Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 20
" Walaupun Papa mu tidak mengurus mu dengan baik, ketahuilah dia pasti sangat menyayangi mu. pasti ada alasan dibalik semua sikapnya kepadamu tidak mungkin orang tua bersikap kasar dan tidak perduli pada anaknya tanpa sebab. "
" Pasti dia saat ini mencemaskan keadaan mu, Papa mu pasti menyesali semua ucapan nya yang dilontarkan nya padamu saat dia mengusir mu. "sambung Dario.
" Jadi, jangan pernah kamu membenci Papa mu seperti apapun bentuk sikapnya yang ia lakukan padamu, percayalah suatu hari nanti Papa mu akan menyesali semua perilakunya dan akan kembali padamu karena hanya kamu anak kandungnya, saat dimasa tua nanti hanya kamu yang dibutuhkan Papa mu bukan orang lain.kenapa? karena hanya kamu yang mampu mengerti bagaimana sifat dan pola pikir Papa mu. " jelas Dario menasehati wanita labil yang masih terisak dalam tangisan.
Hikss..
Hiks..
" Makasih Om. " jawab Jillian.
" Kamu tidak perlu berterimakasih, saya hanya memberitahu dan menyampaikan yang perlu saya sampaikan. " ucap Dario melepaskan pelukannya.
TOK...
TOK...
TOK...
Dario dan Jillian saling terdiam mendengar suara pintu diketuk, Dokter Maria baru saja keluar 2 jam lalu. seharusnya belum ada pemeriksaan di jam seperti ini, jika itu Jennifer atau Roger mereka akan langsung masuk setelah mengetuk.
" Siapa Om? " tanya Jillian cukup takut.
Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 17.30, waktu senja telah tiba, Dario mendekati kearah pintu.
" Siapa? " tanya Dario.
" Ini aku, Jilli! " ucap Gebrian dibalik pintu.
" Oh! Gebri!!! " pekik JIllian dari dalam.
" Bukain Om! dia sahabat aku. " ucap Jillian.
Dario memasang wajah masam melihat Jillian begitu antusias melihat Gebrian, yang saat ini sudah duduk dihadapan Jillian dengan senyuman yang memuakan dimata Dario.
" Ck, mau apa kutu kupret ini disini. " batin Dario kesal.
" Kamu sakit apa Jilli? aku khawatir banget. " tanya Gebrian cemas.
" Hehehe, nanti aku ceritakan deh lewat Chattan. " ucap Jillian merasa tidak enak kalau bercerita di hadapan Dario takut melukai harga diri perasaan nya.
" Handphone sudah bagus? " tanya Gebrian.
" Ponsel ku gak rusak, cuman lowbat aja. " jawab Jillian.
" Ku pikir dihancurin Papamu. " ucap Gebrian.
" Gak lah. " ucap Jillian.
" Tapi kandungan kamu baik-baik ajakan? " tanya Gebrian lagi.
" Iya, baik-baik aja. aku cuman Bed rest aja 3 hari lagi bakal pulang. " ucap Jillian.
" Kamu kok bisa tahu aku disini? " tanya Jillian.
" Aku tahu dari tetangga aku. " ucap Gebrian.
" TEtangga? siapa? " tanya Jillian mengerutkan keningnya.
" Itu, manusia kutub yang mau hamili kamu. " ucap Gebrian.
" Kamu!!! sejak kapan kita tetanggaan! " ucap Dario menyela.
" Dari awal, Om gak ingat sering obatin Mommy aku sakit? " ucap Gebrian.
Dario menaikkan alisnya mencoba mengingat-ingat.
" Kamu anaknya Tante Selena itu? " tanya Dario lagi mengingat pasien darurat yang sudah jadi bulan-bulanannya diseberang rumahnya.
" Nah itu tahu. " jawab Gebrian.
" Jadi kalian sudah saling kenal ya? " tanya Jillian.
" Tidak/ Iya. " jawab keduanya.
" Terus kamu kesini karena khawatir sama aku? : tanya JIllian lagi.
" Jelaslah, ponsel mu gak aktif. terus kamu tiba-tiba Absen sekolah hampir 1 minggu lebih, lalu Rey dihubungi Om Bobby katanya kamu hilang dia lagi cariin kamu. " jelas Gebrian.
" Gimana aku gak cemas, pas tahu kamu di usir Om Bobby karena kehamilan mu sudah diketahuinya. " ucap Gebrian.
" Santai aja, kalau aku hilang pulangnya kerumah OM Dokter aja. " ucap Jillian.
" Aku tetap cemas dong! kamu itu perempuan. " ucap Gebrian.
" Iya-iya aku tahu. " jawab JIllian.
" Tapi, kamu yakin? Papa mencari ku?" tanya JIllian memastikan.
" Iya, awalnya aku juga gak percaya sih. tapi saat melihat pesan yang Om Bobby kirim ke Rey sepertinya dia menyesal mengusir mu dari rumah. " ucap Gebrian.
" Bukannya dia tidak perduli padaku lagi? " ucap Jillian.
" Kamu itu anak perempuan satu-satunya, anak kandung. gak semudah itu Papa mu mengusir mu dan menelantarkan kamu. pasti dia menyesal. " ucap Gebrian.
" Seperti yang Om Dok bilang, Papa pasti menyesal. " ucap Jillian lagi.
Dario yang melihat interaksi keduanya hanya mendengus kesal, ada perasaan dongkol melihat keakraban keduanya tampak tidak perduli dengan kehadiran nya ditengah-tengah mereka.
Setengah jam Gebrian menghabiskan waktu disana, padahal Dario sudah menang kode-kode mengusir anak ingusan itu tapi tidak diindahkan lelaki itu sama sekali.
" Aku pulang dulu, jaga diri kamu. " ucap Gebrian yang sudah diseret Dario.
" Sana pulang! Jillian gak butuh kehadiran kamu. " usir Dario menatap tajam.
" Ck, dasar pedofil! ingat umur Om! " ucap Gebrian.
" Dasar! bocah kurang ajar! " umpat Dario.
BLAM...
" Ada apa om? tanya Jillian saat wajah Dario sudah eksal setengah mati.
" Gak-gak ada kok. " Jawab Dario.
2 Minggu telah berlalu, sudah beberapa hari Jillian keluar dari rumah sakit. Jillian merasa merdeka ia bebas melakukan aktivitas apapun.
TOK..
TOK..
TOK...
" Jilian." panggil Jennifer.
" Iya Tante. " jawab Jillian membuka pintu kamarnya.
" Malam ini, kami mau kerumah mu melamar mu. kamu ingin ikut? atau tetap disini saja? " tanya Jennifer.
Jillian tidak langsung menjawab bibirnya terasa kelu. ada perasaan takut yang ia rasakan.
" Kalau kamu gak mau, gak usah dipaksakan. " ucap Jennifer.
" A-aku ikut Tante. " ucap Jillian mantap.
" Kalau gitu bersiaplah, Tante sudah belikan dress yang cocok untuk kamu. "Ucap Jennifer memberikan paperbag ukuran sedang.
" Makasih tante. " ucap Jillian menerima pemberian Jennifer.
MALAM HARINYA.
Sesuai ucapan Jennifer, saat ini Jillian berdiri didepan pintu rumahnya yang masih tertutup rapat, tanpa wanita itu sadari ia mendekatkan tubuhnya ke belakang Dario yang sejak tadi berada disampingnya.
" Bi-biar aku saja yang mengetuk. " ucap Jillian memberanikan diri.
" Tidak usah Nak, Om saja. " ucap Roger.
Lelaki itu mengetuk pintu rumah keluarga Amberly, beberapa kali akhirnya terdengar sahutan dari dalam.
KLEK...
" Ya, siapa- " ucap Bobby terhenti saat melihat lelaki yang tidak jauh umurnya dengan dirinya.
" Maaf menganggu waktunya, saya kemari ingin mengantar putri anda dan ada hal yang perlu saya sampai kan juga. apa kami bisa masuk? " tanya Roger tanpa basa basi.
Bobby mengalihkan pandangan nya, sampailah pada Jillian yang masih berlindung dibalik tubuh tegap Dario.
" JILLIAN! " panggil Bobby berseru terharu.
Lelaki itu berlari menghampiri anaknya, dipeluknya JIllian yang masih deg-degan ketakutan. Jillian masih tak bergeming saat Bobby memeluknya erat.
" Maafin Papa Nak, Papa tidak bermaksud membentak mu, mengusir mu, Papa... Papa hanya emosi dan kecewa saat tahu anak kandung Papa, anak Papa satu-satunya melukai hati Papa. " ucap Bobby sampai menitikkan air matanya.
" Pa-papa, tidak membenciku? " tanya Jillian ragu.
" Papa tidak pernah membencimu nak, Papa sayang padamu. hanya saja papa tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa sayang itu padamu nak. " ucap Bobby.
" Tapi, kenapa Papa tidak pernah sedikitpun menyanyaiku? "tanya JIllian.
" Maaf-maafin Papa, Papa tidak bermaksud mengabaikan mu nak. Pa-papa hanya terlalu takut dan begitu membenci diri Papa sendiri setiap melihat mu yang begitu mirip mama mu. "ucap Bobby lirih.
Setelah acara peluk-pelukan yang penuh haru, Bobby mempersilahkan keluarga Dario untuk masuk kedalam. tanpa Bobby ketahui niat mereka datang karena apa.