Noah telah tiba di rumah sakit, sebelum mereka naik ke lantai tiga pria itu melangkah menuju coffe shop. Entah kena angin apa pria itu membelikan beberapa roti kesukaan mantan istrinya.

“Noah nanti rotinya kasih ke tante ya, dan bilang rotinya yang beli Noah,” pinta Irfan sembari menyodorkan paper bag pada bocah tampan itu.

“Acik ada loti buat Ante.” Noah menyambutnya dengan suka cita. Irfan juga tidak lupa membelikan roti buat putranya setelah itu barulah menuju ruang rawat Naura.

Irfan samar-samar mengulum senyum tipisnya melihat begitu lincahnya kaki mungil itu berlarian ketika mereka sudah berada di lorong menuju ruang rawat Naura.

“Mengapa kamu tampak bahagia, Nak? Apakah kamu bisa merasakan sesuatu terhadap wanita yang kamu panggil tante itu, Nak?” batin Irfan bertanya, langkah kakinya semakin berat ketika sudah berada di ambang pintu, sementara Noah dan Elin sudah masuk terlebuh dahulu.

Irfan menatap nanar ke arah dalam ruang rawat, suara Naura yang begitu lembut terdengar saat anaknya berlarian, sudut bibirnya tersenyum getir. “Aku berharap dia tidak pernah tahu dan jangan sampai tahu,” batin Irfan egois.

Dan sekarang, kemiripan wajah antara Noah dan Naura tidak hanya dirasakan oleh Adiba tapi Alma bisa melihat kemiripannya, meski Naura masih belum menyadarinya.

“Ya Allah, kalau seperti ini harus test DNA biar ngak menduga-duga!” ngebatin Alma, lantas ia terduduk di kursi saking dengkulnya lemas. Baru saja merasa lemas sekarang Alma ditambah terkejut melihat sosok Irfan.

“Wah ada pria berengsek di sini!” gumam Alma begitu benci menatap Irfan.

“Alma,” panggil Naura dengan mengedipkan matanya seakan meminta sahabatnya untuk pura-pura tidak mengenal Irfan. Alma hanya bisa mendengus kesal dengan menahan diri untuk tidak mencaci maki pria itu saat ini juga.

“Oh, ternyata kamu datang ke sini juga. Mama pikir hanya Noah dan Elin saja yang ke sini? Memangnya kamu tidak ke kantor? Atau sekarang sudah mulai ada perhatian dengan karyawan?” tanya Adiba dengan tatapan sinisnya.

Irfan tersenyum kecut, lalu mengecup pipi Adiba. “Nanti juga akan segera ke kantor Mah, ini juga hanya sebentar menjenguk,” balas Irfan berusaha tampak tenang ternyata tidak bisa. Ia berasa kepergok sama mamanya.

Noah memiringkan kepalanya agar bisa melihat Irfan yang terhalang oleh Adiba. “Papi pelgi kelja aja, Noah di cini cendirian ama Ante uga ndak pa-pa. Ante olang baik, ndak aya Mami. Mami jahat cama Noah,” pinta Noah mengusir Irfan dengan gaya polosnya.

Kening Adiba mengernyit lalu memutar balik badannya. “Noah kok bilang maminya jahat, memangnya mami kenapa sama Noah?” tanya Adiba dengan tatapan curiganya.

“Cemalam kaki Noah dipukul cama Mami, atit kaki Noah, Oma. Telus Noah angis cemalaman,” jawab Noah menunjukkan kedua kakinya. Geramlah Adiba, lalu ia kembali menatap putranya.

Bersambung ... ✍️

1
Raditya
Luar biasa
Anonymous
keren
Suci Arofah
suka dg karakter mamanya irfan
Suci Arofah
irfan bego d bodohin sm asisten n sofia
Mama Ikha
Luar biasa
sasatar77 tarsa
semangat untuk mu thoor ceritanya bagus
Fransiska Musilah
mulai menuai apa yg kau taburkan sofia
Fransiska Musilah
penyesalan tidak datang duluan irfan..
carilah kebenaran sekarang
Linda Antikasari
Luar biasa
Fransiska Musilah
dih irfan dasar lelaki egois ,naura juga berhak bahagia tau...
nona kim
bagus Naura
Fransiska Musilah
ngga tau aja kamu sofia kalo sekretaris papa mertuamu ibu dari anak suamimu.
Fransiska Musilah
makanya irfan buka matahatimu
Fransiska Musilah
terus ibu adiba bukalah topeng menantumu.
Fransiska Musilah
oh ternyata ada pagar makan tanaman....
Fransiska Musilah
ibu adiba teruslah menabur kebaikan dan tegakkan keadilan.
diacc ya thor /Drool//Drool/
Fransiska Musilah
adiba ibu yg baik.dari awal hatinya udah mengikuti naluri seorang ibu begitu liat kemiripan noah dan naura
Fransiska Musilah
sofia .irfan kaliam bakal menuai apa yg klian tabur.
terutamakamu sofia
Fransiska Musilah
ternyata sideri itu sengkuni
Fransiska Musilah
oh begitu,ternyata kalian org org egois....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!